Share

74. Om-Om Lebih Pro!

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Gimana?”

Laura Bella menelpon Meysia begitu pertemuan dengan pihak bank telah selesai.

Perjanjian kredit telah ditandatangani dan mereka hanya tinggal menunggu dana cair dan tiba di rekening Meysia.

“Semua sudah oke, Usi. Hanya tinggal menunggu dananya masuk di rekening. Tapi, Usi harus hati-hati. Tadi saja Willson hampir meledak kepalanya melihat pilihan limit kita. Nanti dia pulang pasti dia mengamuk luar biasa!”

Usi adalah panggilan ‘kakak’ dari Meysia untuk Laura Bella.

Mendengar peringatan dari Meysia, Laura Bella mengangguk siap, sampai melupakan bahwa mereka berbicara lewat telepon.

“Ya sudah, Usi. Itu saja. Kalau dana sudah masuk rekening, baru aku telpon lagi.”

“Baiklah, Mey.”

Begitu telepon ditutup, Laura Bella bersiap dengan berbagai ide bagaimana dia akan menyenangkan Willson, agar tidak menyemburkan kemarahan padanya.

Laura Bella membersihkan tubuhnya lalu memilih lingerie favorite Willson untuk dia kenakan.

Biar bagaimana pun kemarahan seorang pria pastilah akan luluh j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   75. Boss-mu Kebangetan!

    “Mau ngomongin apa?”Darline sudah berada di hadapan Hayden dengan wajah ditekuk cemberut.Dari tempat duduknya, Hayden menatap wajah memberengut itu sambil tersenyum simpul. Tiba-tiba dia merasa seperti seorang ayah yang membujuk rayu putrinya.“Duduk dulu dan simpan muka cemberutmu itu. Ayo!”Darline pun duduk meski masih sedikit cemberut. Dia masih kesal karena Hayden memintanya datang ke ruangan dengan cara sedikit memaksa.Lalu, paksaannya itu berupa menggendongnya mengelilingi kantor. Ini cukup mengesalkan.“Mau ngomongin apa? Ayo cepetan! Aku masih banyak kerjaan nih!”Hayden yang didesak seperti itu jadi tersentil ego seorang pemimpinnya.“Wah! Kenapa kamu banyak kerjaan? Siapa coba boss-mu itu? Kebangetan!”Mendengar nada marah Hayden yang dalam mode candaan, Darline pun akhirnya tersenyum geli. “Iya, tuh. Boss-ku kebangetan! Banyak banget maunya. Mau ngomong aja, suruh datang. Padahal sudah nelpon. Kalau sudah nelpon kan ya tinggal ngomong. Gitu aja kok repot!”Di hadapannya

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   76. Sayang?

    Darline terpana mendengar betapa lugas serangan Bu Alma kali ini. Dia terang-terangan melarang Darline hadir. Ada apa gerangan?Entah mengapa, Darline curiga wanita satu ini menyukai Hayden.Namun, berhubung Bu Alma menunggu jawabannya, Darline pun mengangguk mengiyakan.“Baik, Bu, jam 5 teng saya akan absen pulang. Terima kasih karena hari ini saya tidak perlu lembur.” Darline sengaja menekankan kalimat terakhirnya agar Bu Alma semakin geram padanya.Untuk perintah Bu Alma dan Hayden yang saling bertentangan, yang satu meminta dia jangan hadir tapi satunya menyuruhnya harus hadir mendampingi ... ah biar saja lah ... tak perlu dipikirkan. ***Selepas menghampiri Darline, Bu Alma masih merasa geram ketika melangkah kembali ke ruangannya.Dengan langkah mengentak-ngentak, Bu Alma berpapasan dengan Fenny di depan ruangan HRD.Saat itulah dia menarik Fenny ke dekat tembok.“Ada apa ya, Bu?” Fenny kebingungan. Baru kali ini mendapat perlakuan seperti ini.“Itu ... Darline s

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   77. Sewa atau Beli?

