Share

2. Pertama Kalinya

Penulis: stardustmoon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Can I?" izin Gavriel sambil menatap dalam bola mata Luna.

Luna masih terdiam dalam beberapa detik saat pertanyaan itu diberikan kepadanya. Sama halnya seperti Gavriel, Luna pun menatap bola mata indah itu dan seakan dibuat tenggelam di dalamnya. Dia masih memperhatikan wajah Gavriel dari atas sini. Laki-laki ini, tampan. Ya, kenyataannya memang benar seperti itu. 

Gavriel masih menunggu. Dia bisa saja langsung mengecup bibir perempuan ini sekarang juga, namun jika seperti itu, apa bedanya Gavriel dengan laki-laki yang tadi? Laki-laki yang tadi sempat hampir melakukan tindakan kurang pantas kepada perempuan ini. 

Ibu jarinya masih mengusap lembut bibir Luna. Sesekali Gavriel juga tidak menutupi dirinya yang melihat ke arah bibir mungil perempuan itu. Dan tanpa aba-aba, Luna pun menjawab pertanyaan Gavriel. Bukan dengan sebuah perkataan, melainkan dengan sebuah tindakan yang dia lakukan sendiri.

Perempuan itu secara tiba-tiba langsung menempelkan bibir mungilnya pada bibir milik Gavriel. Hal tersebut sempat membuat Gavriel sedikit terkejut, namun tidak lama dia pun mulai menikmati kecupan yang diberikan oleh Luna.

Mata keduanya terpejam bersamaan dengan kecupan yang perlahan berubah menjadi sebuah lumatan dan gigitan lembut. Gavriel yang semula berada di bawah itu, merubah posisinya. Dengan pelan dia membalikkan tubuh Luna yang semula di atas menjadi di bawahnya. 

Tidak ada penolakan apapun dari Luna. Perempuan itu justru membiarkan Gavriel melakukan apapun yang diinginkannya. Bahkan apapun yang nanti akan terjadi, Luna tidak akan pernah menyesalinya. 

Satu hal yang Gavriel ketahui, sepertinya hal ini bukanlah pertama kalinya untuk Luna. Sebab Gavriel dapat merasakan jika permainan bibir yang dilakukan oleh Luna tidak kaku. 

Gavriel melepas tautan bibirnya, membiarkan dirinya dan Luna mengambil oksigen sejenak. Ketika Gavriel hendak kembali melumat bibir Luna, perempuan itu menahannya dan mengatakan sesuatu yang di luar ekspektasinya.

"I want you, now," ucap Luna dengan nada sedikit serak dan cukup lembut. 

Mendengar permintaan Luna, membuat Gavriel terdiam untuk beberapa saat. Pasalnya selama ini, Gavriel bermain dengan perempuan yang memang sudah dikenalkan oleh beberapa temannya yang bekerja di klub. Dengan sebuah perjanjian dimana mereka hanya memang bermain, tanpa perlu ada hubungan yang lebih serius lagi. Dan hal itu sudah dilakukan oleh Gavriel dalam beberapa waktu belakangan ini. 

Tapi sekarang, apakah Gavriel harus mengiyakan permintaan perempuan yang baru saja dikenalnya beberapa menit lalu? Perempuan asing yang bahkan Gavriel sudah merasa ada yang berbeda dari perempuan ini. 

"Why don't you answer me?" Luna kembali bersuara ketika menyadari jika sedari tadi Gavriel belum menjawab pertanyaan. Laki-laki itu malah diam dalam waktu beberapa menit. 

Pertanyaan yang baru saja Luna lontarkan membuat Gavriel tersadar atas pikirannya sendiri. Dia menatap Luna lebih dalam lagi. 

"Are you serious?" kali ini Gavriel yang bertanya.

Luna menganggukkan kepalanya.

Tidak lama perempuan itu mendekat pada telinga Gavriel dan membisikkan sesuatu, "let's make a perfect night together."

