"Hooekk ... hooeekk!" "Tuan Muda Cheng, apa Anda baik-baik saja?" tanya Lucas Wang dari bangku sebelah sopir dalam mobil sedan BMW yang melaju di jalanan kota New York.Joshua pucat pasi dengan tubuh gemetar, peluh membanjiri pori-pori kulitnya. Dia sangat benci serangan rasa mual tiba-tiba yang dialaminya setiap kali melihat anak-anak. Tadi ketika lampu merah menyala di persimpangan jalan, seorang wanita bule menggendong putra balita dan menyebrang zebra cross. Kebetulan dia melihat mereka dan langsung bereaksi mual hebat."Hmm ... sebelum ke mansion house di Queens, antarkan dulu aku ke rumah sakit New York Presbyterian langgananku!" titah Joshua ke asisten kepercayaannya. Dia tak bisa membiarkan kondisi buruk yang membuatnya nampak konyol ini."Baik, Master Joshua!" sahut Lucas Wang lalu berbicara mengarahkan sopir sesuai perintah bosnya. Pria itu mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh Eva Xin tadi pagi ketika sarapan bersama keluarga besar Cheng. Perkataan itu seolah berputar d
Suara mobil berhenti disusul pintu mobil dibanting membuat Julia Ang bergegas bangkit dari sofa ruang tengah lalu menyongsong sosok yang ditunggu-tunggu sedari tadi sore olehnya. Memang benar yang muncul dari ambang pintu depan mansion house mewah itu tak lain adalah Joshua Cheng.Pria dengan setelan jas biru tua dengan kemeja dalam biru muda tersebut nampak gagah layaknya tuan muda konglomerat. Joshua terbiasa menyisir rambut model taper fade-nya yang trendy ke arah belakang. Tatapan mata Joshua berbinar hangat, dia merasa kerinduan yang aneh terhadap istri simpanannya itu."Hai, Julia Sayang. Maaf membuatmu lama menunggu, tadi aku ke rumah sakit sebentar. Apa kamu sudah makan?" sapa Joshua seraya memeluk dan mengecup bibir merah Julia Ang."Hai, Josh. Tidak apa-apa, aku memang belum lapar jadi sekalian saja menunggu kedatanganmu. Ayo kita menuju ke ruang makan saja!" ajak wanita cantik bergaun rumahan selutut warna pink pastel beraksen bordir bunga Tulip ungu dan merah. Ada tali pen
"Salam hormat, Paman Jason!" Seruan riuh disertai hormat pai dari keponakan-keponakan Eva Xin kepada suaminya sedikit membuat pria itu terkejut."Hai, kalian semua. Apa kabar? Ini serahkan bingkisan ini kepada nenek kalian!" jawab Jason Cheng berusaha ramah kepada remaja dan anak-anak dari keluarga besar istrinya itu. Dia tak mengerti kenapa disambut seperti publik figur terkenal saja.Salah seorang keponakan Eva yang bernama Michael Xin pun berkata, "Paman, bolehkah aku berfoto bersamamu? Aku akan memamerkannya ke teman-teman dekatku!""Ehh ... apa teman-temanmu akan mengenaliku, Mike?" tanya Jason menaikkan sebelah alisnya dengan ragu-ragu."Tentu saja, Paman Jason. Anda itu sering muncul di majalah bisnis internasional dan juga artikel ekonomi yang ada di internet. Teman-temanku tak percaya bahwa Anda adalah pamanku sampai aku bisa memperlihatkan foto kita berdua, ayolah kumohon!" tutur Michael Xin memelas.Akhirnya Jason pun mengiyakan permintaan keponakannya dan setelahnya kepona
"ASTAGA!" seru Jason ketika masuk ke dalam rumahnya. Beberapa orang pelayan rumah tergeletak tak sadarkan diri di lantai ruang tamu. "Periksa, ada apa dengan mereka!" titahnya.Segera para pengawal Jason dan Joel Yi memeriksa apa yang membuat para pelayan itu bergelimpangan serta memeriksa denyut nadi mereka. Kemudian Joel Yi berkata, "Ada dua yang tewas, Master Jason. Tiga orang masih bernapas. Sepertinya mereka dipagut ular berbisa, ada bekas sepasang lubang gigitan yang rapi di kulit!""Oohh ... Eva, jangan masuk ke dalam rumah!" sergah Jason ketika melihat istrinya mendekat ke arahnya bersama Ares. Dia pun berkata, "Malam ini lebih baik kita menginap di hotel saja, di rumah tak aman!"Eva Xin meraih lengan suaminya lalu menatap ke arah lantai ruang tamu. "Ada apa dengan mereka, Hubby?""Mereka digigit ular berbisa, dua orang tewas. Aku yakin ini bukan sekadar kebetulan saja. Sepertinya yang menjadi target adalah kita sebagai pemilik rumah!" jawab Jason menganalisa situasi. Joel Y