    Darline tertawa kikuk sambil otaknya berpikir keras jawaban apa yang harus dia berikan pada Fenny.“Bener apa nggak, Darline? Hayoo ... kamu ada affair apa sama pak boss?”Darline tersadar dan dengan cepat menggeleng.“Aku nggak ada fair apa-apa sama Pak Boss. Tadi itu dia memang mau ngomong ‘saya’ kok, bukan ‘sayang’. Kamu jangan bikin aku GR ya. Masa iya pak boss mau ngomong sayang. Aneh-aneh aja!”“Ih, perasaan aku sih mau ngomong ‘sayang’. Soalnya, dia sebutnya ‘say’ trus berenti sih. Kalau memang mau ngomong ‘saya’ harusnya kan langsung sebut ‘saya’.”Mendapati Fenny cukup ngotot, Darline pun tertawa untuk mengimbanginya. “Nggak lah! Kamu terlalu menerka. Ya, sudah, Fen, aku harus siap-siap nih untuk temani pak boss nyari jas.”Fenny yang masih tak puas dengan percakapan mereka pun mendelik Darline meskipun dia akhirnya beranjak dari kursi untuk meninggalkan Darline dengan berat hati.“Ya, sudah. Aku balik ke ruangan dulu. Hati-hati ya, berduaan sama Pak Boss, jangan sampai terja

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   78. Mereka Berdua atau ... ?

    “Ayo!”Darline mendengar suara Hayden lalu pandangannya terfokus pada tatapan teduh Hayden. Kemudian, ketika pandangannya sedikit turun, dia melihat uluran tangan pria itu mengarah padanya.“Tidak usah dipikirkan tentang Bu Alma, toh cepat atau lambat, dia harus tahu.”Darline mengiyakan, tapi ternyata itu hanya di dalam hatinya saja.Pria itu masih mengulurkan tangan dan Darline masih menatap resah.“Ayo dong!”Hayden melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari Darline, seperti terpaku di lantai, seolah membeku di tempatnya. Dia pun beranjak dan kembali ke titik berdiri Darline.Karena Darline tidak meraih uluran tangannya, Hayden pun meraih pinggang Darline dengan sedikit menyentak, lalu merapatkannya.Darline tersadar dari lamunannya.“Sore-sore melamun di parkiran basement pula, nanti kesambet baru tahu rasa!” bisik Hayden menahan geramnya pada Darline.Entah kenapa wanita itu selalu merisaukan hal-hal kecil. Kalau Bu Alma mengetahui tentang mereka, sekalipun dengan cara yang pa

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   79. Waah ... Pak Boss Mau Menikah!

    “Halo semua, semoga saya belum terlambat.” “Halo juga, Pak Lim. Belum terlambat kok. Kita aja yang kecepetan.” Siske menjawabnya karena Bu Alma yang biasanya sudah seperti humasnya 3L Empires Motor kini terlihat diam. Namun, Siske tidak mengetahui jika Bu Alma seperti tercenung melihat Darline yang datang bersama Hayden. Memang benar, Bu Alma sangat terkejut melihat kedatangan Darline yang bersama Hayden. Darline bahkan memapah Robert Lim ketika memasuki ruangan. ‘Darline ini ... tidak tahu diri atau bagaimana ya? Padahal tidak punya kepentingan untuk hadir di jamuan makan ini. Ataukah dia memang tidak punya malu sehingga ikut datang ke jamuan seperti in?’ ‘Mungkin Pak Hayden yang mengajaknya sebagai sekretaris.’ Sebuah suara menjawab di dalam benak Bu Alma. Dia bermonolog sendiri di dalam kepalanya. ‘Cih! Walaupun diajak Pak Boss, apa harus datangnya bareng Pak Boss? Fix, ini pastilah Darline sedang mencuri perhatian Pak Boss. Aku harus caritahu info tentang suaminya. Akan kulap

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   80. Tunggu Saja Bu Alma ...

