Home / Romansa / Malam Pertama dengan Dosenku / Derita yang Tersimpan

Share

Derita yang Tersimpan

Author: Nia Kannia
last update Last Updated: 2025-04-03 21:03:09
PoV Kaivan

Aku nyaris tidak percaya jika dia berada di hadapanku sekarang. Setelah sekian lama aku mencari dan nyaris membuatku frustrasi. Namun bagaimana bisa dia di sini? Di rumah Mama.

Tak bisa dipungkiri jika selama ini aku memang kehilangan dirinya. Aku juga merindukannya. Tak melihat dan tak tahu keberadaannya selama dua bulan saja rasanya bikin hatiku remuk. Kekhawatiranku bukan hanya pada putraku saja, tetapi juga pada ibunya, Alya.

Ingin rasa memeluk tubuhnya saat ini juga, tetapi aku tak yakin dia tidak keberatan. Lagi pula dia masih memangku putra kami.

Rasanya aku seperti terbang menjelma menjadi capung saat mendengar dia bersedia untuk terus bersamaku. Aku tidak tahu pasti sejak kapan menginginkan dirinya, tetapi perasaan ini tidak dapat kututupi.

Namun, sikapnya sedikit aneh. Dia yang awalnya seperti menghayati dan menikmati perlakuanku. Mendadak dia mendorongku sekuat tenaga. Apa yang terjadi? Aku belum sempat bertanya kenapa dia seperti itu.

Fakta tentan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Berakhir

    PoV KaivanMalam ini aku memilih tidur di sofa yang berada di salah satu sudut kamar. Aku terlalu takut untuk mengganggu dan mendekati Alya lagi. Rasa bersalah ini juga cukup susah untuk dihilangkan dan membuatku susah tidur. Jadi, aku masih bisa mendengar saat ada yang mengendap-endap melangkah mendekatiku. Alya. Dari cahaya remang lampu tidur aku bisa menangkap bayangannya yang terus mendekat. Aku segera menutup mata saat jaraknya tinggal satu meter lagi. Tak bisa dipungkiri, ritme jantung bertambah cepat saat dia menyentuh selimut yang memang hanya kupakai sebatas pinggang, kemudian menaikkannya hingga ke dada. Duh, rasanya aku seperti kembali menjadi remaja yang baru saja jatuh cinta. Dag dig dug.Dan, akhirnya aku tak bisa lagi terus berpura-pura terpejam saat tangan jari halusnya terasa menyentuh pelipisku. Entah apa yang sebenarnya dia lakukan. Jarinya mungil, tetapi cukup membuat tubuhku seperti tersengat listrik. "Belum tidur, Al?" tanyaku pelan dan berusaha netral, tetapi

    Last Updated : 2025-04-04
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Keputusan

    "Alya, udah." Aku mencoba meraih ponsel itu dari tangannya. "Tapi saya mau lihat. Buka, dong." Dia mulai mendesak dan aku pun mulai terdesak saat dia meraih jemariku. Mengarahkan jariku ke touch pad. Satu persatu. "Ck sssh," decakku lirih karena dia sedikit keras kepala kali ini. Aku mengambil ponsel itu, kemudian mengikuti keinginannya. Setelah mendapatkan apa yang dimau dia menjauh dan berjalan menuju sofa di sudut ruangan. Perlahan aku mengikutinya. Dia menatapku yang baru saja duduk di sisinya kini. "Bapak, emm ... maksudnya ... Mas udah hapus videonya waktu itu kan?" tanyanya pelan, ia menatap penuh selidik. Ia sudah meletakkan ponselku di meja. Kulihat jelas garis kecewa di sana. Aku mengangguk. Ragu sebenarnya. "Terus, kenapa ini mereka pada ngomongin video?" tanyanya penuh selidik. Matanya berkaca-kaca. Jelas ada yang mengembun di sana. Aku bergeming. Tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku pun masih bingung, bagaimana video rekaman itu masih ada. "Ya ampun ..., in

