Share

Bab 104

Penulis: Dania Zahra
Wajah Livy terlihat semakin pucat. Dia melangkah ke samping dengan kebingungan dan menjauh dari pusat perhatian.

Preston tampaknya tidak menyadari perubahan emosi Livy. Dia hanya mengira Livy sedang merasa terganggu oleh keributan yang disebabkan oleh Zoey. Dengan tenang, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

Sementara itu, Zoey yang penuh harapan melangkah mendekat. Wajahnya dipenuhi antusiasme saat menatap Preston.

Mendengar nada bicara Preston kepada Livy tadi, Zoey yakin Preston akan mengizinkannya untuk tetap bekerja di perusahaan. Hal ini membuatnya merasa bahwa dia masih memiliki tempat di hati Preston dan Preston pasti tertarik padanya.

Terlebih lagi, Zoey merasa penampilannya hari ini sangat menggoda. Seandainya saja Livy tidak ada di sana menghalanginya, Zoey yakin dia akan berhasil memikat Preston sepenuhnya. Selama masih bisa tetap berada di perusahaan, Zoey percaya dia masih punya kesempatan untuk mendapatkan perhatian Preston.

Dengan penuh percaya diri, Zoey
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 105

    "Hmm." Livy mengangguk, lalu menceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi kepada Preston dengan jujur.Mulai dari saat dia mengantarkan dokumen dan kebetulan bertemu Zoey, hingga ucapan Zoey yang penuh percaya diri. Dia juga menjelaskan bahwa dia memanggil Preston untuk menghentikan para eksekutif agar tidak memergoki Zoey dalam keadaan yang memalukan, meskipun hal itu membuat Preston salah paham dan mengira Livy ...."Jadi, maksudnya kamu belum benar-benar siap," ujar Preston. Matanya sedikit meredup, seolah-olah ada kekecewaan yang tersirat."Aku nggak yakin dengan hubunganmu dan Zoey apakah seperti yang dia katakan atau nggak. Jadi aku memutuskan untuk memanggilmu. Kalau banyak orang melihat Zoey dalam kondisi yang memalukan, itu juga akan merusak reputasimu," jelas Livy dengan serius.Dia merasa bahwa dirinya sudah cukup peduli dan mempertimbangkan segala hal dengan matang. Seharusnya Preston menghargai sikapnya."Kamu nggak yakin?"Nada bicara Preston menjadi lebih dingin. D

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 106

    Suhu di dalam ruangan terus meningkat. Livy merasa kepalanya semakin pusing dan tubuhnya mulai terasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang menggugah dirinya. Preston mendekatkan tubuhnya dan memeluk Livy erat-erat. Tubuh mereka saling bersentuhan. Saking dekatnya hingga Livy bisa merasakan detak jantung Preston yang teratur dan kuat.Namun, Preston tidak melakukan gerakan lebih jauh. Dia hanya menatap Livy dengan intens, matanya yang gelap seperti menunggu persetujuan atau respons dari Livy.Livy menyadari maksud Preston. Meskipun pikirannya agak kacau, dia masih cukup sadar. Di satu sisi, dia merasa tergoda oleh kedekatan Preston, tetapi di sisi lain, dia tahu ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sore ini.Dia mencoba memutar pergelangan tangannya, memberi isyarat agar Preston melepaskannya. Namun, cengkeraman tangan Preston terlalu kuat, seperti tidak ingin membiarkannya pergi begitu saja."Pak Preston, aku masih punya banyak pekerjaan sore ini," bisik Livy pelan.Kalimat it

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 107

    "Livy, kamu kenapa? Wajahmu kok kelihatan pucat? Kamu tahu tentang masalah adikmu ini?" tanya Ivana dengan nada khawatir setelah melihat ekspresi Livy yang tampak murung.Livy mengangguk pelan. "Aku tahu Zoey mencoba menggoda Pak Preston dan akhirnya dibawa pergi sama petugas keamanan. Tapi aku nggak menyangka dia sampai difoto seperti itu dan jadi bahan gosip besar.""Ini karena ada banyak orang dari luar datang ke kantor hari ini. Orang-orang lalu-lalang dan banyak yang melihatnya. Jadi, ada yang sempat mengambil foto. Malunya sampai ke ujung dunia!" Ivana menurunkan suaranya, berbisik sambil bergosip, "Tapi Livy, kenapa kamu nggak senang? Zoey itu kan jahat. Sekarang dia kena batunya, kamu seharusnya senang, bukan?"Livy tahu Ivana tidak bermaksud jahat atau menikmati penderitaan Zoey. Dia hanya mencoba membela Livy karena sebelumnya Livy sempat bercerita tentang bagaimana Zoey menggunakan koneksi untuk masuk ke perusahaan dan membuatnya merasa terganggu.Namun, Livy tidak bisa ikut

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 108

    Kalaupun Preston benar-benar mencampakkannya dan bahkan jika Livy harus kelaparan di jalanan, dia tidak akan pernah menjadi simpanan Stanley. Konyol sekali!Jika dia benar-benar terpojok, Livy lebih memilih menghancurkan seluruh Keluarga Taslim dan membawa mereka bersamanya ke akhirat untuk meminta maaf pada neneknya."Stanley, tunggu saja." Suara Livy terdengar dingin dan menakutkan. "Aku nggak akan membiarkanmu begitu saja.""Oh, ya? Mari kita lihat apa kamu punya kemampuan untuk itu. Tanpa Preston, kamu bukan siapa-siapa," balas Stanley dengan nada penuh ejekan. Dia tampak sangat bersemangat malam itu. Sebelum menutup telepon, dia berkata dengan nada mengejek, "Oh, ngomong-ngomong, kamu tahu nggak wanita idaman Preston sudah pulang? Malam ini, Preston akan menemaninya.""Apa maksudmu?"Livy tertegun. Sebelum dia sempat mendapatkan penjelasan lebih lanjut, Stanley sudah memutuskan sambungan telepon. Dia sempat berpikir untuk menelepon Stanley kembali, tetapi segera membatalkannya.Li

