Namun hari ini, luka lamanya kembali dibuka dengan kejam. Livy menoleh pada Preston dengan hati-hati sambil mengalihkan pembicaraan dengan santai."Sayang, menurutku Kak Fonds sebenarnya lumayan juga. Waktu memarahiku tadi dia memang galak, tapi itu karena kepribadiannya yang terus terang dan nggak suka memendam sesuatu.""Ya, Keluarga Darmawan memang bukan keluarga kaya lama, mereka memulai semuanya dari nol. Waktu Fonds masih kecil, ayahnya pernah jadi pemotong hewan di pasar." Nada bicara Preston sangat santai, tidak terkesan aneh sama sekali.Namun, Livy bisa merasakan ada yang tidak beres dari ekspresi kecil Preston. Preston tidak bisa mengabaikannya sepenuhnya. Hanya saja, dia tidak ingin mengungkitnya lagi dan Livy juga tidak menanyakan lebih jauh.Mengikuti alur topik pembicaraan Preston, Livy menanyakan dengan penuh minat, "Lalu gimana setelahnya? Gimana Keluarga Darmawan bisa jadi seperti sekarang ini?""Ayah Fonds dulu punya beberapa rumah di desa. Ketika daerah itu mengalam
Ketika Livy masuk, dia tidak menutup pintu sepenuhnya, menyisakan celah kecil.Di luar, setelah mendengar suara Tristan, pria itu mendorong pintu, memperlihatkan wajahnya yang dingin dan tegas. Kenapa Preston malah menguping ....Pikiran Tristan dan Livy sejalan. Dengan nada sedikit jengkel, Tristan menyindir, "Kamu nggak percaya sama ayahmu atau nggak percaya sama istrimu?""Dua-duanya," jawab Preston sambil melangkah masuk dengan langkah besar. Dia mengambil termometer tembak dan mengukur suhu di dahi Tristan. "Nanti malam aku akan panggil dokter keluarga untuk memeriksa kesehatanmu."Bagaimanapun, usia Tristan sudah lanjut, ditambah lagi hari ini dia mengalami pukulan besar. Jika tidak hati-hati menjaga kesehatannya, masalah bisa muncul."Sudah, sudah, aku tahu kondisi tubuhku sendiri. Memang lagi kesal, tapi nggak ada masalah serius. Jangan khawatir, tubuhku ini masih kuat kok. Sebelum melihat kalian, terutama kamu dan Livy, memberiku cucu kecil, aku pasti akan bertahan," kata Tris
Mengingat masa lalu, Livy seolah-olah tenggelam dalam pikirannya. Kata-kata yang penuh emosi belum sempat dilanjutkan, tetapi Preston sudah menyela, "Hampir seperti monyet di kebun binatang, 'kan?""?"Rasa sedih yang tadi meliputi hati Livy langsung lenyap. Dengan mata yang masih merah karena tangis, dia menatap linglung ke arah Preston yang telah merusak suasana.Preston tampaknya sedang dalam suasana hati yang cukup baik sehingga bertanya lagi, "Saat itu, kulitmu hitam nggak?"Livy merasa canggung, memalingkan wajah sambil bergumam, "Sedikit."Dulu jika dia melakukan kesalahan sedikit saja, Kristin akan mengusirnya keluar rumah, membuatnya berdiri di luar berjam-jam. Jadi, kulitnya agak gelap waktu itu."Hm, lain kali aku akan suruh Bendy cari foto masa kecilmu. Dinding rumah kita masih kosong, bisa kita sediakan satu tempat khusus untuk pajang foto-fotomu yang dulu," ujar Preston dengan nada santai.Livy terkejut, tidak percaya ucapan seperti itu keluar dari mulut Preston. Apa-apaa