    Last Updated : 2025-04-05
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Fakta Mengejutkan

    "Sudah puas kamu sekarang, Ki?"Akhirnya aku menemukan Kinan di rumah. Dia sedang asyik dengan ponselnya saat aku masuk ke kamar. Dia menoleh. Menatap datar, tanpa ekspresi. Namun, setelah membuang tatapan dariku dia tersenyum mengejek. Dia berdiri setelah meletakkan ponsel di atas springbed."Akhirnya kita ketemu juga, Mas. Setelah sekian lama, ya." Dia berucap lembut. Seolah tidak terjadi apa-apa di antara kita. Ah, bisa-bisanya. Setelah apa yang dia lakukan dia dan semuanya terjadi dia bisa bersikap normal. Menyebalkan, bukan? "Kenapa kamu lakuin ini, Ki? Segitu dendamnya kamu sama aku sampe tega menghancurkan sesuatu yang aku bangun bertahun-tahun?" Aku mulai naik pitam meski masih belum dengan nada tinggi. Hanya memberi tekanan yang lebih pada suara."Aku?" Dia mengerutkan dahi. Tangannya bersedekap, matanya menatap lekat padaku meski bukan dengan tatapan ta jam. Namun, lebih pada tatapan yang mengandung sarkas untukku. Miris. Ini wanita yang kucinta dan damba selama bertahun-

    Last Updated : 2025-04-06
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Tidak Pulang Sendirian

    Aku melirik ponsel yang sejak tadi sunyi. Belum ada tanda-tanda jika Pak Kaivan ... ah, maksudku Mas Kaivan menghubungi. Ah, kenapa susah sekali mengubah panggilan itu. Jika boleh jujur, aku lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan Pak. Terserah orang mau bilang apa. Namun, jika yang disematkan panggilan itu keberatan, sepertinya aku memang harus mulai membiasakan diri. Pria itu terakhir menghubungiku sejak tiga hari yang lalu. Saat dia mengabari baru sampai di kota metropolis itu. Iya, aku tahu dia sibuk menyelesaikan masalahnya.Aku terkesiap saat bahuku terasa disentuh. Saking terkejutnya, bayi Rayyan yang kudekap dan sandarkan di depan dada nyaris terlepas jika Mama tak segera menangkapnya. "Alya!" Suara Mama refleks menegurku.Aku gelagapan. Rasa bersalah mendadak menyergap. "Kamu melamun? Mikirin apa sih?" tanya Mama. Rayyan sudah berpindah dalam dekapannya. Dia menepuk-nepuk punggung Rayya pelan. Ternyata bayiku sudah tertidur, entah sejak kapan. "Maaf, Ma," ucapku pelan.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Aku Suamimu, Alya!

    Aku meletakkan Rayyan yang baru selesai menyusu di box-nya, dengan hati-hati membenahi selimut kecil yang melilit tubuh mungilnya. Namun, aku berjingkat saat ada tangan lain ikut menyentuh selimut. Saking terkejutnya, aku memegang da da, memastikan jantung masih aman berada di tempatnya. Detik berikutnya, aroma maskulin yang sama dan tak asing menyapa indera penciuman. Aku menoleh. Seulas senyum yang beberapa hari ini kurindukan terukir di sana. Namun, wajahnya sedikit kusam dengan lingkaran hitam yang sedikit samar di kelopak matanya. "Pak?"Dia mengerutkan dahi, ekspresinya sedikit berubah, membuatku menyadari sebuah kesalahan."Ehm, Mas ...." Dia lalu meraih bahuku, merangkul, kemudian membawa kepalaku ke dada bidangnya. Membuatku lebih leluasa menghirup aroma parfumnya."Katanya pulang besok?" tanyaku. Karena di video call kemarin dia bilang lusa pulang. Berarti seharusnya besok. Apa aku yang salah hitung hari?"Nggak sabar nunggu besok." Dia menjawab. Aku bergeming sesaat, ke

    Last Updated : 2025-04-07
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Secepat Itu?

