"Mister Liam Venison, saya dan istri menyukai rumah ini karena menghadap langsung ke arah Teluk Harapan. Kami akan membeli vila milik Anda. Jadi berapa harganya? Notaris kepercayaan saya akan menyelesaikan transaksi jual beli properti Anda ini!" ujar Jason seusai melihat-lihat sebuah townhouse tiga lantai bergaya baroq di tenggara pusat ibu kota Pulau K. Daerah itu disebut Kota Kepala Naga karena memang bentuknya yang menjorok ke arah laut mirip dengan moncong naga dilihat dari angkasa. Rumah berkonsep villa itu tak kalah mewah dari rumah lama milik Jason di ibu kota. Nilai lebihnya adalah tempatnya tenang seperti suasana di pedesaan yang minim hiruk pikuk aktivitas perekonomian."Satu setengah juta dolar, Master Jason. Harga yang pantas untuk sebuah villa bagus, bukan?" balas Tuan Liam Venison dengan optimis."Ahh ... jangan begitu, Sir. Saya ingin menawar satu juta dua ratus ribu dolar. Kalau Anda setuju maka kita akan selesaikan transaksinya, bagaimana?" tawar Jason dengan jeli, d
Joshua pulang larut malam kali ini karena ada meeting penting dengan beberapa suplier mall Grup Cheng Yi East Star di kantornya. Dia ingin tidur saja di kediaman Cheng dan memutuskan untuk tidak mengunjungi Julia Ang di mansion house yang ada di Queens. Mereka toh telah sepanjang hari bekerja bersama di kantor.Ketika dia memasuki kamar tidur, aroma parfum feminin yang seperti bunga-bunga segar menyapa indera penciumannya. Joshua mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari rekan sekamarnya. Ternyata wanita cantik itu sedang merias wajahnya di depan cermin, gaun seksi warna merah coral membalut ketat tubuh ramping berlekuknya yang membulat di tempat yang tepat.Telapak tangan lebar itu mendarat di bahu terbuka Brenda Yin hingga membuat wanita itu melonjak kecil karena terkejut. "Kau berdandan cantik sekali malam ini, mau bertemu siapa, Nona Yin?" tanya Joshua penasaran.Tatapan mata mereka bertemu di pantulan bayangan cermin dan saling melempar senyum sinis perang dingin tak
'Master Jason, ninja-ninja itu kembali ke rumah lama Anda. Mereka berlima masuk menyelinap dan sedang melepas ular-ular berbisa yang baru!' Isi pesan singkat yang dikirim oleh Komandan Ekin Lau ke nomor ponsel Jason.Pria itu baru saja menyelesaikan pergumulan panas di ranjang bersama istrinya yang kini tengah terlelap dalam dekapannya. Jason membaca pesan itu lalu menghela napas perlahan agar Eva tak terbangun. Dia pun membalas pesan dari Komandan Ekin Lau, 'Semoga pihak kepolisian berhasil meringkus ninja-ninja itu. Anda sebaiknya memaksa mereka buka mulut siapa dalang yang mengirim ninja-ninja ke rumah saya, Komandan!'Lama tak ada balasan pesan lagi. Ternyata di dalam rumah mewah milik Jason Cheng terjadi pertarungan sengit. Para ninja asal Jepang yang melepaskan ular-ular dari kandang khusus tadi ingin melarikan diri setelah tahu mereka dijebak oleh polisi."DOR DOR DOR!" Komandan Ekin Lau memberi tembakan peringatan kepada mereka dan berseru, "Menyerahlah kalian kalau tidak kami
"Fujiro, Nobu, kalian harus menyelesaikan tugas yang kuberikan untuk melenyapkan Jason Cheng!" ujar Kentaro Kawaguchi melalui jaringan telepon antar negara."Baik, Tuan Besar Kawaguchi. Kami akan tuntaskan pekerjaan kami!" jawab Fujiro Matsuka. Dia menghela napas seusai sambungan telepon itu usai lalu berkata kepada Nobu Sagata, "Apa kau punya rencana jitu untuk melenyapkan target kita, Kakak Senior?"Nobu bangkit dari atas drum kayu yang tadi dia duduki lalu menenggak sekaleng bir dingin yang tadi dia beli di sebuah kios kelontong yang ada di pelabuhan. Dari jendela kapal nelayan yang mereka jadikan sebagai markas sekaligus tempat tinggal sementara di Pulau K, pria berusia 40 tahun itu mendengkus kesal sembari menatap kesibukan buruh kasar di dermaga."Fujiro, entahlah ... kurasa misi kita kali ini tak mudah. Terkadang aku memiliki firasat bahwa pria yang harus kita lenyapkan nyawanya itu dilindungi oleh kaisar langit. Bila belum waktunya dia mati, apa kita bisa memaksakan takdir unt
