Share

192. Game Pertama

last update Last Updated: 2024-12-28 23:47:28

"Aduh, Mbok! Izzam butuh penggaris bentuk segitiga sama buku kotak-kotak. Besok katanya mau dipakai tugas sekolah," ucap Izzam dengan wajah memelas, berdiri di depan dapur sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

Mbok Darmi yang sedang membersihkan ikan untuk makan siang menoleh ke arah bocah delapan tahun itu. Wajahnya penuh rasa iba. "Waduh, kenapa baru bilang sekarang, Nduk? Mbok harus cepet-cepet ke warung, nih?"

Izzam mengangguk cepat. "Iya, Mbok! Kata Bu Guru, nggak boleh telat. Penting banget soalnya. Nanti keburu sore, malah toko alat tulisnya tutup."

Mbok Darmi mengusap tangan basahnya ke celemek sebelum meraih dompet kecil di atas meja. "Ya sudah, Mbok pergi sekarang, ya. Tapi kamu jangan main sembarangan, lho! Jangan bikin Mbok repot. Jangan ke dapur, Mbok belum selesai masak!"

"Siap, Mbok!" jawab Izzam sambil mengacungkan jempolnya. Namun, begitu Mbok Darmi pergi, wajahnya berubah serius. Bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil penuh rencana.

Izzam melangkah pelan ke kama
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Dewi Ratna
ayo thor ....kok blom up ......
goodnovel comment avatar
Ada Ku Kesah Kesahlh
mau episode selanjutnya
goodnovel comment avatar
Casyta Tanod
Izazam anak yg manis kamu, wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   193. Suci Gak Kuat, Ma!

    Izzam membuka jendela kamarnya, membiarkan angin pagi menyapa wajahnya yang penuh senyum licik. Rencana kedua telah disusun dengan matang. Setelah berhasil mengacaukan sore kemarin, kali ini dia ingin menguji kesabaran Suci di pagi hari. Baru satu kali dan anak kecil itu berencana membuat kacau setiap hari. “Aku harus bikin tante yang bikin ibu sedih, keluar dari rumah ini,” gumam Izzam sambil melirik pintu kamar mandi.Tepat saat Suci lewat di depan kamarnya dengan handuk kecil yang ditaruh di pundak, Izzam memanggilnya.“Tante Suci! Tolong, dong, air shower di kamar mandiku macet. Aku nggak bisa mandi.”Suci berhenti, menatap Izzam dengan alis terangkat. “Macet? Kok bisa? Padahal kemarin baik-baik saja.”Izzam mengangkat bahu, memasang wajah polos. “Aku juga nggak tahu, Tante. Tapi aku nggak bisa mandi kalau nggak pakai shower.”Dengan menghela napas panjang, Suci berjalan ke kamar mandi Izzam. “Ya sudah, sini Tante cek.” Wanita itu sama sekali tidak menaruh rasa curiga sedikitpun.

    Last Updated : 2024-12-29
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   194. Rencana Alex yang Lain

    Alex berdiri di sudut kamar rumah sakit, memegang ponsel di tangannya. Matanya tampak lelah, pikirannya penuh dengan kekhawatiran, rasa bersalah, dan berbagai rencana yang belum tersusun dengan baik. Setelah menarik napas panjang, ia akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang yang selalu menjadi tempatnya mencari nasihat.“Halo, Ma,” ucap Alex dengan suara pelan.“Halo, Alex? Tumben pagi-pagi telpon, kenapa, Nak? Ada apa?” Suara Bu Asma terdengar tegas di seberang telepon.Alex terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. “Ma, tolong datang ke rumah sakit sekarang.”Di seberang sana, Bu Asma terdengar terkejut. “Rumah sakit? Kenapa? Apa yang terjadi? Suci atau anak-anak?"Alex mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri. “Nanti aku jelaskan kalau Mama sudah sampai. Tapi tolong cepat.”“Alex, kalau ada yang parah, lebih baik kamu jelaskan sekarang,” desak Bu Asma.“Mama, tolong percaya sama aku. Aku nggak bisa bicara panjang sekarang.”Dengan suara mendesah panjang, Bu Asma akhirnya se

    Last Updated : 2024-12-29
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   195. Pergi Saja Kau!