    Tidak ada pilihan lain kecuali pasrah. Meski canggung cukup menguasai, tetapi dia memang benar. Tentu saja aku tidak ingin dia beranggapan jika aku tidak menganggapnya suami.Pria itu membiarkanku fokus memberikan ASI pada Rayyan hingga makhluk mungil itu tertidur lagi."Alya," serunya pelan tepat di dekat telingaku. Ya Tuhan, tidak bisakah dia mengendalikan sikapnya. Setidaknya diam dan lihat saja, tak perlu melakukan apa pun yang membuat tubuh terasa panas dingin aspas ini. Aku hanya menoleh sesaat, kemudian kembali fokus pada Rayyan. "Selama pisah kemarin, apa kamu pernah merindukan aku?" Aku menelan ludah dengan susah payah. Kaivan Satria Aksa yang sebelumnya hanya berbicara seperlunya kenapa makin hari makin banyak bicara hal random?Aku menoleh. Bertemu pandang dengan mata beningnya yang sudah lebih segar daripada saat dia baru saja sampai tadi. Dia tampak menanti jawaban. "Saya lagi nggak fokus untuk menjawab pertanyaan seperti itu, Pak." Aku seperti kehilangan kemampuan

    Last Updated : 2025-04-07
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Permintaan Ayah

    "Mama ke Jakarta, Mas? Kapan berangkatnya? Kenapa mendadak?" tanyaku setelah pria itu mengakhiri sambungan telepon. Baru kemarin siang kami mengobrol di sini dan berakhir menelepon putranya. Namun, memang setelah itu aku tidak melihatnya lagi. Kami berdiri saling berhadapan sekarang. Wajah tegangnya sedikit berkurang setelah mendengar suaraku."Jadi, Mama nggak bilang sama kamu juga, Al?" tanyanya kemudian. Ada garis yang tak biasa dari wajahnya.Aku menggeleng pelan."Mama aneh, entah kenapa aku merasa ada yang Mama sembunyikan dari kita. Aku tahu Mama di Jakarta dari Azzam. Bahkan Mama ga bilang apa-apa." Dari suaranya aku bisa memastikan jika dia sedang kesal."Aku juga nggak enak sama Ayah dan Ibu, mereka ke sini tapi Mama malah nggak ada." Dia menambahkan lagi seraya mengerutkan dahi. "Mas Kaivan ga bilang sama Mama kalau pulang hari ini?""Udah, tapi enggak ada respons. Di telepon enggak diangkat, di-chat juga enggak dibaca.""Mungkin Mama lagi sibuk, Mas. Makanya pergi mend

    Last Updated : 2025-04-08
  • Malam Pertama dengan Dosenku   Dilema

    Melihat Ayah yang tidak melanjutkan kelimatnya, aku pun menyahut lirih, " Yah, memang bukan ini yang Alya mau, tapi ketika takdir membawa Alya dalam kehidupan Mas Kaivan, Alya ikhlas menerima, Ayah. Alya bahagia." Aku melirik pada pria di hadapan kami. Wajahnya datar seperti biasa. "Kamu benar-benar bahagia, Nak?" tanya Ayah seraya menatapku. Aku memang melihat keraguan di sana.Kuraih tangan Ayah, lalu membawanya dalam genggaman. "Alya bahagia, Yah. Alya minta tolong selalu doain Alya, ya.""Pasti, Nak. Ayah selalu doakan untuk kebaiakan dan kebahagian kamu dunia dan akhirat. Syukurlah kalau kamu bahagia, Ayah senang mendengarnya. Tapi, kalau boleh Ayah minta, Ayah ingin sekali melihat kamu wisuda," ucap Ayah tanpa keraguan.Aku tak menjawab. Hanya mengangguk kecil, ragu sebenarnya.***Sentuhan lembut singgah di bahu ketika aku tengah meng-ASI-hi baby Rayyan. Sudah bisa ditebak itu siapa. Ya, tentu saja ayah si bayi.Tak butuh waktu lama, sentuhan itu berubah menjadi pijatan lembu

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Mas Selingkuh?