Ketika merasakan keanehan dari Preston, Livy refleks merasa gugup dan menyangkal dengan terbata-bata, "A ... Aku nggak begitu!"Livy hanya terbawa emosi sesaat sehingga ingin mendekat ke Preston, itu saja."Mm? Aku nggak percaya." Tatapan Preston yang tajam, menatap wajah Livy yang merah. Pada akhirnya, dia tidak bisa menahan diri dan langsung menarik pemisah di depan mereka."Kalau sudah sampai, kamu langsung turun." Suara serak Preston terdengar memberi perintah. Namun, ucapan itu bukan ditujukan pada Livy, melainkan pada sopir.Saat ini, telapak tangannya yang hangat sudah melekat di pinggang Livy. Sopir di depan tentu saja memahami apa yang terjadi. Dia langsung menginjak pedal gas lebih dalam.Lima menit kemudian, mobil berhenti di depan pintu vila. Sopir itu turun untuk memberikan ruang bagi mereka berdua.Di kursi belakang yang tidak terlalu luas, Livy dipeluk erat oleh Preston. Suhu tubuh mereka terus meningkat dan aroma keintiman yang menggoda mulai memenuhi ruangan.....Pada
"Gimana kalau Restoran Astin saja? Dekat dengan kantor kita, tinggal nyebrang," usul Sherly dengan santai.Restoran Astin adalah restoran mewah dengan harga yang sangat tinggi. Setidaknya, seorang akan habis 2 juta. Dengan jumlah orang di departemen sekretaris ini, totalnya pasti mencapai 40 juta.Sementara itu, saldo di rekening Livy hampir habis. Komisi proyeknya pun entah kapan cair. Jika dia menggelar makan malam semahal itu, dia akan jatuh miskin."Bu, tempat itu agak mahal. Gimana kalau kita ...." Livy baru saja akan memberikan usulan, tetapi Sherly langsung memotongnya, "Livy, rasanya kurang pantas kalau di restoran murah. Lagian, aku punya keanggotaan di sana, jadi akan ada diskon. Nggak akan terlalu mahal."Namun, uang Livy benar-benar tidak banyak. Harga di restoran itu jelas sangat tinggi."Restoran Astin ya? Livy, kamu benar-benar royal! Nanti aku harus pamer di media sosial!""Livy, pacarku akan menjemputku nanti. Dia boleh ikut nggak? Semakin banyak orang, semakin meriah,
Sambil memegang ponsel, Livy keluar seperti pencuri. Kemudian, dia segera menjawab panggilan itu. "Pak?""Ada masalah apa?" Di ujung sana, suara Preston terdengar seperti baru saja turun dari pesawat karena ada suara angin yang menderu di sekitarnya.Livy agak terkejut, tidak menyangka bahwa hanya karena dia ingin meminjam uang, Preston sampai khawatir sesuatu terjadi padanya dan menelepon untuk menanyakan langsung."Nggak ada apa-apa. Begini, proyekku baru selesai, jadi kupikir sudah seharusnya mentraktir teman-teman sekantor makan bersama. Tapi, uangku nggak cukup, jadi aku ...."Meskipun gaji yang diberikan Preston cukup besar, beberapa waktu lalu, dia menghabiskan banyak uang untuk neneknya, ditambah lagi untuk membeli berbagai hal seperti dasi untuk Preston. Pada akhirnya, uang yang tersisa tidak banyak. Mungkin, dia adalah nyonya kaya paling miskin."Di mana tempatnya?" tanya Preston."Di Restoran Antis.""Hm." Preston tiba-tiba tertawa kecil di ujung telepon. "Bu Livy memang san
Livy menoleh menatap semua orang yang datang malam ini, lalu tersenyum tipis. "Malam ini sebenarnya adalah acara kumpul-kumpul untuk rekan kerja. Tapi karena kalian membawa keluarga untuk meramaikan suasana, ya sudah. Tapi, kuharap mulai sekarang kalian bisa melakukan tugas masing-masing dengan baik."Anggap saja ini sebagai pembayaran untuk menghindari masalah di kemudian hari. Kalau setelah makan gratis ini mereka masih bermain tipu muslihat di belakangnya atau menyebarkan gosip, Livy tidak akan membiarkannya begitu saja."Ten ... tentu saja." Rekan kerja itu memalingkan wajah dengan rasa bersalah.Livy masih mengingatnya. Dulu ketika ada masalah antara dirinya dan Zoey, wanita ini adalah salah satu yang menggosipinya."Semua itu cuma kesalahpahaman di masa lalu, 'kan? Kamu cantik dan baik hati, kita harus menjaga hubungan baik mulai sekarang!"Rekan-rekan di sekitarnya mulai ikut menimpali."Ya, benar sekali! Livy sangat berbakat, baru 20-an tahun, tapi sudah bisa menyelesaikan proy