"Mister Liam Venison, saya dan istri menyukai rumah ini karena menghadap langsung ke arah Teluk Harapan. Kami akan membeli vila milik Anda. Jadi berapa harganya? Notaris kepercayaan saya akan menyelesaikan transaksi jual beli properti Anda ini!" ujar Jason seusai melihat-lihat sebuah townhouse tiga lantai bergaya baroq di tenggara pusat ibu kota Pulau K. Daerah itu disebut Kota Kepala Naga karena memang bentuknya yang menjorok ke arah laut mirip dengan moncong naga dilihat dari angkasa. Rumah berkonsep villa itu tak kalah mewah dari rumah lama milik Jason di ibu kota. Nilai lebihnya adalah tempatnya tenang seperti suasana di pedesaan yang minim hiruk pikuk aktivitas perekonomian."Satu setengah juta dolar, Master Jason. Harga yang pantas untuk sebuah villa bagus, bukan?" balas Tuan Liam Venison dengan optimis."Ahh ... jangan begitu, Sir. Saya ingin menawar satu juta dua ratus ribu dolar. Kalau Anda setuju maka kita akan selesaikan transaksinya, bagaimana?" tawar Jason dengan jeli, d
Joshua pulang larut malam kali ini karena ada meeting penting dengan beberapa suplier mall Grup Cheng Yi East Star di kantornya. Dia ingin tidur saja di kediaman Cheng dan memutuskan untuk tidak mengunjungi Julia Ang di mansion house yang ada di Queens. Mereka toh telah sepanjang hari bekerja bersama di kantor.Ketika dia memasuki kamar tidur, aroma parfum feminin yang seperti bunga-bunga segar menyapa indera penciumannya. Joshua mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari rekan sekamarnya. Ternyata wanita cantik itu sedang merias wajahnya di depan cermin, gaun seksi warna merah coral membalut ketat tubuh ramping berlekuknya yang membulat di tempat yang tepat.Telapak tangan lebar itu mendarat di bahu terbuka Brenda Yin hingga membuat wanita itu melonjak kecil karena terkejut. "Kau berdandan cantik sekali malam ini, mau bertemu siapa, Nona Yin?" tanya Joshua penasaran.Tatapan mata mereka bertemu di pantulan bayangan cermin dan saling melempar senyum sinis perang dingin tak
'Master Jason, ninja-ninja itu kembali ke rumah lama Anda. Mereka berlima masuk menyelinap dan sedang melepas ular-ular berbisa yang baru!' Isi pesan singkat yang dikirim oleh Komandan Ekin Lau ke nomor ponsel Jason.Pria itu baru saja menyelesaikan pergumulan panas di ranjang bersama istrinya yang kini tengah terlelap dalam dekapannya. Jason membaca pesan itu lalu menghela napas perlahan agar Eva tak terbangun. Dia pun membalas pesan dari Komandan Ekin Lau, 'Semoga pihak kepolisian berhasil meringkus ninja-ninja itu. Anda sebaiknya memaksa mereka buka mulut siapa dalang yang mengirim ninja-ninja ke rumah saya, Komandan!'Lama tak ada balasan pesan lagi. Ternyata di dalam rumah mewah milik Jason Cheng terjadi pertarungan sengit. Para ninja asal Jepang yang melepaskan ular-ular dari kandang khusus tadi ingin melarikan diri setelah tahu mereka dijebak oleh polisi."DOR DOR DOR!" Komandan Ekin Lau memberi tembakan peringatan kepada mereka dan berseru, "Menyerahlah kalian kalau tidak kami
"Fujiro, Nobu, kalian harus menyelesaikan tugas yang kuberikan untuk melenyapkan Jason Cheng!" ujar Kentaro Kawaguchi melalui jaringan telepon antar negara."Baik, Tuan Besar Kawaguchi. Kami akan tuntaskan pekerjaan kami!" jawab Fujiro Matsuka. Dia menghela napas seusai sambungan telepon itu usai lalu berkata kepada Nobu Sagata, "Apa kau punya rencana jitu untuk melenyapkan target kita, Kakak Senior?"Nobu bangkit dari atas drum kayu yang tadi dia duduki lalu menenggak sekaleng bir dingin yang tadi dia beli di sebuah kios kelontong yang ada di pelabuhan. Dari jendela kapal nelayan yang mereka jadikan sebagai markas sekaligus tempat tinggal sementara di Pulau K, pria berusia 40 tahun itu mendengkus kesal sembari menatap kesibukan buruh kasar di dermaga."Fujiro, entahlah ... kurasa misi kita kali ini tak mudah. Terkadang aku memiliki firasat bahwa pria yang harus kita lenyapkan nyawanya itu dilindungi oleh kaisar langit. Bila belum waktunya dia mati, apa kita bisa memaksakan takdir unt