Share

Bab 97

Author: Dania Zahra
Hanya saja karena topik ini muncul, Preston tidak bisa menahan diri untuk menanyakan beberapa hal. Padahal, sebelumnya Preston bukanlah orang yang sangat bergantung pada hasrat. Bahkan sebelum bertemu Livy, dia tidak pernah merasakan pengalaman seperti itu.

Namun ternyata seperti kucing yang sudah pernah mencicipi ikan, sekarang sulit bagi Preston untuk menahan keinginan tersebut.

Kalau bukan karena Preston memaksa diri untuk bekerja keras di ruang kerja sampai kelelahan agar bisa tertidur, tubuhnya yang tidak mendapatkan pelampiasan itu mungkin akan terus membuatnya kesulitan tidur.

Livy berucap, "Pak Preston, aku ...."

Livy cukup memahami maksudnya. Namun saat ini, perasaannya sedang tidak tepat untuk itu. Dia menunduk dan menggigit bibir karena bingung bagaimana cara menolaknya.

Livy tahu mungkin dia tidak seharusnya menolak, tetapi ... neneknya baru saja meninggal. Livy benar-benar tidak ingin melakukan hal semacam itu.

"Aku mengerti. Kalau sudah siap, baru beri tahu aku," ucap Pre
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 98

    Dengan sifatnya yang sulit dihadapi, Zoey pasti akan datang lagi. Livy tahu akan hal ini, tetapi dia sama sekali tidak berniat untuk meladeni apalagi membantunya.Saat pikirannya sedang berkutat dengan hal itu, Regina tiba-tiba berseru, "Pak Preston sudah punya istri!""Apa?" Pikiran Livy langsung buyar. Wajahnya seketika terkejut dan tegang.Melihat ekspresi aneh itu, Regina langsung berbisik penuh curiga, "Ya ampun! Livy, wajahmu sampai begini. Jangan-jangan ... kamu naksir Pak Preston?"Komentar itu benar-benar mematahkan kecemasan Livy. Dia jelas berpikir terlalu jauh. Kalau Regina tahu hubungan aslinya dengan Preston, dia pasti sudah bertanya berulang kali tanpa henti dan bukannya sekadar membahas gosip di sini."Bukan, tentu saja bukan," bantah Livy buru-buru. Kemudian, dia menjelaskan, "Aku tadi cuma lagi memikirkan Zoey. Aku khawatir dia akan bikin masalah. Pak Preston sudah menikah atau belum, itu sama sekali bukan urusanku."Sambil berbicara, Livy sedikit menunduk untuk menut

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 99

    Dulu, Livy dan Regina memang sering bergosip tentang Preston di belakang. Mereka bahkan sering membayangkan hal-hal yang tidak mungkin dan menjadikannya hiburan, termasuk mengandaikan Preston berpasangan dengan Bendy.Namun, sekarang .... Livy tidak lagi tertarik untuk bergosip tentang Preston. Tidak ada lagi aura misterius yang menarik. Kalau terus-terusan bergosip, bukankah akhirnya dirinya sendiri yang akan menjadi topik gosip?"Benaran nggak ada apa-apa? Waktu nenekmu meninggal, apa Pak Bendy sama sekali nggak pernah menghubungimu, menghiburmu, atau semacamnya? Soalnya dia yang urus cuti duka buat kamu, jadi kupikir mungkin kalian ada sesuatu ...," tanya Regina dengan penasaran.Livy tidak terlalu peduli soal bagaimana cutinya diatur saat itu. Di masa-masa sulit itu, dia hanya tahu bahwa Preston akan mengurus semuanya dengan baik.Saat itu, Livy benar-benar terpuruk. Dia hanya bisa menangis hingga tertidur, lalu bangun hanya untuk menangis lagi dan berhari-hari mengurung diri di ka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 100

    Melihat pemandangan itu, Livy langsung tertegun. Hampir saja jantungnya berhenti berdetak. Di kepalanya, hanya ada satu pikiran.Preston berselingkuh di belakangnya. Ini pasti karena Livy memang belum bisa memenuhi keinginannya akhir-akhir ini, terutama karena dia bahkan menolak Preston tadi malam.Yang paling membuat Livy merasa sedih adalah kenyataan bahwa sebenarnya dia tidak punya hak atau posisi untuk memprotes hal ini.Livy hanya bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa dan mengabaikan, seolah-olah ini tidak ada hubungannya dengannya.Livy merasa serba salah. Dia menimbang-nimbang apakah dia harus meletakkan dokumen di meja dan segera pergi, ataukah langsung berbalik dan keluar saja.Namun saat Livy masih bimbang, wanita di hadapannya tiba-tiba berbalik dengan senyum ceria. Dia menyapa dengan nada manja, "Pak Preston, kamu sudah kembali!"Wanita itu terlihat hendak menyambut dengan gembira. Hanya saja ketika dia melihat orang yang berdiri di ambang pintu ternyata bukan Preston, me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 101