Livy terkejut bukan main. Hanya 6 juta? Bagaimana mungkin!Malam ini, rekan-rekannya minum dengan puas, bahkan mereka memesan dua botol alkohol. Harga kedua botol itu saja sudah 6 juta, belum lagi mereka memesan sekitar 18 hidangan. Awalnya, Livy sudah bersiap untuk merogoh kocek dalam-dalam!"Benar, Bu. Kami memberimu diskon hingga 90%." Pelayan itu tersenyum sambil menunjukkan kartu keanggotaan dan berkata, "Selain itu, mulai sekarang kamu bisa menikmati diskon di sini."Apa ini? Apakah ini keberuntungan yang tak terduga? Livy masih bingung, merasa ada yang aneh. Dia bertanya, "Apa aku boleh tahu alasannya? Apa aku memenangkan sesuatu? Atau ada acara khusus hari ini? Semua tamu mendapat perlakuan ini?"Livy merasa ini sangat tidak wajar. Selama ini, dia belum pernah mendengar Restoran Astin memiliki promosi semacam ini. Selain itu, dia juga tidak pernah menganggap dirinya beruntung. Kalaupun ada kegiatan undian, tidak mungkin dia yang menang."Bu, aku hanya mengikuti perintah dari at
Livy terkejut bukan main. Hanya 6 juta? Bagaimana mungkin!Malam ini, rekan-rekannya minum dengan puas, bahkan mereka memesan dua botol alkohol. Harga kedua botol itu saja sudah 6 juta, belum lagi mereka memesan sekitar 18 hidangan. Awalnya, Livy sudah bersiap untuk merogoh kocek dalam-dalam!"Benar, Bu. Kami memberimu diskon hingga 90%." Pelayan itu tersenyum sambil menunjukkan kartu keanggotaan dan berkata, "Selain itu, mulai sekarang kamu bisa menikmati diskon di sini."Apa ini? Apakah ini keberuntungan yang tak terduga? Livy masih bingung, merasa ada yang aneh. Dia bertanya, "Apa aku boleh tahu alasannya? Apa aku memenangkan sesuatu? Atau ada acara khusus hari ini? Semua tamu mendapat perlakuan ini?"Livy merasa ini sangat tidak wajar. Selama ini, dia belum pernah mendengar Restoran Astin memiliki promosi semacam ini. Selain itu, dia juga tidak pernah menganggap dirinya beruntung. Kalaupun ada kegiatan undian, tidak mungkin dia yang menang."Bu, aku hanya mengikuti perintah dari at
Livy menoleh menatap semua orang yang datang malam ini, lalu tersenyum tipis. "Malam ini sebenarnya adalah acara kumpul-kumpul untuk rekan kerja. Tapi karena kalian membawa keluarga untuk meramaikan suasana, ya sudah. Tapi, kuharap mulai sekarang kalian bisa melakukan tugas masing-masing dengan baik."Anggap saja ini sebagai pembayaran untuk menghindari masalah di kemudian hari. Kalau setelah makan gratis ini mereka masih bermain tipu muslihat di belakangnya atau menyebarkan gosip, Livy tidak akan membiarkannya begitu saja."Ten ... tentu saja." Rekan kerja itu memalingkan wajah dengan rasa bersalah.Livy masih mengingatnya. Dulu ketika ada masalah antara dirinya dan Zoey, wanita ini adalah salah satu yang menggosipinya."Semua itu cuma kesalahpahaman di masa lalu, 'kan? Kamu cantik dan baik hati, kita harus menjaga hubungan baik mulai sekarang!"Rekan-rekan di sekitarnya mulai ikut menimpali."Ya, benar sekali! Livy sangat berbakat, baru 20-an tahun, tapi sudah bisa menyelesaikan proy