    "Mas selingkuh?"Aku menggeleng.Sial. Ini pasti ulah Kinan tadi malam. Namun, penjelasan seperti apa yang harus kukatakan pada Alya."Gak perlu bohong, Mas. Aku bisa lihat. Dan ...." Dia menarik paksa napasnya. "Ini bukan aroma parfum kamu, ini parfum perempuan." Dia mendorong tubuhku.Aku bergeming. Aku baru saja akan bercerita ke mana aku pergi semalam supaya tidak menimbulkan salah paham. Namun, dia sudah terlanjur salah paham. Lalu aku harus bagaimana? Apa dia masih bisa mendengarku?"Alya, aku gak selingkuh. Kamu salah paham. Aku bisa jelasin apa yang sebenarnya terjadi semalam." Aku berkata lirih.Dia menatapku lemah. Napasnya mulai naik turun dengan tempo cepat dan berat.Aku mencoba meraih tangannya dalam genggaman. Namun, dia menepis dengan cepat. Dia kemudian memiringkan tubuhnya dan membelakangiku."Bukannya dulu aku pernah bilang. Aku bisa bertahan hanya jika Mas tinggalka Bu Kinan. Tapi bukan berarti boleh ada wanita lain meski itu bukan Bu Kinan, Mas," ucapnya lirih. Su

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kecurigaan

    PoV KaivanAku tidak tahu Kinan pingsan atau tertidur. Namun, beberapa saat setelah Kinan terkulai, pintu kamar dibuka dengan paksa. Arga muncul di sana. Dia menghampiriku dan melepaskan semua ikatan di kedua tanganku, juga lakban yang membungkam mulutku. Melihat wajah Arga membuat emosiku memuncak. Aku teringat video yang diputar Kinan semalam.Aku mencengkram kerah bajunya. Wajahnya terkejut karena mungkin tak siap."Gak ada waktu untuk ini, Kai. Pergilah sekarang. Maaf, seharusnya aku tidak mengundangmu ke sini. Aku tidak tahu jika Kinan akan senekat ini.""Omong kosong lu, Ga. Kenapa ada orang sebusuk lu, hah? Lu pura-pura bantu nyokap gue buat nyatuin gue orang sebaik Alya, tapi lu malah ikut nodain dia." Aku melayangkan tinjv ke wajahnya. Dia meronta. "Apa maksud kamu, Kai? Aku memang mengakui anak kalian sebagai anakku hanya untuk menggertak Alya, memancing supaya kamu datang menemuiku. Demi Tuhan aku gak pernah menyentuh Alya." Dia mencoba menjelaskan.Aku mengambil remote d

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Aroma Parfum Perempuan

    Pov AlyaTiba-tiba aku merasakan perut yang keroncongan karena tadi hanya makan sedikit sekali, tetapi rasanya seperti tidak punya selera untuk makan. Tenggorokanku juga terasa kering, tapi air mineral di meja sudah tumpah tadi masih kosong dan belum ada gantinya.Aku menatap foto baby Rayyan yang kuambil dari atas nakas. Pipinya yang merah, bulu matanya yang lentik—dia adalah salinan kecil Mas Kaivan. Tapi setelah ucapan Pak Arga tadi, keraguan mulai menyelinap, menggoyahkan keyakinan yang tadinya kokoh. [Dia benar-benar putra saya, Al. Bukan anak Kaivan.] Suara itu masih terngiang-ngiang dalam ingatan.Aku menggigit bibir sampai terasa sakit. *Tidak mungkin.* Aku ingat betul malam itu, hanya Mas Kaivan yang bersamaku. Pak Arga .... tidak mungkin .... Tapi video itu .... Dadaku sesak lagi. Aku tidak mau mengingatnya. Tidak mau. Pagi datang dengan kabut tebal di luar jendela. Aku tidak bisa tidur semalaman, hanya menatap langit-langit dengan harapan pria itu segera pulang. Na