    Alex berdiri di lobi hotelnya di Jakarta, menatap layar ponsel dengan wajah tegang. Beberapa menit lalu, ia menerima telepon dari orang suruhannya, seseorang yang ia bayar untuk mencari tahu keberadaan Aini. Informasi yang ia terima membuat hatinya bergolak.“Tuan, saya menemukan Aini. Dia sedang tinggal di sebuah apartemen di Jakarta bersama Dhuha,” kata suara Joe di seberang telepon.“Dhuha?” Alex mengernyit, nama itu terdengar familier.“Iya, Dhuha. Orang yang dulu pernah menjadi teman Anda,” lanjut pria itu.Alex terdiam sejenak. Ia sudah bisa menebak sebelumnya, bahwa Aini memang tengah bersama Dhuha, tetapi ia tidak menyangka jika mereka tinggal satu apartemen kembali. Apa hubungan perselingkuhan itu sudah begitu berat? Batin Alex berkecamuk. Marah, kesal, kecewa, semua menjadi satu dalam kepalanya saat ini. “Lalu, ada kabar apa lagi?” tanya Alex, mencoba menenangkan gejolak emosinya.“Yang saya dengar, ibunya Dhuha sedang dirawat di rumah sakit. Sepertinya kondisi beliau cukup

    Last Updated : 2024-12-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   196. Rindu Anak-anak

    Dhuha menatap Aini yang duduk di hadapannya, menikmati hidangan sarapan sekaligus makan siang di restoran apartemen. Restoran itu sepi, hanya ada mereka berdua di salah satu sudut ruangan. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar di belakang Aini, memantulkan keindahan wajahnya yang selalu memikat hati Dhuha. Hampir pagi mereka pulang dari Ancol, maka dari itu keduanya bangun kesiangan. “Aini,” panggil Dhuha pelan, memecah keheningan di antara mereka.Aini mengangkat wajahnya, menatap Dhuha dengan senyum tipis. “Ada apa, Dhuha?”Dhuha meletakkan sendok dan garpunya, lalu menatap Aini dengan serius. “Aku rasa, untuk hari ini, kamu tidak perlu ikut ke rumah sakit menjenguk Mamaku. Mama mungkin belum siap melihatmu di sana. Kamu tahu sendiri, mama masih belum berubah. Aku gak mau kamu malah sakit hati karena ucapan mamaku."Aini terdiam, merasa sedikit tersinggung meski ia tahu Dhuha hanya berusaha melindunginya. “Aku hanya ingin membantu. Aku tidak ingin membuat keadaan semakin rum

    Last Updated : 2024-12-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   197. Sudah Tidur Dengannya

    Langit senja menyelimuti kota Bandung dengan rona keemasan, tetapi suasana di rumah Bu Asma jauh dari keindahan itu. Sepi dan senyap. Tidak ada siapa-siapa ada di rumahnya, hanya ia dan seorang pembantu saja. Alex putra sulungnya tinggal di rumah miliknya sendiri, lalu Jerry masih sibuk kerja di Jakarta. Belum ada niatan menikah katanya. Oleh karena itu, Bu Asma sering kali main, bahkan menginap di rumah Alex agar ia tidak kesepian. Ketukan di pintu pagar terdengar terburu-buru. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Wanita itu menaruh telepon genggamnya di atas meja. "Siapa, ya?" gumam Bu Asma sambil melangkah menuju pintu. Ketika pintu terbuka, ia mendapati Suci berdiri di ambang, wajahnya basah oleh air mata."Suci? Kamu kenapa, Nak?" tanya Bu Asma dengan nada penuh kkekhawatiran"Bik, Bik, tolong buka pagarnya, Bik!" Teriakan bu Asma mengundang sosok wanita muda keluar dari pintu samping dengan langkah tergopoh."Buka pagarnya cepat!""Oh, baik, Bu."Suci tak sanggup menjawa

