Share

167. Poligami?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 21:51:33

Suara langkah kaki Bu Asma terdengar pelan tapi berat memasuki ruang tamu. Sepasang sendalnya dilepas dengan gerakan lambat, lalu diletakkan di sudut pintu. Aini, yang sudah duduk menunggu dengan wajah gelisah, langsung berdiri dan menghampiri ibu mertuanya.

"Ma, bagaimana? Apa yang terjadi di sana?" Aini bertanya dengan suara cemas, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada.

Bu Asma menghela napas panjang, matanya tampak sayu. Ia meletakkan tas kecil yang dibawanya di atas meja dan duduk di sofa tanpa menjawab. Gestur itu cukup membuat Aini semakin panik. Ia berjongkok di hadapan mertuanya, menatap penuh harap.

"Alex bagaimana, Ma? Katakan sesuatu, tolong," pintanya, nyaris seperti sebuah rintihan.

Bu Asma menunduk, meremas tangan sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara, tapi pelan, seolah takut mendengar suaranya sendiri. "Alex... dia akan tetap di penjara kalau kita tidak memenuhi syarat dari keluarga Suci."

Aini tertegun. "Syarat? Apa maksud Mama? Apa yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
lah Thor kok blom up .....dah malam nih
goodnovel comment avatar
Zatiey Aina
Entahlaa Aini. dah tahu si Alex tu redflag tetap jugak pilih kawin dengan dia. sekarang jadi macam ni pun masih stay. capek aku Aini. mending aku aja yg sama Dhuha. HAHAHAHA
goodnovel comment avatar
Tiraya
dulu dipoligami Dhuha minta cerai... sekarang dipoligami Alex gk minta cerai,. .. giblik... wkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   168. Ide dari Hakim

    “Aku yakin kali ini akan lebih baik, Nak.” Suara lembut Maria terdengar penuh harap, mengawali pembicaraan yang sudah sangat akrab di telinga Dhuha. Ia sedang duduk di ruang makan bersama Maria, ibunya, sembari menyeruput kopi hangat. Tidak ada semangat dalam dirinya setelah mengantar Aini pulang ke Bandung. Lagi-lagi ia patah hati. Awalnya, ia berharap Aini berpisah dari Alex saja, tetapi karena Izzam dan Intan, Aini mengalah dan memutuskan kembali bersama Alex. "Dhuha, kenapa, sih? Kamu ada masalah di kantor? Mama udah pesan sama Om Fauzan, kalau kamu jangan ditugaskan yang berat-berat dulu. Kamu juga harus bagi waktu untuk diri kamu sendiri. Termasuk mencari jodoh."Dhuha menghela napas panjang. “Ma, aku nggak yakin. Yang kemarin saja sudah cukup merepotkan.”“Dhuha." Maria menatapnya dengan pandangan yang tegas namun penuh kasih. “Mama tahu, kamu merasa kurang cocok waktu itu. Tapi Marissa anaknya baik. Mama sudah kenal keluarganya lama, dan... kali ini Mama cuma minta kamu menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   169. Pebinor

    “Jadi, bagaimana kemarin? Kamu dan Marissa cocok, kan?” Maria memulai pembicaraan pagi itu di ruang makan. Ia terlihat santai, namun dari raut wajahnya, jelas ia ingin mendapatkan jawaban yang ia harapkan. Wajahnya berbinar saat menuangkan teh di cangkir Dhuha. "Bu, saya mau ke pasar dulu ya," ujar bibik menginterupsi. "Oh, iya, jangan lupa beli jeruk mandarin kecil untuk anak-anak ya, Bik.""Baik, Bu." Setelah bibik pergi, Maria kembali menatap sang Putra. Dhuha mengangkat cangkir tehnya perlahan, mencoba memilih kata yang tepat. “Biasa saja, Ma. Kami makan, ngobrol sedikit, terus nonton.”Maria menatapnya penuh perhatian. “Oh, kalian nonton juga? Itu bagus. Berarti ngobrolnya nyambung, ya? Ih, Mama senang banget dengernya." Maria tersenyum lebar. “Lumayan, Ma.” Dhuha mencoba tersenyum sopan, meski hatinya tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan diskusi ini. “Dia orangnya baik, tapi aku belum tahu sejauh mana bisa cocok.”Maria mengangguk perlahan. “Yang penting kamu sudah mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   170. Mengabaikan Suci