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Dia Tidak Pulang

    PoV AlyaAku terbangun dengan kepala yang terasa berat, pandangan kabur, dan seluruh tubuh terasa lemas. Cahaya temaram dari lampu kamar menerangi ruangan yang sunyi. Perlahan, aku menggerakkan tubuh, merasakan dinginnya ruangan yang seakan menusuk tulang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan tubuh ini. Mas Kaivan ....Pikiranku langsung melayang pria yang berstatus suamiju itu. Di mana dia? Kenapa tidak ada di sini? Dengan susah payah, aku bangkit dari pembaringan, tubuh gemetar menahan rasa pusing yang menusuk. Mataku langsung tertuju pada ranjang tempat Rayyan biasa terlelap dengan tenang. Namun, di sana tidak ada Rayyan. Apa Mbak Rani sudah kembali bekerja lagi?Buru-buru aku mengambil wudhu dan melaksanakan salat Maghrib yang sudah hampir di ujung waktu. Kenapa tidak ada yang membangunkanku untuk salat? Di mana sebenarnya Mas Kai?Usai salat, aku melangkah gontai ke pintu, membukanya perlahan. Suasana rumah gelap dan senyap. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Mas Kaivan. Den

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Pria dalam Video

    "Jangan bohong, Kinan.""Ngapain bohong sih, Kak?""Ya udah, kalau gitu aku mau periksa kamar kamu." "Kalau aku gak izinin?""Artinya kamu bohong!""Terserah!" Kinan menutup pintu dengan membanting. Pintu digedor lagi, tetapi wanita itu abai. Kinan kemudian kembali naik ke atas tempat tidur. Dia mengendurkan ikatan tanganku, tetapi tidak membuka lakban di mulutku."Jangan macam-macam! Atau aku bisa lakukan apa pun pada istri dan anak kesayanganmu itu. Kamu ingat kan apa yang pernah kulakukan pada perempuan itu? Dulu dia ada yang jagain, anak buah Mama? Tapi sekarang? Tua bangka itu bahkan sudah membusuk dan dimakan cacing." Setelah berkata begitu, dia kemudian berbaring tak jauh dariku. Sepertinya dia tak berniat untuk melepaskan penutup mulutku.Aku bisa saja menggunakan kakiku untuk melakukan perlawanan padanya dan melemahkannya, terapi dia sedang mengandung. Aku masih punya hati. "Hmmmh." Aku bersuara dengan mulut masih tertutup.Dia bangkit. Lalu membuka penutup mulutku. "Tolo

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kegilaan Kinan

    PoV Kinan----"Tapi, Ki. Ini salah. Sampai kapan kamu akan menahanku seperti ini. Kita udah resmi cerai. Dan, aku punya tanggung jawab atas anak dan istriku," selorohku kesal karena wanita ini tak juga mengerti. Kinan bergeming kemudian naik lagi ke atas tempat tidur dengan santai. "Tidurlah, Mas. Ini sudah larut," ucapnya lembut.Dia benar-benar sudah gila. Bagaimana aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini."Kinan, jangan menguji kesabaranku!" seruku penuh penekanan. "Hah? Memangnya apa yang bisa kamu lakukan kalau habis kesabaran dalam keadaanmu yang seperti itu, Mas," ejeknya sambil tersenyum miring. "Lepaskan aku, Ki. Aku benar-benar ingin ke toilet," tandasku kesal karena memang menahan air seni sejak tadi."Sudah kubilang, pake ini aja, Mas!" tegasnya sambil mengangkat pispot lagi. "Mana bisa? Tanganku gak bisa gerak leluasa karena kamu ikat.""Oke, aku bantu, ya," ucapnya tanpa beban."Apa?" Aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku.Aku menepis tangannya yang nyaris me