Kalimat itu diucapkan dengan penekanan disetiap katanya. Ditambah lagi, suara lembut itu terdengar sangat menggoda di telinga Gavriel sehingga mampu membuatnya sedikit merinding. 

Setelah Luna mengatakan hal tersebut, Gavriel menatap wajah perempuan itu yang sudah tersenyum manis kepadanya. Senyum yang membuat Gavriel ikut melengkungkan senyumannya juga. 

Dan tidak berapa lama, laki-laki itu langsung kembali melumat bibir Luna. Jika sebelumnya dia dapat melakukannya dengan lembut, kali ini Gavriel merubah lumatannya menjadi sedikit lebih kencang dari sebelumnya. 

Bila biasanya laki-laki yang dominan lebih agresif, tapi kali ini tidak. Gavriel baru menyadari jika tangan Luna bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu. Kemudian setelah semua kancing kemeja itu terlepas, Luna langsung membuka kemeja yang Gavriel kenakan. Herannya Gavriel tidak melawan sama sekali. Laki-laki itu malah membiarkan Luna melakukannya. 

Kini berganti. Giliran Gavriel yang melakukan hal serupa pada Luna. Dia melepas dress yang Luna kenakan. 

Sama halnya seperti Gavriel, Luna tidak menolak. Bahkan dia membantu Gavriel melepas dress yang dikenakan lantaran dress yang dia pakai sedikit ketat. 

Saat ini Luna benar-benar melepas Gavriel. Dia sepenuhnya membiarkan Gavriel menjelajahi setiap lekuk tubuhnya. Dia tidak menolak sama sekali. Sesekali Luna memanggil nama Gavriel dengan terbata-bata, meminta laki-laki itu untuk berhenti setiap kali Luna merasakan sesuatu yang menggelitik. 

Namun rupanya Gavriel memilih untuk tidak menuruti permintaan perempuan itu. Justru setiap kali Luna memanggil namanya, laki-laki itu malah semakin melakukan tindakannya dua kali lipat dari sebelumnya. 

Hingga tiba pada saat dimana Gavriel terdiam sejenak. Hal itu membuat Luna menatapnya dengan tanya.

"Why do you stop?" tanya Luna dengan pelan.

Gavriel menatap Luna, "i ask you for the last question."

"Are you serious?" Gavriel mengulangi lagi pertanyaan yang sebelumnya dia tanyakan.

Luna seakan sudah tidak tahan lagi dengan apa yang sedang dirasakannya sekarang. Dia menarik wajah Gavriel dan mengecup lagi bibir laki-laki itu.

"Just do it. I'm yours," jawab Luna dengan mantap.

Mendengar jawaban yang Luna berikan merupakan sebuah izin yang Gavriel terima. 

Dengan perlahan, Gavriel memasukkan miliknya pada milik Luna. Belum seberapa tetapi membuat perempuan itu meringis kesakitan. Hal itu lantas membuat Gavriel sedikit tidak yakin. Satu hal yang membuat Gavriel terkejut adalah ketika miliknya semakin dia dorong, dia dapat melihat milik Luna mengeluarkan darah.

"Is it your first time?" tanya Gavriel dengan sedikit khawatir.

Luna yang masih kesakitan itu pun menganggukkan kepalanya.

"Ja-jangan berhenti," pinta Luna dengan sedikit meringis. 

Layaknya seseorang yang memang sudah berpengalaman, Gavriel tidak menurut. Dia memilih untuk diam sejenak. Membiarkan milik Luna rileks sejenak, sebab jika dipaksakan malah akan menyakiti Luna. 

"Ke-kenapa berhenti?" tanya Luna dengan terbata-bata.

"Just relax," jawab Gavriel.

Setelah untuk beberapa waktu, Gavriel pun memulai permainannya. Sama halnya seperti Luna, dia juga mengerang ketika merasakan bahwa miliknya dijepit begitu kuat oleh Luna.