    “Aini, sudah pulang?” suara lembut Bu Asma menyambut Aini yang baru saja melangkah masuk ke rumah. Tubuhnya sedikit lelah setelah menjemput Intan dari sekolah. Ia hanya menjawab seadanya, “Sudah, Ma,” sambil membantu Intan melepas sepatunya.“Mana Izzam?” tanya Bu Asma lagi.“Masih di sekolah, les tambahan, Ma, " jawab Aini singkat tanpa menoleh. Ia merasa sesak setiap kali berada di rumah ini, tempat di mana luka hatinya semakin dalam.Suci, yang muncul dari dapur sambil membawa nampan berisi teh untuk Bu Asma, menyambut Aini dengan senyum ramah. “Hai, Mbak Aini. Capek ya jemput Intan?”Aini hanya melirik sekilas tanpa membalas sapaan itu. Ia menarik napas dalam-dalam, menahan diri agar tidak mengeluarkan kata-kata yang mungkin akan disesalinya nanti.Bu Asma mengerutkan kening. “Aini, jangan begitu. Suci cuma ingin menyapa. Dia istri Alex juga, sama seperti kamu. Kalian harus belajar saling menerima.”Aini menahan amarahnya. Kata-kata itu baginya seperti garam yang ditaburkan ke luk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   171. Apartemen Dhuha

    Pagi itu, Aini berdiri di depan gerbang sekolah, melambaikan tangan kepada Intan dan Izzam yang berjalan masuk ke dalam. Senyum kecil tersungging di bibirnya, meskipun hatinya masih terasa berat. Rutinitas ini seolah menjadi tameng dari rasa sakit yang terus menggerogoti dirinya.Mobil sudah terparkir sempurna di parkiran sekolah. Ia sengaja menaruh kendaraan di sana selagi ia ada urusan dengan Dhuha. Begitu anak-anak menghilang di balik pintu sekolah, ia memesan ojek online lewat ponselnya. Tujuannya bukan kembali ke rumah, melainkan sebuah apartemen di pusat kota, tempat Dhuha menunggunya. Dalam perjalanan, pikirannya bercampur aduk antara rasa bersalah, keraguan, dan semacam kegembiraan yang aneh.Tak lama kemudian, Aini sampai di apartemen Dhuha. Namun, ia tidak masuk ke dalam unitnya, melainkan menuju restoran di lantai bawah seperti yang telah mereka sepakati. Dhuha sudah menunggunya di sana, mengenakan kemeja kasual biru muda yang membuatnya tampak lebih muda dari usia sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   172. Menyesali Keputusan

    Hari itu, Aini meluangkan seluruh waktunya untuk merawat Dhuha yang masih terbaring lemah di apartemennya. Pria itu tampak pucat, tetapi perlahan kondisinya mulai membaik. Aini membuatkan bubur ayam hangat di dapur kecil apartemen, mengaduknya dengan hati-hati agar rasanya pas. Aroma bubur yang menguar memenuhi ruangan, memberikan kesan rumah yang hangat.Ketika bubur itu matang, Aini membawanya ke kamar dan meletakkannya di meja samping tempat tidur. Dhuha membuka matanya perlahan, senyumnya muncul saat melihat Aini di sana.“Kamu benar-benar masak sendiri?” tanya Dhuha dengan suara serak.Aini mengangguk. “Aku nggak tahu rasanya enak atau nggak. Tapi kamu harus makan biar cepat sembuh. Wajah kamu pucet banget."Dhuha mencoba duduk, dan Aini buru-buru membantunya menyandarkan punggungnya ke bantal. Ia mengambil sendok, menyuapkan bubur ke mulut Dhuha seperti yang dilakukan pria itu kepadanya beberapa hari lalu.“Rasanya jauh lebih enak daripada bubur di restoran,” ujar Dhuha, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   172. Tamu Rasa Istri

    Dhuha terbangun di tengah malam. Tenggorokannya kering, dan tubuhnya mulai terasa lebih baik. Demamnya telah mereda, meskipun rasa lemas masih tersisa. Ia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Ketika ia kembali ke kamar, ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur menyala, menandakan sebuah pesan masuk.Pesan itu dari Aini.> “Aku tertekan dengan pernikahanku. Rasanya seperti dihukum atas kesalahan yang bahkan nggak pernah aku lakukan.”Dhuha membaca pesan itu dengan hati berdebar. Ia langsung mengetik balasan.> “Kalau begitu, biar aku jemput kamu sekarang juga. Kita bisa bicara.”Tak butuh waktu lama, balasan dari Aini muncul.> “Besok saja, Dhuha. Malam ini aku nggak mau membuat masalah baru. Aku sudah terlalu lelah.”Dhuha menatap layar ponsel itu beberapa detik, lalu menarik napas panjang. Ia ingin segera menolong Aini, tetapi ia tahu wanita itu perlu waktu.“Baiklah,” balasnya akhirnya. “Besok aku tunggu kamu. Kapan dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   173. Di mana Aini?