    Last Updated : 2024-12-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   198. Dilarikan ke Rumah Sakit

    Langit di luar gedung pengadilan gelap, menggambarkan situasi hati yang tengah memanas di antara Alex dan Dhuha. Baru saja mereka resmi berpisah, tanda tangan perceraian selesai, tetapi bukan berarti permusuhan di antara keduanya ikut berakhir.Saat melangkah keluar dari ruang sidang, Alex mendadak berhenti. Pandangannya tajam menusuk ke arah Dhuha, seolah semua amarahnya yang terpendam hendak diluapkan saat itu juga. “Ini semua salahmu,” ucap Alex, suaranya berat dengan nada tuduhan.Dhuha mengangkat sebelah alis. Ia mencoba bersikap tenang, meskipun dadanya bergemuruh. “Sudah cukup, Alex. Kita sudah menyelesaikannya di dalam. Jangan perpanjang masalah ini.”Namun, Alex bukan tipe yang mudah mendengar. Dengan langkah cepat, ia mendekati Dhuha, lalu tanpa aba-aba, tinjunya melayang ke udara. Dhuha jatuh tersungkur, tetapi pria itu cepat berdiri kembali. Saat Alex sekali lagi mencoba melayangkan tinjunya, Dhuha menghindar dengan lincah, langkahnya mundur ke belakang.“Alex, hentikan!”

    Last Updated : 2024-12-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   199. Meminta Hak

    "Aini, Alhamdulillah akhirnya kamu sadar?" suara Dhuha terdengar gemetar, memecah keheningan di ruangan rumah sakit yang serba putih itu. Matanya menatap lekat wajah Aini yang perlahan membuka mata. Perasaan lega bercampur bersalah membanjiri hatinya.Aini mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana dia berada. Seluruh tubuhnya terasa lemah, terutama di bagian sudut bibir kirinya yang masih terasa perih. "Dhuha?" gumamnya lirih, suaranya terdengar serak. Aini meringis seperti tengah menahan sakit. "Iya, ini aku," jawab Dhuha, mendekatkan kursi yang dia duduki ke sisi ranjang. Tangannya berusaha menggenggam tangan Aini, tapi ragu-ragu. "Aku… aku minta maaf, Aini. Aku nggak bisa menjaga kamu. Aku nggak pernah bermaksud bikin kamu terluka. Ini semua salahku."Aini tersenyum lemah, meskipun matanya masih tampak lelah. "Jangan ngomong begitu, Dhuha. Aku yang seharusnya minta maaf. Aku ikut udah banyak bikin kamu susah." Dia menundukkan kepala, mengingat bagaimana dia mencoba

    Last Updated : 2025-01-01
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   200. Ajak Aku Bercinta

    Telepon genggam Aini kembali berdering dan kali ini tak kunjung berhenti. Alex menghentikan gerakan mencium Aini dengan membabi-buta. "Sialan!" Alex mengumpat kesal. Tok! Tok! Suara pintu apartemen digedor dengan keras. Wajah Alex berubah tegang. Dia melepaskan cengkeramannya pada Aini, lalu melangkah mundur."Aini, aku tahu kamu di dalam. Kalau kamu nggak buka, aku dobrak pintunya!" seru Hakim lagi.Bugh! Disaat Alex lengah, Aini berhasil mendorong suaminya itu hingga jatuh duduk. Lalu Aini mengumpulkan keberanian untuk berlari ke pintu dan membukanya. Begitu pintu terbuka, Hakim langsung masuk dan melihat Alex yang berdiri di tengah ruangan dengan wajah marah. Melihat pakaian Aini kocar-kacir, Hakim langsung mengambil taplak meja berbahan kain, lalu ia berikan pada Aini sambil memalingkan wajahnya. "Kamu lagi?!" Hakim mendengus, berjalan mendekati Alex. "Nggak cukup kemarin kamu bikin masalah?""Ini bukan urusanmu, Hakim," balas Alex dengan nada dingin."Tapi ini urusan sepupu