Ini berbeda dari biasanya. Gavriel benar-benar bermain dengan lembut. Padahal biasanya, dia akan tanpa peduli bermain kasar. Namun kali ini berbeda. Dia sangat berhati-hati. 

Luna benar-benar tidak bisa mendeskripsikan tetapi yang jelas ini adalah rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Rasa nikmat yang begitu candu baginya sehingga mampu membuatnya semakin menginginkan lebih. Dia tidak peduli jika Gavriel lah orang yang mengambil miliknya.

Sudah lama Luna menginginkan hal seperti ini. Tetapi selalu tertahan dan berhenti pada sebuah cumbuan semata. Namun malam ini, dia memberikan semuanya kepada laki-laki asing yang menolongnya dari orang jahat.

Permainan itu terus berlanjut sampai tiba waktunya dimana puncak kenikmatan itu tiba. 

Bab terkait

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   3. Setelah Itu

    Jika bukan karena bunyi alarm yang berdering cukup kencang melalui ponselnya, mungkin sampai saat ini Luna masih terlelap dalam mimpi. Matanya terbuka perlahan seiringan dengan pancaran sinar matahari yang sudah berada di atas sana. Rasanya Luna masih ingin memejamkan matanya lagi terutama ketika dia merasa jika badannya cukup lelah. Rupanya perempuan itu masih belum sadar dan mengingat tentang apa yang baru saja terjadi tadi malam terhadap dirinya sendiri. Ditambah lagi hanya ada dirinya yang ada di atas kasur berukuran besar. Hingga akhirnya ketika Luna baru saja ingin kembali memejamkan matanya, dia tidak sengaja mendengar suara air yang diguyur dari dalam kamar mandi. Ya, kamar ini menyatu dengan kamar mandi. Awalnya Luna masih diam sampai akhirnya secara tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada malam tadi.Semua hal yang dia lewati seakan terekam dan kini diputar kembali dalam bayangannya. Dia teringat dengan seorang laki-laki yang menolongnya, lalu mereka masuk ke dalam kama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   4. Bertemu di Kantor

    Gavriel memasukkan Luna ke dalam mobil mercy berwana hitam itu dengan perlahan. Lalu dia pun berbincang sebentar dengan sopir pribadinya."Tolong antar dia ya pak Adi," pinta Gavriel sambil menunjuk Luna dengan wajahnya.Pak Adi menganggukkan kepalanya, "baik, Mas. Tapi mas Gavriel bagaimana ke kantornya?""Saya bawa mobil. Pokoknya bapak tolong antar dia sampai rumahnya. Jangan lupa kabari saya ya kalau sudah sampai. Saya gak bisa lama-lama karena ada urusan penting di kantor," jelas Gavriel.Setelah sopir pribadinya itu menganggukkan kepalanya, Gavriel pun masuk sebentar ke dalam mobil."Nanti lo bisa arahin pak Adi jalan pulang ke rumah lo. Sorry gue gak bisa antar, karena ada urusan penting di kantor dan ini sudah cukup terlambat," ujar Gavriel.Luna mengerti. Dia menganggukkan kepalanya, "iya, gapapa kok. Makasih banyak ya."Gavriel membalas dengan senyuman tipis. Sangat tipis. Lalu laki-laki itu keluar dari mobil dan menutup pintu mobil tersebut. Setelah mobil yang dikendarai ol

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   5. Syarat

    Di tengah keterkejutannya, Gavriel memilih mengobrak-abrik beberapa berkas yang masih ada di meja kerjanya. Laki-laki itu terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Hingga tiba-tiba, dia berhasil meraih sebuah map yang di dalamnya berisi beberapa resume milik calon pelamar.Dibacanya satu persatu resume tersebut sampai tibalah pada resume terakhir. Disana tertera sebuah nama Aluna Aurora. "Aluna Aurora? Nama lo Aluna?" tanya Gavriel sambil menatap Luna.Perempuan yang ditanya itu pun menganggukkan kepalanya. Raut wajahnya benar-benar sulit dipahami. Bingung dan sedikit panik menjadi satu. Pantas saja Gavriel tidak menyadari hal itu, lantaran Luna memperkenalkan namanya hanya sebatas "Luna". Ditambah lagi, pada resume milik perempuan itu, dia tidak mencantumkan foto pribadinya sama sekali. Tidak berapa lama, Gavriel pun menaruh kembali berkas yang dipegangnya di atas meja. Kemudian laki-laki itu kini duduk di kursinya. Sementara Luna, dia masih tetap berdiri di tempatnya."Kenapa gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   1. Kejadian Malam