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menjadi Sandera sang Mantan

    PoV KaivanDia duduk di sisiku. Sedikit menempel pada tubuhku. Aku merasakan tubuhnya yang sedikit bersandar di tubuhku. Aku tak bisa menggeser tubuh agar sedikit menjauh darinya. Tali di kedua sisi tidak bisa ditarik lagi.Tanpa kata dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku menggerak-gerakkan bahuku agar dia mengangkat kepalanya dari sana. "Kamu tahu gak, sih. Aku udah lama nungguin masa-masa ini. Maaf untuk kesalahanku dulu, Mas." Dia berkata lagi tanpa beban. Seolah tidak sedang terjadi apa pun. "Jangan seperti ini, Ki. Lepaskan aku dan biarkan aku pergi dari sini. Kita bukan suami istri lagi, kita sudah resmi cerai." Aku mengingatkan. "Kamu benar, Mas, pengadilan sudah meresmikan perceraian kita." Dia mengelus perutnya yang buncit. "Tapi aku hamil anakmu." Dia menatapku. Ucapannya membuatku membeku untuk beberapa saat. Tidak. Kinan tidak mungkin hamil anakku. Saat bersamaku dia selalu meminum pil KB tanpa jeda setiap hari. Jadi, tidak mungkin hamil."Itu gak mungkin, kamu se

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Hamil?

    PoV KaivanSaat pintu terbuka. Aku mendapati senyum ramah yang terkesan dibuat-buat. "Masuklah, aku sudah lama menunggumu," ucapnya seakan tahu jika aku akan datang. Aku masuk ke rumah itu tanpa sepatah kata. Aku mengikuti langkahnya tanpa keraguan. Meski aku tahu, langkah Arga tak pernah bisa ditebak, tetapi aku tidak pernah takut.Kami tiba di sebuah ruangan. Di ruangan seluas dua puluh lima meter persegi itu tidak banyak furnitur dan aksesoris. Hanya ada satu meja kerja dan kursinya, satu buah sofa lengkap dengan meja kaca, juga ada satu lemari.Dia mempersilakanku duduk. Senyum tipis yang dia sunggingkan seperti tak memiliki rasa bersalah sama sekali setelah apa yang dia lakukan pada Alya hari ini. Senyum itu bagiku lebih mirip seringai seorang monster.Seorang ART mengantarkan teh hangat dan camilan di hadapanku. Arga yang duduk tak jauh dariku setelah mengambil sesuatu di atas meja kerja.Arga duduk dan mempersilakanku untuk minum. Aku meneguknya hingga separuh.“Aku tidak ing

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Tak Tersisa

    PoV AlyaDia menatapku intens, membuatku takut. Itu tatapan paling aneh dan menakutkan yang pernah pernah kudapat darinya—selama kami beberapa kali saja berinteraksi. "Dia benar-benar putra saya, Al. Bukan anak Kaivan."Tubuhku membeku seperti baru saja tersengat listrik mendengar kalimatnya yang random. Benar-benar random dan tak masuk akal. Bagaimana dia bisa berpikir untuk mengucapkan kalimat itu. Masuk ke rumah tanpa izin saja sudah cukup membuatku kesal. Apalagi mengatakan hal menjij-kkan seperti itu. "Jangan asal bicara, Pak!" sentakku kesal. Tak peduli apa pun yang dia pikirkan.Dia menatap lemah padaku. "Saya gak asal bicara, Al. Dia memang putra saya," tegasnya lagi. Aku tak peduli. Sepertinya memang sudah tidak waras."Dasar gila! Gak waras! Pergi dari sini," umpatku kemudian karena tidak dapat lagi menahan kesal. Aku segera memutar tubuh dan dengan langkah tergesa segera menaiki tangga. Saat hampir sampai di atas, aku sedikit menarik napas lega karena dia hanya menata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status