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   226. Kedatangan Istri Tua

    Pagi pertama setelah pernikahan, Aini bangun dengan mata yang masih sembab akibat tangis semalam. Kamar itu terasa sunyi, dan ia mendapati tempat tidur di sampingnya kosong. Erwin sudah bangun lebih dulu, atau mungkin ia memang tak pernah tidur di sana.Aini menatap cermin di depan meja rias. Wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha menguatkan diri. Ia tahu, hidupnya kini sudah berubah, meski tak sesuai dengan harapannya.Di ruang makan, Nara sudah menunggu dengan senyum hangat. Wanita tua itu tampak lebih bersemangat daripada biasanya, mungkin karena merasa salah satu keinginannya telah terpenuhi."Aini, bagaimana malam pertamamu?" tanya Nara dengan nada bercanda, membuat Aini tersipu."Baik, Bu," jawab Aini sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan luka di hatinya. Tidak ada apapun yang terjadi semalam. Jangankan menyentuh, melihat dirinya saja, Erwin enggan. Tak lama kemudian, Erwin muncul dari arah pintu belakang. Ia mengenakan kemeja putih yang dilipat hingga siku, rambutn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   225. Cuma Kamu Satu-satunya

    Flash backPanti Asuhan Cahaya Kasih berdiri di tengah-tengah sebuah desa kecil yang asri. Bangunannya sederhana, dengan dinding kayu yang dicat putih dan halaman luas yang selalu dipenuhi tawa riang anak-anak. Hari itu, aroma kue yang baru dipanggang menguar dari dapur, menambah kehangatan suasana. Hujan rintik-rintik yang membasahi rumput di halaman panti, beraroma khas yang sangat menenangkan. Kue di dalam oven pun sebentar lagi akan siap disantap. "Kak Aini, ini adonannya udah bener, belum?" tanya Nia, seorang bocah berusia delapan tahun sambil mengangkat mangkuk adonan ke arah Aini.Aini tersenyum lembut, memperhatikan adonan cokelat yang agak berantakan itu. "Hmm, bagus, tapi coba tambah sedikit gula bubuk, ya. Supaya manisnya pas."Nia mengangguk semangat, lalu kembali ke meja kerjanya bersama anak-anak lainnya. "Pastikan kamu gak salah mengatur waktu bakaran kuenya Isna!""Baik, Teh Aini." "Jika sudah selesai, jangan langsung dimasukan dalam toples. Biarkan dingin dengan s

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   224. Ibunya Sudah Meninggal

    Setelah melalui pencarian panjang, akhirnya Aini mendapatkan informasi yang selama ini ia cari. Alamat sekolah baru Intan dan Izzam kini ada di tangannya, dan sebuah fakta mengejutkan terungkap—anak-anaknya kini tinggal di Jakarta, bukan lagi di Bandung."Kamu yakin tidak salah kan, Fahmi? Anak-anakku ada di Jakarta?""Iya, betul, mereka semua pindah ke Jakarta."“Kenapa Alex memutuskan membawa mereka sejauh ini?” gumam Aini saat membaca kembali alamat itu. Hatinya campur aduk antara lega dan gelisah.Pagi itu juga, Aini bersiap untuk perjalanan ke Jakarta. Ia mengenakan pakaian sederhana, tetapi rapi, dan memasukkan dokumen penting ke dalam tas kecilnya. Saat ia selesai bersiap, Dhuha muncul di ruang tamu dengan wajah penuh penyesalan.“Aini,” panggil Dhuha lembut. “Aku minta maaf banget, tapi aku nggak bisa nganter kamu hari ini. Ada rapat penting di kantor yang nggak bisa aku tinggalin.”Aini tersenyum tipis, meskipun hatinya sedikit kecewa. “Nggak apa-apa, Dhuha. Aku bisa pergi se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   223. Masih Berusaha