    "Ma, Mbak Aini kemana, ya? Saya belum pernah lihat dia di rumah sejak pindah ke sini," tanya Suci perlahan. Ia menatap ibu mertuanya, Bu Asma, yang sedang sibuk menyiapkan teh di meja dapur. Suci merasa perlu menanyakan hal ini karena meskipun ia istri kedua Alex, ia belum pernah bertemu langsung dengan istri pertama suaminya.Bu Asma mendesah pelan sebelum menjawab, "Biasanya Aini habis antar anak-anak ke sekolah, terus keluyuran entah ke mana. Dia jarang di rumah siang-siang begini.""Oh begitu," balas Suci, mencoba menyembunyikan rasa lega yang menggelayut di hatinya.Sejak ia resmi menikah siri dengan Alex dia minggu lalu, hidup Suci terasa seperti berjalan di atas bara. Perasaan bersalah terus menghantui, terlebih saat ia tahu harus tinggal seatap dengan keluarga Alex. Namun, yang mengejutkannya, Alex lebih sering tidur di kamarnya daripada di kamar Aini. Keadaan ini membuatnya bertanya-tanya, tapi ia memilih untuk tidak memperlihatkan kebingungannya di depan mertuanya."Intan sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   174. Malam Ini Kamu Tidur denganku, Ai!

    Langit Jakarta mulai menggelap saat Dhuha memacu langkahnya menuju apartemen. Napasnya memburu, sebagian karena tergesa-gesa, sebagian lagi karena pikirannya yang terus bergulat. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya di kantor dan menerima pesan singkat dari mamanya dan telepon dari Aini. Kabar mamanya yang berkunjung ke apartemennya, tentu saja membuatnya syok. Apalagi sang Mama terang-terangan mengusir Aini. Ia tidak akan membiarkan wanita yang ia cintai, yang saat ini sedang tidak baik-baik saja, malah pergi darinya. Ketika pintu apartemen terbuka, aroma lavender dari diffuser menyambutnya, tapi tidak mampu mengurangi ketegangan di udara. Di ruang tamu, Bu Maria duduk di sofa, tubuhnya tegak dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya yang biasanya lembut kini murung, dengan tatapan tajam mengarah pada Dhuha.“Dhuha, kamu sudah benar-benar tidak mendengarkan Mama lagi, ya?” Suaranya dingin, langsung menusuk ke inti pembicaraan sebelum Dhuha sempat melepas sepatu.Dhuha menelan lud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   214. Apa Mau Dua Istri?

    Hari-hari berlalu dengan lambat sejak percakapan pagi itu. Luna tetap di rumah Anton, menjalani rutinitasnya yang kini seperti ritme yang terprogram. Ia bangun lebih awal, menata meja makan, membersihkan rumah, dan memastikan semua keperluan Anton dan Aris berjalan lancar. Ia berlakon layaknya ibu dan istri yang baik. "Assalamu'alaikum, Bu Luna.""Wa'alaykumussalam." Luna menutup kotak bekal Aris dengan cepat, lalu melihat siapa tamunya. Amel pun baru saja membuka sedikit pintu kamarnya. "Eh, Bu Arman, ada apa, Bu?" "Ini, buat Bu Luna dan Aris. Saya bikin banyak bubur sumsum." Wajah Luna semringah. "Saya senang Mbak Luna dan Mas Anton baik-baik saja sekarang. Aris juga udah jarang terdengar rewel. Alhamdulillah, akhirnya kalian rujuk juga." Wajah Luna nampak bingung. "M-maksud Ibu?""Sudah, gak usah dipikirkan. Anggap saja masa lalu itu, sebuah pelajaran. Sekarang hidup baik-baik dengan Anton dan Aris ya. Kasih adik lagi buat Aris. Biar rame rumahnya. Bisa dua atau tiga anak lagi

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   213. Kamu Harus Pergi dari Sini!

    “Apa kabar, Anton?” suara Aini terdengar lembut dan ceria. Wanita itu memang sengaja menghubungi Anton karena diminta oleh Hakim. Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Aku baik, Aini. Tapi ya, begitulah. Besok aku sidang kedua.”“Sidang kedua?” suara Aini berubah penuh perhatian. “Akhirnya ya... sudah sejauh itu. Bagaimana rasanya?”“Rasanya biasa saja. Sebagai formalitas karena aku dan Luna benar-benar selesai.” Anton menjawab jujur. “Di satu sisi aku lega, di sisi lain, ada bagian dari diriku yang masih bertanya-tanya... apa benar semua ini jalan yang terbaik, terutama untuk Aris," lanjutnya lagi. Aini terdiam sejenak. Suaranya terdengar lebih pelan saat ia berkata, “Aku paham, Ton. Besok aku juga sidang cerai kedua. Kita sama-sama bercerai dengan pasangan masing-masing."Anton tertegun. “Kamu serius? Aku nggak tahu ini sampai ke titik itu. Kukira kalian masih mencoba memperbaiki semuanya. Kamu dan Alex. Bukannya waktu itu kamu ikut pulang ke rumah Alex?"“Aku sudah ber

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

DMCA.com Protection Status