Sambil memegang ponsel, Livy keluar seperti pencuri. Kemudian, dia segera menjawab panggilan itu. "Pak?""Ada masalah apa?" Di ujung sana, suara Preston terdengar seperti baru saja turun dari pesawat karena ada suara angin yang menderu di sekitarnya.Livy agak terkejut, tidak menyangka bahwa hanya karena dia ingin meminjam uang, Preston sampai khawatir sesuatu terjadi padanya dan menelepon untuk menanyakan langsung."Nggak ada apa-apa. Begini, proyekku baru selesai, jadi kupikir sudah seharusnya mentraktir teman-teman sekantor makan bersama. Tapi, uangku nggak cukup, jadi aku ...."Meskipun gaji yang diberikan Preston cukup besar, beberapa waktu lalu, dia menghabiskan banyak uang untuk neneknya, ditambah lagi untuk membeli berbagai hal seperti dasi untuk Preston. Pada akhirnya, uang yang tersisa tidak banyak. Mungkin, dia adalah nyonya kaya paling miskin."Di mana tempatnya?" tanya Preston."Di Restoran Antis.""Hm." Preston tiba-tiba tertawa kecil di ujung telepon. "Bu Livy memang san
"Gimana kalau Restoran Astin saja? Dekat dengan kantor kita, tinggal nyebrang," usul Sherly dengan santai.Restoran Astin adalah restoran mewah dengan harga yang sangat tinggi. Setidaknya, seorang akan habis 2 juta. Dengan jumlah orang di departemen sekretaris ini, totalnya pasti mencapai 40 juta.Sementara itu, saldo di rekening Livy hampir habis. Komisi proyeknya pun entah kapan cair. Jika dia menggelar makan malam semahal itu, dia akan jatuh miskin."Bu, tempat itu agak mahal. Gimana kalau kita ...." Livy baru saja akan memberikan usulan, tetapi Sherly langsung memotongnya, "Livy, rasanya kurang pantas kalau di restoran murah. Lagian, aku punya keanggotaan di sana, jadi akan ada diskon. Nggak akan terlalu mahal."Namun, uang Livy benar-benar tidak banyak. Harga di restoran itu jelas sangat tinggi."Restoran Astin ya? Livy, kamu benar-benar royal! Nanti aku harus pamer di media sosial!""Livy, pacarku akan menjemputku nanti. Dia boleh ikut nggak? Semakin banyak orang, semakin meriah,
Ketika merasakan keanehan dari Preston, Livy refleks merasa gugup dan menyangkal dengan terbata-bata, "A ... Aku nggak begitu!"Livy hanya terbawa emosi sesaat sehingga ingin mendekat ke Preston, itu saja."Mm? Aku nggak percaya." Tatapan Preston yang tajam, menatap wajah Livy yang merah. Pada akhirnya, dia tidak bisa menahan diri dan langsung menarik pemisah di depan mereka."Kalau sudah sampai, kamu langsung turun." Suara serak Preston terdengar memberi perintah. Namun, ucapan itu bukan ditujukan pada Livy, melainkan pada sopir.Saat ini, telapak tangannya yang hangat sudah melekat di pinggang Livy. Sopir di depan tentu saja memahami apa yang terjadi. Dia langsung menginjak pedal gas lebih dalam.Lima menit kemudian, mobil berhenti di depan pintu vila. Sopir itu turun untuk memberikan ruang bagi mereka berdua.Di kursi belakang yang tidak terlalu luas, Livy dipeluk erat oleh Preston. Suhu tubuh mereka terus meningkat dan aroma keintiman yang menggoda mulai memenuhi ruangan.....Pada
Mengingat masa lalu, Livy seolah-olah tenggelam dalam pikirannya. Kata-kata yang penuh emosi belum sempat dilanjutkan, tetapi Preston sudah menyela, "Hampir seperti monyet di kebun binatang, 'kan?""?"Rasa sedih yang tadi meliputi hati Livy langsung lenyap. Dengan mata yang masih merah karena tangis, dia menatap linglung ke arah Preston yang telah merusak suasana.Preston tampaknya sedang dalam suasana hati yang cukup baik sehingga bertanya lagi, "Saat itu, kulitmu hitam nggak?"Livy merasa canggung, memalingkan wajah sambil bergumam, "Sedikit."Dulu jika dia melakukan kesalahan sedikit saja, Kristin akan mengusirnya keluar rumah, membuatnya berdiri di luar berjam-jam. Jadi, kulitnya agak gelap waktu itu."Hm, lain kali aku akan suruh Bendy cari foto masa kecilmu. Dinding rumah kita masih kosong, bisa kita sediakan satu tempat khusus untuk pajang foto-fotomu yang dulu," ujar Preston dengan nada santai.Livy terkejut, tidak percaya ucapan seperti itu keluar dari mulut Preston. Apa-apaa