    Malam itu, setelah tangisannya reda, Aini duduk termenung di balkon apartemen. Dhuha sudah memintanya untuk beristirahat, tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Intan dan Izzam. Ia memandangi layar ponselnya, mencoba menghubungi kembali nomor telepon dari papan rumah dijual, tetapi hasilnya tetap sama—tidak aktif.Pagi harinya, Aini memutuskan untuk melanjutkan pencariannya. Ia mengumpulkan keberanian untuk mengunjungi tempat-tempat yang mungkin bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan anak-anaknya. Satu hal yang sangat ia sayangkan, bahwa ia tidak tahu kantor Alex dimana. Nomor telepon bu Asma pun tidak bisa ia hubungi. Semakin sedih dan kecewa saja Aini karena benar-benar dipisahkan dengan anak-anak yang sudah ia anggap anaknya sendiri. Namun, di sisi lain kota, berita tentang kedatangannya ke sekolah mulai sampai ke telinga seseorang yang tak ia duga—Alex.Di sebuah kantor kecil yang berlokasi di kawasan bisnis Jakarta, Alex tengah sibuk dengan pekerjaannya ketika seor

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   222. Kehilangan Anak-anak

    Satu bulan telah berlalu sejak Aini memutuskan untuk menjauh sementara dari segala hiruk-pikuk hidupnya yang penuh konflik. Namun, kerinduan akan kedua anaknya, Intan dan Izzam, menjadi beban yang tak bisa ia abaikan. Setelah berhari-hari berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini semua demi kebaikan bersama, akhirnya ia memberanikan diri kembali mengunjungi sekolah anak-anaknya, berharap bisa melihat wajah mereka meskipun dari kejauhan."Kamu gak mau aku temani?" tanya Dhuha saat Aini menemaninya sarapan. "Nggak, Dhu. Aku bisa naik taksi online. Kamu fokus kerja ya. Aku cuma main ke sekolah anak-anak aja hari ini. Udah sebulan, aku udah kangen. Semoga aja Alex udah gak marah lagi." Aini meyakinkan Dhuha. Pria itu pun tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Aku ijinnya saat kamu sidang terakhir saja. Lusa kan?" Aini mengangguk. "Makasih ya, Dhuha, aku udah benar-benar ngerepotin kamu.""Gak repot, Mbak Sayang. Aku beneran ikhlas. Udah, ah, pagi-pagi jangan melow. Ayo, habiskan sarapannya."Pa

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   221. Talak Tilu

    Malam itu, suasana rumah keluarga Budi cukup tenang. Viona sedang sibuk di dapur menyiapkan makan malam, sementara Budi duduk di ruang tamu, membaca artikel tentang dipecatnya pelatih sepak bola Indonesia Sin Tae Hyong. "Kenapa harus dipecat ya, Ma?" kata Budi bergumam. "Mungkin memang sudah waktunya pensiun pelatih dari Korea itu, Pa. Papa ini, sejak kemarin, yang dibaca itu terus. Masih ada berita lain, Pa. Papa tahu gak, kalau Lolly anak Nikita Keren, bertengkar lagi dengan ibunya.""Itu berita gosip yang Mama sukai, jelas beda sama lelaki." Viona mencebik. "Maria tadi telepon, dia curhat kalau Dhuha kembali membangkang dan memilih Aini." Budi menaruh ponselnya. "Bagus, sejak awal, Aini itu memang anak baik. Statusnya memang pernah menikah, tapi ternyata masih gadis. Heran, Papa, kenapa Maria tetap tidak setuju?""Karena Aini tadinya pemulung, Pa. Jadi Maria gak mau. Malu katanya.""Ah, sudahlah, gak usah pikirin anak orang, anak kita aja susah diatur dua-duanya. Kayak gak ada