"Eva Darling, aku berangkat kerja dulu ya. Kamu boleh bekerja di restoranmu atau libur juga tak masalah. Sampai jumpa nanti sore ya!" pamit Jason seraya mengecup kening istri tercintanya di teras depan rumah baru mereka.Namun, sebelum suaminya beranjak naik ke mobil, Eva menyerahkan kotak bekal dan thumbler tempat minum untuk Jason. "Kupikir ada baiknya bila aku menyiapkan makan dan minum untukmu dari rumah yang jelas aman karena aku sendiri yang membuatnya," ujar Eva Xin dengan senyum tulus. Jason merasa ada benarnya ide istrinya yang juga menunjukkan perhatian istimewa untuk dirinya. "Terima kasih, Sayang. Kau paling mengerti kebutuhanku. Memang bahaya mengintai di mana-mana, kau juga jaga diri baik-baik saat jauh dariku!" balas pria itu sambil menenteng tas bekal berwarna merah dengan tulisan panjang usia di bagian tengahnya.Kemudian Jason pun berangkat bekerja ke kantornya diantarkan oleh sopir pribadinya Pak Lee Young Jin. Kepala pengawalnya duduk di samping bangku pengemudi d
"Hey kalian, nyalakan emergency LED lamp lebih banyak dan carikan aku kursi!" titah Joshua Cheng dengan gaya sok berkuasa. Beberapa anak buahnya yang berjabatan rendah dan juga berjabatan menengah mulai merasa gerah dengan tingkahnya. Mereka semua lapar dan lelah karena sedari pukul 03.00 hingga pukul 10.00 berusaha membereskan kekacauan di mall Grup Cheng Yi East Star. Itu pun tak ada yang mengurusi sarapan mereka. Semua panik karena kondisi gedung bertingkat delapan itu kacau balau dari lantai basement hingga lantai delapan. Lantai becek tergenang air dari pancuran pemadam kebakaran yang terpasang di langit-langit tiap lantai yang berjumlah ratusan. Kondisi listrik pun mati tanpa jelas sebabnya. Teknisi listrik telah dipanggil nyaris selusin, tapi tak satu pun menemukan adanya konsleting."Ini kursi yang tersedia di lantai ini, Tuan Muda!" ujar salah seorang karyawan sekuriti mall. Dia mengangkat sebuah bangku kayu yang ada di salah satu stand penjualan snack yang ada di lantai lo
"Pak Fang, tolong antarkan saya ke Mall Golden Tulip New York ya!" pinta Julia Ang setelah dia duduk di bangku belakang mobil pribadi pemberian Joshua."Baik, Nyonya Muda Cheng!" sahut sopir berusia kepala empat itu lalu melajukan sedan Maserati keluaran Eropa itu menuju ke China Town.Ponsel pintar Julia Ang berbunyi di dalam tas tangan LV berwarna cokelat itu. Dia segera menjawab panggilan telepon suaminya, "Halo, Hubby. Ada apa?""Halo. Di mana kamu sekarang, Jule? Aku masih belum bisa bekerja di kantor, mall Grup Cheng Yi masih rusak instalasi listrik dan airnya. Bosan sekali di rumah!" ujar Joshua yang nampaknya putus asa."Aku turut prihatin mendengarnya, Josh. Apa kamu ingin berkunjung ke mansion? Sekarang aku sedang dalam perjalanan ke China Town. Persediaan isi dapur dan toiletries kebetulan hampir habis, aku ingin berbelanja di mall seberang Gladious Sky!" jawab Julia Ang sembari melihat situasi jalan raya yang dia lalui.Joshua pun bangkit dari ranjang dan duduk di tepianny