    Bu Alma semakin menjadi. Sejak Pak Boss diketahui akan menikah, dia patah hati, sekaligus menjadi satpam terhadap Darline. Wanita itu tidak bosan-bosannya datang dengan tatapan menyelidik, lalu memperingatkan Darline, “Ingat, Darline, Pak Boss akan segera menikah. Kamu jangan caper lagi pada Bapak. Itu akan melukai hati calon istrinya!” Darline ingin tertawa mendengarnya. Di sisi lain, dia tak senang disebut Bu Alma ‘caper’. Dari mana dia bisa dibilang caper? “Maaf, Bu, sejak kapan saya caper sama bapak?” “Hah! Kamu masih pake tanya! Kalau wanita sudah menikah itu nggak seperti itu, Darline! Jaga martabat, jaga jarak, jaga tutur kata, jaga tatapan mata, tidak seperti kamu! Bapak ke mana kamu ikut. Bapak dijamu makan oleh klien, kamu ikut. Padahal waktu itu kamu nggak perlu. Dan ternyata, Bapak ke London pun kamu ikut. Tidak tahu malu?” “Ke London itu, Bapak yang ngajakin, Bu. Katanya sekalian ada yang mau disuruhnya saya urus sesuatu di sana.” “Urus sesuatu di sana? Urus apa?”

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   81. Sebar Undangan?

    Pengajuan kredit atas nama Meysia akhirnya diloloskan kantor Willson.Ketika dia pulang ke rumah, hatinya sudah berdendang riang.Tapi Bu Mira sudah menunggunya di dekat tangga lantai dua bersama Lisaa yang kebetulan sedang pulang ke rumah karena jenuh mengerjakan skripsinya.“Kak Willson, kemari dulu deh,” panggil Lissa sembari menarik tangan Willson untuk duduk di sofa depan TV. Di sana sudah ada ibunya, Bu Mira. “Ada apa sih Lis? Bu?” tanyanya dengan hati yang masih penuh semangat untuk mengabarkan kabar gembira dari kantornya pada Laura Bella.Tapi berhubung tingkah Lissa seperti ini, Willson pun jadi penasaran.“Ini, lihat!” Lissa merebut sebuah kotak pipih seukuran buku dari tangan ibunya lalu memberikannya ke tangan Willson.Kotak itu tampak begitu estetik, dengan hiasan bunga-bunga sakura pink keperakan lalu ada gambar sepasang pengantin yang saling menatap dan bergenggaman tangan.“Apa ini?” tanya Willson yang sudah mulai merasakan firasat tidak menyenangkan.Di sampingnya,

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   82. Sekretaris Tidak Becus!

    “Oh, kok bisa licin, Sayang?” tanya Willson lagi seraya mendekati Laura Bella. Meski begitu, di benaknya Willson bertanya-tanya heran, kenapa Laura Bella malah bilang jatuh? Padahal jelas-jelas dia melihat wanita itu melempar undangan itu.“Ini, Will, tadi aku baru aja pakai handbody. Tadi nuangnya kebanyakan jadi belum meresap semua ke kulit tanganku ini. Makanya licin. Kamu nggak marah, kan?”Meski masih belum mengerti dengan yang sedang terjadi, Willson terpaksa menggeleng.“Nggak apa-apa, Bella. Itu cuman undangan aja.”“Iya, Will. Maaf ya. Undangannya itu bagus banget soalnya. Bisa dijadiin pajangan. Tapi eh, malah rusak gara-gara aku nggak becus megangnya. Maafin aku, Willson.”“Sudah, sudah, nggak pa-pa. Aku malah mau bahas dengan kamu, kapan kita bisa meresmikan pernikahan kita? Lalu kita adain syukuran kecil-kecilan dengan para tetangga sini aja.”Ditanya seperti itu, Laura Bella terdiam sejenak. Wajahnya pun terlihat risih.“Ter- terserah kamu deh, Willson. Kapan aja kamu se