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   220. Amel Cemburu

    Malam terasa dingin ketika Amel memutuskan untuk meninggalkan rumah Anton. Ia berjalan cepat ke mobilnya, tanpa menoleh ke belakang. Emosi yang bercampur aduk membuat tangannya gemetar saat membuka pintu mobil. Ketika akhirnya duduk di kursi pengemudi, air mata yang sejak tadi ia tahan mengalir deras."Aku bodoh," gumamnya pelan. "Kenapa aku percaya dia? Jelas-jelas mereka akan kembali rujuk!"Amel menatap kosong ke arah dashboard. Bayangan Anton yang memapah Luna masuk ke rumah tadi terus membayangi pikirannya. Meski ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Anton mencintainya, pemandangan itu terlalu menyakitkan.Butuh beberapa menit sebelum Amel akhirnya memutuskan langkah selanjutnya. Ia menyalakan mesin mobil, mengarahkan kendaraannya ke rumah orang tuanya. Selama perjalanan, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang tak terjawab. Apakah ia salah memilih Anton? Apakah semua pengorbanannya sia-sia? Ia sudah terlalu baik untuk duda beranak satu itu. Bahkan disaat pria itu amnesia. Ket

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   219. Pilih Aku atau Dia

    Hakim menyandarkan tubuhnya di kursi ruang keluarga dengan raut wajah lelah. Di hadapannya, Viona duduk sambil memainkan ujung kerudungnya, gelisah. Budi, ayahnya, diam di sudut ruangan, memandang ke luar jendela dengan ekspresi tegang. Suasana ruangan dipenuhi kecemasan yang belum terungkap sepenuhnya."Hakim," suara Viona akhirnya memecah keheningan, terdengar pelan namun penuh tekanan. "Kamu sudah dengar kan tentang Amel dan Anton?"Hakim mengangguk perlahan. "Iya, Ma. Amel sudah cerita. Tapi aku pikir ini cuma hubungan biasa, enggak sampai serius." Padahal ia tahu kalau adiknya serius. Viona mendesah panjang, menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Hakim, ini bukan sekadar hubungan biasa. Amel sudah tinggal di rumah Anton. Kamu tahu itu? Dia tinggal di rumah pria yang masih dalam proses cerai, Hakim!"Hakim tidak terlalu terkejut. Ia sudah tahu hal itu dan pernah menasihati Amel perihal ini, tapi adiknya tetap saja keras kepala. "Iya, Ma, Hakim sudah pernah bilang kalau itu gak b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   218. Cemburu

    Sore hari, sepulang dari mengunjungi beberapa sekolah di pagi harinya, Alex langsung menuju kamar Intan. Ia menemukan gadis kecil itu sedang asyik menggambar di atas meja kecilnya. Intan tampak fokus, menggambar sesuatu dengan pensil warna.“Cantik Papa,” panggil Alex lembut, lalu duduk di kursi di samping putrinya.Intan menoleh, wajahnya cerah. “Iya, Pa? Lihat, ini gambar Intan sama Ibu,” katanya sambil menunjukkan hasil gambarnya. Di atas kertas putih itu, ada dua orang digambar dengan sederhana. Seorang wanita dengan rambut panjang sedang memegang tangan seorang anak kecil. Itu jelas Aini dan Intan.Alex terdiam sejenak, menatap gambar itu dengan perasaan campur aduk. “Gambarmu bagus sekali, Cantik,” ujarnya, berusaha tersenyum. “Tapi Papa mau ngomong sesuatu sama Intan.”Intan hanya menatap Alex dengan wajah bingung. Alex menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Papa mau pindahkan Intan dan Kak Izzam ke sekolah yang baru. Sekolahnya lebih bagus, lebih besar, dan Intan pasti suk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status