"Jangan hanya menyalahkanku. Semenjak kita menikah, nyaris setiap malam kau kelayapan tak pulang ke rumah. Rupanya meniduri gundikmu, hmm!" Brenda Yin melirik Julia Ang dengan tampang sadis. Dia baru bertemu sekali saja sudah bisa mengenali ciri-ciri pelakor di wanita yang tadi dipeluk Joshua dari belakang.Tanpa diminta pun Joshua langsung pasang badan di depan Julia Ang seraya berkata, "Jaga mulutmu, jangan menyemburkan kotoran ke istri keduaku! Dia bukan gundik karena status pernikahan kami sah di mata hukum!" "What the fuck! Apa katamu, Josh? Lantas kenapa kau menikahiku?!" Telunjuk Brenda Yin menusuk dada suaminya yang penuh tipu daya itu dalam-dalam."Bukankah wajar bila pria memiliki beberapa istri sejak zaman kuno? Kaisar dari kerajaan timur bahkan mendirikan harem untuk menyimpan selir-selirnya!" jawab Joshua dengan arogan seenak jidatnya.Kali ini Welson Liu tertawa kering dengan kencang setelah mendengar jawaban Joshua Cheng. "Hey, tolong Joshua ... jangan memandang dirimu
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh
"Selamat datang, Jason Cheng!" sambut Welson Liu dengan kedua tangan terbuka lalu memeluk tamu kehormatannya."Hmm ... tak usah berbasa basi, Tuan Muda Liu. Kau memiliki apa yang sedang aku cari, bukan? Serahkan kembali Ares kepadaku sebelum aku membawa kasus penculikan anak di bawah umur ini ke jalur hukum!" balas Jason dengan tatapan mata dingin berbahaya.Tawa Welson Liu bergema di ruangan CEO hotel bintang lima itu. Dia mengajak Jason duduk bersamanya di sofa berlapis kulit licin warna hitam. "Kenapa begitu keras kepadaku, Jason? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, anakmu itu aman di tempatku. Dia sedang menghabiskan waktu bersama Bibi Brenda Yin!" bujuknya dengan persuasif."Brenda?" Alis Jason berkerut. Wanita itu pernah menjadi bibinya Ares karena menikah dengan Joshua dulu. "Hmm ... baiklah, apa maumu?" lanjut Jason tak ingin bertele-tele dan membuat istrinya cemas berkepanjangan."Nyalakan aliran listrik mallku, kamu pun sudah mendengar permintaanku kemarin, Jason!" jawab W
Brenda Yin yang disuruh menemani keponakannya oleh Welson Liu menunggui hingga Ares siuman dari efek Chloroform di salah satu kamar hotel milik pria itu. Sedangkan, pelayan remaja yang menemani Ares yaitu Lena Chia telah siuman dan duduk di sofa berhadapan dengannya."Bibi—" panggil Ares yang baru tersadar dan duduk di atas ranjang king size. Dia mengedarkan pandangan berkabutnya ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu sembari mengucek-ngucek matanya.Kedua wanita berbeda usia itu bergegas menghampiri Ares. Karena takut kepada Brenda Yin, pelayan berusia remaja itu hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang menunggu bocah yang diasuhnya bertanya."Lho, Bibi Brenda kok bisa ada di sini? Emm ... ini di mana ya?" tanya Ares polos seraya menatap wajah Brenda Yin yang agak kebingungan menghadapi bocah kecil itu."Ares Sayang, kita di hotel. Apa kamu lapar? Bibi Brenda pesankan makanan enak ya? Sebentar!" jawab wanita cantik itu dengan ramah. Dia tahu itu putra Jason Cheng dan wajah bocah itu
Kantor kerja pria itu telah pindah ke tempat managemen Hotel Honeymoon in New York. Situasi di Mall Golden Lotus masih gelap gulita seminggu ini. Para suplier membatalkan perjanjian promosi potongan harga besar, penyewa lapak di mall meneror setiap hari menuntut ganti rugi akibat bisnis mereka terhenti. Itu membuat Welson Liu mengambil sebuah langkah yang sedikit berbahaya untuk mengamankan bisnisnya agar tidak jatuh pailit."Apa kau sudah mengatur yang kuperintahkan kemarin, Julius?" tanya Welson Liu dari kursi kebesarannya. "Sudah, Master Welson. Saya sudah mengirim beberapa anak buah untuk mengawasi kediaman Cheng. Kita tunggu saja kesempatan itu tiba!" jawab Julius Ma yang selalu dapat diandalkan.Sementara itu beberapa bodyguard Welson mengintai di dalam mobil Land Rover yang terparkir tak jauh dari kediaman Cheng. Mereka menunggu target mereka keluar dari pintu gerbang untuk diculik.Kesabaran mereka membuahkan hasil, setelah jam makan siang bocah balita yang penuh semangat itu