    Dentuman suara musik itu terdengar begitu kencang. Ditambah lagi dengan lampu berwarna putih yang gemerlap mengitari orang-orang yang sedang menari secara asal sambil menikmati segelas minuman beralkohol. Namun berbeda dengan Luna. Sudah hampir setengah jam dia hanya duduk di sofa sendirian sambil sesekali meneguk minuman alkohol yang dipesannya. Perempuan itu juga sesekali memperhatikan semua orang yang tengah sibuk berjoget. Biasanya Luna akan bergabung bersama mereka. Tetapi tidak dengan malam ini.Pikirannya benar-benar terganggu ketika dia dituntut untuk cepat-cepat memiliki pekerjaan sendiri. Meski terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, nyatanya Luna tidak lagi bisa menjadi anak manja seperti dahulu. Ayahnya mengancam jika Luna tidak bisa memiliki pekerjaan, maka tidak segan-segan Luna akan dikirimkan ke tempat yang jauh dari kehidupannya sekarang.Ditambah lagi, waktunya hanya tersisa dua hari lagi. Rasanya kepalanya ingin pecah. Luna sudah mencoba melamar kemana saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   5. Syarat

    Di tengah keterkejutannya, Gavriel memilih mengobrak-abrik beberapa berkas yang masih ada di meja kerjanya. Laki-laki itu terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Hingga tiba-tiba, dia berhasil meraih sebuah map yang di dalamnya berisi beberapa resume milik calon pelamar.Dibacanya satu persatu resume tersebut sampai tibalah pada resume terakhir. Disana tertera sebuah nama Aluna Aurora. "Aluna Aurora? Nama lo Aluna?" tanya Gavriel sambil menatap Luna.Perempuan yang ditanya itu pun menganggukkan kepalanya. Raut wajahnya benar-benar sulit dipahami. Bingung dan sedikit panik menjadi satu. Pantas saja Gavriel tidak menyadari hal itu, lantaran Luna memperkenalkan namanya hanya sebatas "Luna". Ditambah lagi, pada resume milik perempuan itu, dia tidak mencantumkan foto pribadinya sama sekali. Tidak berapa lama, Gavriel pun menaruh kembali berkas yang dipegangnya di atas meja. Kemudian laki-laki itu kini duduk di kursinya. Sementara Luna, dia masih tetap berdiri di tempatnya."Kenapa gak

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   4. Bertemu di Kantor

    Gavriel memasukkan Luna ke dalam mobil mercy berwana hitam itu dengan perlahan. Lalu dia pun berbincang sebentar dengan sopir pribadinya."Tolong antar dia ya pak Adi," pinta Gavriel sambil menunjuk Luna dengan wajahnya.Pak Adi menganggukkan kepalanya, "baik, Mas. Tapi mas Gavriel bagaimana ke kantornya?""Saya bawa mobil. Pokoknya bapak tolong antar dia sampai rumahnya. Jangan lupa kabari saya ya kalau sudah sampai. Saya gak bisa lama-lama karena ada urusan penting di kantor," jelas Gavriel.Setelah sopir pribadinya itu menganggukkan kepalanya, Gavriel pun masuk sebentar ke dalam mobil."Nanti lo bisa arahin pak Adi jalan pulang ke rumah lo. Sorry gue gak bisa antar, karena ada urusan penting di kantor dan ini sudah cukup terlambat," ujar Gavriel.Luna mengerti. Dia menganggukkan kepalanya, "iya, gapapa kok. Makasih banyak ya."Gavriel membalas dengan senyuman tipis. Sangat tipis. Lalu laki-laki itu keluar dari mobil dan menutup pintu mobil tersebut. Setelah mobil yang dikendarai ol