Bab terbaru

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - We Are Family

    Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Penyesalan Hailley & Oma

    Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mencari Mommy

    Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dia Benar Ashley

    Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Kehidupan Bak Puteri Raja

    “Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mengadu ke Oma

    Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Darline Juga Bisa Membalas

    “Hailley! Kenapa kamu harus sekasar itu pada seseorang? Dia hanya bertanya!”Bukannya menyesali, tapi Hailley malah menjawab acuh, “Apaan sih, Dad? Ngapain dia tanya-tanya? Kenal juga nggak!”“Hailley, dia bertanya karena melihat wajahmu seperti kurang sehat.”Saat Darline menjelaskan, Hailley bertambah murka. Daddy yang menegur saja dia tak terima, apalagi saat Darline yang menegur. Tidak mungkin dia bisa terima.“Mana ada kurang sehat? Mukaku beginilah! Dia saja yang caper! Cari-cari perhatian! Cuih!”Tak enak pertanyaannya ditanggapi seperti itu, pelayan tadi pun berkata, “Maaf, Nona. Saya tidak sengaja.”“Tidak sengaja, tidak sengaja! Tugasmu itu hanya melayani customer, ngapain pake-”“HAILLEY!”Hayden benar-benar murka. Perilaku Hailley tidak bisa dia tolerir lagi. Sekalipun Hailley adalah putrinya, tapi dia tidak bisa menerima sikap kurang ajar seperti itu.Apalagi Hailley meremehkan pelayan.“Kalau kamu tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik kamu diam!”“Daddy! Aku ngga

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dua Sikap

    “Kamu beneran nggak mau ikut Oma ke Singapura? Di sana kamu tinggal sama Oma, nemenin Oma lho, Hailley.”Oma Jenny tak mengira jika Hailley akan menolak ajakannya.Dia jadi bersedih.“Iya, Oma. Aku di sini aja dulu. Sudah daftar sekolah juga.”“Oh, ya sudah. Baiklah. Oma akan datang lagi bulan depan. Kamu baik-baik di sini ya?”“Iya, Oma.”“Kalau istri daddy-mu itu menindasmu, laporkan pada oma. Akan oma adukan pada daddy-mu,” bisik Oma Jenny saat sedang menyusun isi kopernya.Hailley mengangguk dengan hatinya membatin sengit, ‘Tentu saja, Oma. Aku nggak mungkin sebodoh itu membiarkan dia menindasku. Malahan aku yang akan menindasnya. Tapi di belakang Daddy tentunya!Karena mommy sudah beratus-ratus kali mengingatkanku untuk menjaga sikap di depan Daddy. Tapi mommy tak pernah memintaku bersikap baik pada istrinya daddy.So, kalau aku nggak bersikap baik pada Darline, aku nggak bisa disebut melanggar perintah mommy juga, kan?’Hailley tersenyum licik pada dirinya sendiri.Pada akhirnya,

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Harus Tetap Bersama Daddy!

    “Astaga, Mas! Apa di rumah kurang?”Pertanyaan polos Darline membuat Hayden terkekeh. Setelah itu, mereka selesai bertelpon dengan Hayden meminta Darline lekas berganti pakaian.Dia sendiri langsung menekan nomor ibunya untuk memberitahu perihal jamuan makan malam yang akan dia hadiri bersama Darline.Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab sang ibu.“Ya, Hayden? Ada apa menelpon di jam begini?” sambut ibunya dengan suara teramat lembut.“Ini, Mom, aku ada jamuan makan malam dan akan mengajak Darline. Mom menemani Hailley dulu di rumah, tidak apa-apa kan?”“Oh, iya, tentu. Bagus juga kamu mengajak Darline keluar. Seharian ini dia di rumah tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan dia juga tidak masak makan malam.”Niat ibunya untuk mengadu, tidak mendapatkan perhatian dari Hayden.“Ya, nanti mom delivery saja. Atau mau aku yang pesankan?”“Ah, nggak usah. Biar Mom minta Hailley saja yang pesankan. Dia pintar menggunakan aplikasi online.”“Oh, oke, Mom. Begitu juga bagus.”Selesai menelpo

DMCA.com Protection Status