    Untuk mencegah Preston mengetahui hubungannya dengan Stanley. Begitu Preston mengetahuinya, dia pasti akan curiga dan meragukan tujuan Livy mendekatinya.Tugas Zoey hari ini sebenarnya bukan untuk mengganggu Livy, jadi dia tidak berminat untuk terus berdebat dengannya. Dia menunjuk ke dokumen di tangan Livy dan bertanya dengan kasar, "Kamu datang untuk ngantarkan dokumen sama Pak Preston? Kalau begitu cepatlah selesaikan dan pergi dari sini! Jangan ganggu aku dan Pak Preston lagi! Dia akan segera kembali untuk rapat!""Kamu sudah berapa lama sama Pak Preston?" Livy tidak bisa menahan diri dan langsung bertanya.Zoey menegakkan tubuhnya dengan penuh percaya diri, dadanya bergetar saat dia menjawab dengan sikap angkuh, "Kamu nggak tahu kenapa aku bisa masuk perusahaan ini? Apa kamu benar-benar nggak punya firasat tentang itu?""Livy, kamu nggak membantuku, tapi Pak Preston yang membantuku. Aku diterima secara khusus sama dia, dan sejak saat itu, dia sudah memperhatikanku." Zoey tertawa d

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 102

    Preston menoleh ke arahnya. Para eksekutif lainnya ikut memandang Livy, tetapi ekspresi mereka hanya datar dan sekadar menunggu dengan sopan."Pak Preston, aku ...." Livy tiba-tiba gugup, keringat halus mulai bermunculan di dahinya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi pikirannya kosong karena tidak bisa menemukan alasan untuk menjelaskan panggilannya yang mendadak itu.Preston menyadari ada yang tidak beres dengan Livy. Dia kemudian menoleh kepada para eksekutif dan berkata dengan tenang, "Kalian kembali saja dulu. Kita bicarakan ini saat rapat besok pagi."Para eksekutif itu juga merasakan suasana yang janggal. Namun, tentu saja mereka tidak berani bertanya lebih jauh. Mereka merasa lega karena tidak perlu menghadapi teguran di ruang direktur. Bagi mereka, Livy seperti penyelamat yang datang tepat waktu. Tanpa membuang waktu, mereka segera meninggalkan tempat itu.Livy tidak menyangka Preston akan membubarkan para eksekutif hanya karena dirinya."Bu Livy mau ngomong? Kita bicarakan d

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 103

    "Klik."Pintu terbuka, dan Preston masuk ke dalam kantor sambil tetap memeluk Livy erat-erat. Bibirnya tidak melepaskan ciuman, terus menggigit lembut bibir Livy yang kenyal dan manis.Sementara itu, Zoey yang merasa ingin buang air kecil, diam-diam menggunakan kamar kecil di dalam kantor. Mendengar suara di luar, dia mengira Preston telah kembali dan buru-buru keluar. Namun, pemandangan yang dia lihat membuatnya terkejut luar biasa.Pintu sudah tertutup dan Livy tampak disandarkan di dinding oleh Preston. Kedua kaki putih mulusnya diangkat dan melingkari pinggang pria itu.Zoey membeku di tempat, matanya membelalak, baru beberapa detik kemudian dia tersadar. Dia terkejut dan tak sadar berteriak, "Ah...!"Bagaimana bisa! Kenapa malah Livy! Bagaimana bisa Livy merebut kesempatan ini darinya!Zoey sudah mempersiapkan segalanya, bahkan menyemprotkan parfum khusus yang mengandung bahan untuk meningkatkan gairah di ruangan itu. Semuanya demi menggoda Preston dan membuatnya terjatuh ke dalam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 104

    Wajah Livy terlihat semakin pucat. Dia melangkah ke samping dengan kebingungan dan menjauh dari pusat perhatian.Preston tampaknya tidak menyadari perubahan emosi Livy. Dia hanya mengira Livy sedang merasa terganggu oleh keributan yang disebabkan oleh Zoey. Dengan tenang, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.Sementara itu, Zoey yang penuh harapan melangkah mendekat. Wajahnya dipenuhi antusiasme saat menatap Preston.Mendengar nada bicara Preston kepada Livy tadi, Zoey yakin Preston akan mengizinkannya untuk tetap bekerja di perusahaan. Hal ini membuatnya merasa bahwa dia masih memiliki tempat di hati Preston dan Preston pasti tertarik padanya.Terlebih lagi, Zoey merasa penampilannya hari ini sangat menggoda. Seandainya saja Livy tidak ada di sana menghalanginya, Zoey yakin dia akan berhasil memikat Preston sepenuhnya. Selama masih bisa tetap berada di perusahaan, Zoey percaya dia masih punya kesempatan untuk mendapatkan perhatian Preston.Dengan penuh percaya diri, Zoey

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 105

    "Hmm." Livy mengangguk, lalu menceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi kepada Preston dengan jujur.Mulai dari saat dia mengantarkan dokumen dan kebetulan bertemu Zoey, hingga ucapan Zoey yang penuh percaya diri. Dia juga menjelaskan bahwa dia memanggil Preston untuk menghentikan para eksekutif agar tidak memergoki Zoey dalam keadaan yang memalukan, meskipun hal itu membuat Preston salah paham dan mengira Livy ...."Jadi, maksudnya kamu belum benar-benar siap," ujar Preston. Matanya sedikit meredup, seolah-olah ada kekecewaan yang tersirat."Aku nggak yakin dengan hubunganmu dan Zoey apakah seperti yang dia katakan atau nggak. Jadi aku memutuskan untuk memanggilmu. Kalau banyak orang melihat Zoey dalam kondisi yang memalukan, itu juga akan merusak reputasimu," jelas Livy dengan serius.Dia merasa bahwa dirinya sudah cukup peduli dan mempertimbangkan segala hal dengan matang. Seharusnya Preston menghargai sikapnya."Kamu nggak yakin?"Nada bicara Preston menjadi lebih dingin. D

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status