Ketika Livy masuk, dia tidak menutup pintu sepenuhnya, menyisakan celah kecil.Di luar, setelah mendengar suara Tristan, pria itu mendorong pintu, memperlihatkan wajahnya yang dingin dan tegas. Kenapa Preston malah menguping ....Pikiran Tristan dan Livy sejalan. Dengan nada sedikit jengkel, Tristan menyindir, "Kamu nggak percaya sama ayahmu atau nggak percaya sama istrimu?""Dua-duanya," jawab Preston sambil melangkah masuk dengan langkah besar. Dia mengambil termometer tembak dan mengukur suhu di dahi Tristan. "Nanti malam aku akan panggil dokter keluarga untuk memeriksa kesehatanmu."Bagaimanapun, usia Tristan sudah lanjut, ditambah lagi hari ini dia mengalami pukulan besar. Jika tidak hati-hati menjaga kesehatannya, masalah bisa muncul."Sudah, sudah, aku tahu kondisi tubuhku sendiri. Memang lagi kesal, tapi nggak ada masalah serius. Jangan khawatir, tubuhku ini masih kuat kok. Sebelum melihat kalian, terutama kamu dan Livy, memberiku cucu kecil, aku pasti akan bertahan," kata Tris
Namun hari ini, luka lamanya kembali dibuka dengan kejam. Livy menoleh pada Preston dengan hati-hati sambil mengalihkan pembicaraan dengan santai."Sayang, menurutku Kak Fonds sebenarnya lumayan juga. Waktu memarahiku tadi dia memang galak, tapi itu karena kepribadiannya yang terus terang dan nggak suka memendam sesuatu.""Ya, Keluarga Darmawan memang bukan keluarga kaya lama, mereka memulai semuanya dari nol. Waktu Fonds masih kecil, ayahnya pernah jadi pemotong hewan di pasar." Nada bicara Preston sangat santai, tidak terkesan aneh sama sekali.Namun, Livy bisa merasakan ada yang tidak beres dari ekspresi kecil Preston. Preston tidak bisa mengabaikannya sepenuhnya. Hanya saja, dia tidak ingin mengungkitnya lagi dan Livy juga tidak menanyakan lebih jauh.Mengikuti alur topik pembicaraan Preston, Livy menanyakan dengan penuh minat, "Lalu gimana setelahnya? Gimana Keluarga Darmawan bisa jadi seperti sekarang ini?""Ayah Fonds dulu punya beberapa rumah di desa. Ketika daerah itu mengalam
Kata-kata Bahran yang penuh pemberontakan membuat suasana di ruangan itu mendadak sunyi.Wajah Tristan berubah menjadi merah padam dan dia hampir kehabisan napas karena marah. Di sisi lain, Melanie juga mengerutkan alisnya dengan tegas, lalu menegur, "Bahran, kamu ngomong apaan? Cepat minta maaf sama Ayah!""Apa yang kukatakan itu bukan kenyataan?" Bahran mendengus dingin, lalu menatap ke arah Tristan, "Ayah, kejadiannya sudah begini, aku beberkan saja semua yang ingin kukatakan."Mungkin karena tekanan hari itu sudah mencapai batasnya, Bahran tidak lagi peduli untuk menjaga citranya. Dengan wajah dingin, dia menatap Tristan dan mulai menuduhnya."Ayah, kalau bukan karena kamu menyelingkuhi ibuku waktu itu, aku sudah jadi putra satu-satunya di Keluarga Sandiaga! Aku tahu kemampuanku memang nggak sehebat Preston selama ini. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Sebelum Preston pulang dulu, bukankah aku juga selalu berusaha keras setiap hari?""Tapi, apa hasilnya? Begitu Preston pulang, ka