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   3. Setelah Itu

    Jika bukan karena bunyi alarm yang berdering cukup kencang melalui ponselnya, mungkin sampai saat ini Luna masih terlelap dalam mimpi. Matanya terbuka perlahan seiringan dengan pancaran sinar matahari yang sudah berada di atas sana. Rasanya Luna masih ingin memejamkan matanya lagi terutama ketika dia merasa jika badannya cukup lelah. Rupanya perempuan itu masih belum sadar dan mengingat tentang apa yang baru saja terjadi tadi malam terhadap dirinya sendiri. Ditambah lagi hanya ada dirinya yang ada di atas kasur berukuran besar. Hingga akhirnya ketika Luna baru saja ingin kembali memejamkan matanya, dia tidak sengaja mendengar suara air yang diguyur dari dalam kamar mandi. Ya, kamar ini menyatu dengan kamar mandi. Awalnya Luna masih diam sampai akhirnya secara tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada malam tadi.Semua hal yang dia lewati seakan terekam dan kini diputar kembali dalam bayangannya. Dia teringat dengan seorang laki-laki yang menolongnya, lalu mereka masuk ke dalam kama

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   2. Pertama Kalinya

    "Can I?" izin Gavriel sambil menatap dalam bola mata Luna. Luna masih terdiam dalam beberapa detik saat pertanyaan itu diberikan kepadanya. Sama halnya seperti Gavriel, Luna pun menatap bola mata indah itu dan seakan dibuat tenggelam di dalamnya. Dia masih memperhatikan wajah Gavriel dari atas sini. Laki-laki ini, tampan. Ya, kenyataannya memang benar seperti itu. Gavriel masih menunggu. Dia bisa saja langsung mengecup bibir perempuan ini sekarang juga, namun jika seperti itu, apa bedanya Gavriel dengan laki-laki yang tadi? Laki-laki yang tadi sempat hampir melakukan tindakan kurang pantas kepada perempuan ini. Ibu jarinya masih mengusap lembut bibir Luna. Sesekali Gavriel juga tidak menutupi dirinya yang melihat ke arah bibir mungil perempuan itu. Dan tanpa aba-aba, Luna pun menjawab pertanyaan Gavriel. Bukan dengan sebuah perkataan, melainkan dengan sebuah tindakan yang dia lakukan sendiri. Perempuan itu secara tiba-tiba langsung menempelkan bibir mungilnya pada bibir milik Ga

  • Malam Terindah Bersama CEO-ku   1. Kejadian Malam

    Dentuman suara musik itu terdengar begitu kencang. Ditambah lagi dengan lampu berwarna putih yang gemerlap mengitari orang-orang yang sedang menari secara asal sambil menikmati segelas minuman beralkohol. Namun berbeda dengan Luna. Sudah hampir setengah jam dia hanya duduk di sofa sendirian sambil sesekali meneguk minuman alkohol yang dipesannya. Perempuan itu juga sesekali memperhatikan semua orang yang tengah sibuk berjoget. Biasanya Luna akan bergabung bersama mereka. Tetapi tidak dengan malam ini.Pikirannya benar-benar terganggu ketika dia dituntut untuk cepat-cepat memiliki pekerjaan sendiri. Meski terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, nyatanya Luna tidak lagi bisa menjadi anak manja seperti dahulu. Ayahnya mengancam jika Luna tidak bisa memiliki pekerjaan, maka tidak segan-segan Luna akan dikirimkan ke tempat yang jauh dari kehidupannya sekarang.Ditambah lagi, waktunya hanya tersisa dua hari lagi. Rasanya kepalanya ingin pecah. Luna sudah mencoba melamar kemana saj

DMCA.com Protection Status