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 109

    Seolah-olah, air matanya telah kering sejak dia menangis habis-habisan saat neneknya meninggal dunia. Dengan perasaan kosong, Livy berdiri dari sofa dan melangkah perlahan menuju kamar tidur.....Keesokan paginya.Livy bangun pagi untuk pergi bekerja. Dia hampir tidak tidur sepanjang malam, pikirannya dipenuhi mimpi-mimpi aneh yang membuatnya semakin lelah.Ketika Ivana datang ke kantor dan menyapa Livy, Livy menoleh untuk membalas. Namun, Ivana malah terkejut dan langsung berteriak, "Livy, jangan bilang kamu semalaman lembur di sini?"Ivana yang datang lebih awal dari biasanya, mendapati hanya Livy yang ada di kantor. Namun, lingkaran hitam di bawah mata Livy membuat Ivana curiga dia tidak tidur semalaman."Nggak, aku nggak lembur. Cuma tadi malam susah tidur. Jadi, aku pikir lebih baik datang lebih pagi dan mulai bekerja," jawab Livy dengan suara lemah.Ivana menghela napas dengan khawatir. "Kamu kangen nenekmu lagi, ya? Tunggu sebentar, kubelikan kopi supaya kamu lebih segar."Livy

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 110

    Rivano sudah terbiasa dengan sikap dingin Livy. Dengan nada penuh basa-basi, dia melanjutkan pembicaraannya."Bisa hargai Ayah sedikit nggak? Sekarang kamu nggak pernah lagi cerita ke Ayah kalau ada kesulitan, giman Ayah bisa tahu? Livy, kenapa kamu sekarang jadi begini? Dulu kamu sangat manis dan patuh, Ayah selalu bangga padamu ...."Mendengar ucapannya, Livy tidak bisa lagi menahan diri. Sebuah senyuman dingin muncul di sudut bibirnya, tetapi matanya mulai terasa panas. "Rivano, putrimu cumaa Zoey. Aku bukan," potong Livy dengan suara sedingin es."Livy, jangan bilang begitu. Kamu dan Zoey sama-sama anak Ayah. Semuanya darah daging Ayah!" Rivano buru-buru mencoba menjelaskan.Ucapan itu hanya membuat hati Livy terasa perih. "Hentikan omong kosong itu, Rivano. Waktu kamu mengusirku dari rumah, apa aku masih dianggap anakmu?""Waktu itu Ayah juga nggak punya pilihan. Kamu harus mengerti keadaan Ayah saat itu," Rivano mencoba membela dirinya.Livy hampir tertawa karena ucapan itu. "Ngg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 111

    "Ini demi kebaikanmu juga. Keluarga kaya itu suka menjaga privasi, nggak ingin memperbesar masalah. Zoey itu nggak sabaran.""Aku takut kalau dia terus begini, dia malah menjatuhkan dirinya sendiri dan menyeretmu ke dalam masalah. Lihat saja, semua yang aku prediksi benar, dia sampai berani menggoda suami kakaknya sendiri ...."Kemudian dia buru-buru menambahkan, "Tentu saja, dia nggak tahu kalau Preston adalah suamimu. Wajar saja kalau dia ingin memanfaatkan kesempatan itu. Orang selalu ingin naik ke status yang lebih tinggi. Kamu juga begitu, bukan? Bedanya, kamu berhasil."Livy terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa lagi."Kamu tahu kenapa orang kaya suka beramal? Membantu orang lain sama saja dengan membantu diri sendiri, sebagai bentuk karma baik. Apalagi Zoey adalah adik kandungmu. Membantunya mendapatkan pekerjaan nggak akan memengaruhi posisimu sebagai istri Preston."Rivano terus berbicara tanpa henti untuk mencoba meyakinkan Livy.Namun, setelah menghabiskan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 112

    "Nyonya ... maksudku, Bu Livy. Anda kembali saja lagi nanti." Bendy mengatupkan bibir sambil menghindari tatapan Livy.Livy memperhatikan ekspresinya. Bendy tampak tidak berani menatap matanya, seolah-olah ada hal yang ingin dia katakan tetapi tidak bisa diungkapkan. Dia hanya bisa memberikan petunjuk halus untuk menyarankan Livy pergi."Saya ke sini untuk melapor. Kalau Pak Preston sudah selesai, tolong beri tahu saya," ujar Livy dengan nada tenang.Livy tahu, dirinya tidak punya hak untuk masuk dan mengganggu, bahkan jika Preston benar-benar sedang bersama wanita lain di dalam. Dia tidak berhak untuk menghalanginya. Sebuah senyuman getir muncul di wajahnya. Dia berbalik dan berjalan pergi.Bendy memanggilnya, "Bu Livy, nanti setelah Pak Preston selesai, saya akan mengabari Anda."Namun, baru beberapa langkah, Livy kembali teringat tentang iced americano pagi itu. Jika Preston tidak peduli padanya, mengapa dia repot-repot membawakannya kopi?Livy berbalik karena rasa penasaran mendomi

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status