Share

Bab 331

Penulis: Dania Zahra
Livy menoleh menatap semua orang yang datang malam ini, lalu tersenyum tipis. "Malam ini sebenarnya adalah acara kumpul-kumpul untuk rekan kerja. Tapi karena kalian membawa keluarga untuk meramaikan suasana, ya sudah. Tapi, kuharap mulai sekarang kalian bisa melakukan tugas masing-masing dengan baik."

Anggap saja ini sebagai pembayaran untuk menghindari masalah di kemudian hari. Kalau setelah makan gratis ini mereka masih bermain tipu muslihat di belakangnya atau menyebarkan gosip, Livy tidak akan membiarkannya begitu saja.

"Ten ... tentu saja." Rekan kerja itu memalingkan wajah dengan rasa bersalah.

Livy masih mengingatnya. Dulu ketika ada masalah antara dirinya dan Zoey, wanita ini adalah salah satu yang menggosipinya.

"Semua itu cuma kesalahpahaman di masa lalu, 'kan? Kamu cantik dan baik hati, kita harus menjaga hubungan baik mulai sekarang!"

Rekan-rekan di sekitarnya mulai ikut menimpali.

"Ya, benar sekali! Livy sangat berbakat, baru 20-an tahun, tapi sudah bisa menyelesaikan proy
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 332

    Livy terkejut bukan main. Hanya 6 juta? Bagaimana mungkin!Malam ini, rekan-rekannya minum dengan puas, bahkan mereka memesan dua botol alkohol. Harga kedua botol itu saja sudah 6 juta, belum lagi mereka memesan sekitar 18 hidangan. Awalnya, Livy sudah bersiap untuk merogoh kocek dalam-dalam!"Benar, Bu. Kami memberimu diskon hingga 90%." Pelayan itu tersenyum sambil menunjukkan kartu keanggotaan dan berkata, "Selain itu, mulai sekarang kamu bisa menikmati diskon di sini."Apa ini? Apakah ini keberuntungan yang tak terduga? Livy masih bingung, merasa ada yang aneh. Dia bertanya, "Apa aku boleh tahu alasannya? Apa aku memenangkan sesuatu? Atau ada acara khusus hari ini? Semua tamu mendapat perlakuan ini?"Livy merasa ini sangat tidak wajar. Selama ini, dia belum pernah mendengar Restoran Astin memiliki promosi semacam ini. Selain itu, dia juga tidak pernah menganggap dirinya beruntung. Kalaupun ada kegiatan undian, tidak mungkin dia yang menang."Bu, aku hanya mengikuti perintah dari at

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 333

    "Hm ...." Itu memang benar, meskipun dia tidak pernah menggunakannya.Ivana semakin bersemangat mendengarnya. Dia langsung meraih tangan Livy dan berseru, "Jadi, Livy, suamimu benaran pewaris kaya? Ganteng nggak?"Livy sontak teringat pada Preston. Dia lantas mengangguk. "Dia kaya dan ganteng." Tipikal pria idaman."Wah, serius nih?" Seperti orang yang sedang jatuh cinta, Ivana melompat kegirangan di tempat. Namun, dia segera sadar dan bersikap normal. "Oke, oke, gosipnya cukup sampai di sini. Livy, yang penting kamu bahagia! Suamiku sudah datang menjemput, kabari aku kalau kamu sudah sampai rumah ya!"Setelah itu, Ivana melambaikan tangan ke arahnya, lalu berbalik dan naik sepeda listrik yang tidak jauh dari sana. Dia melambaikan tangan lagi ke Livy. "Livy, sampai jumpa ya."Livy pernah bertemu dengan James, suami Ivana. Penampilannya sangat simpel, bukan tipe pria muda yang tampan. Sebaliknya, dia tampak jujur dan sedikit lebih tua dari usianya.James tidak punya banyak uang, tetapi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 334

    Livy yang lamban masih belum menyadari nada bicara Preston yang berubah. Dia tanpa sadar mengangguk. "Ya, sepertinya Pak David juga hebat dalam investasi. Kalau ada kesempatan, aku ingin belajar darinya.""Livy, aku baru saja memujimu pintar, tapi sekarang kamu sudah bodoh." Suara Preston terdengar dingin. "David itu cuma kebetulan beruntung. Kalau soal bisnis, kamu seharusnya belajar dariku, malah mengagumi yang ilmunya setengah-setengah."Hah? Nada suaranya terdengar agak aneh, 'kan? Livy menggunakan sedikit pengalaman cintanya di masa lalu dan menebak. Preston sepertinya tidak senang karena dia memuji orang lain.Jadi, Livy segera mengganti topik pembicaraan dan mencoba merayu Preston, "Ini pasti karena aku makan terlalu banyak malam ini, jadi otakku nggak jalan. Suamiku sudah pasti jauh lebih hebat daripada Pak David. Nanti kalau kamu punya waktu, aku akan langsung belajar darimu.""Sayang, proyekku yang sebelumnya juga berjalan dengan baik berkat bimbinganmu. Kalau ada kamu, aku p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 335

    Namun, kata-kata itu membuat Livy ingin tertawa. Mungkin karena sudah tidak ada lagi harapan terhadap Rivano, bahkan membencinya sampai ke titik ekstrem, Livy tidak merasa sedih sedikit pun.Dia berkata dengan sangat dingin, "Aku bisa membantumu, tapi aku ingin kamu kembalikan rumah yang sedang kamu tinggali itu."Rivano tertegun sebelum marah. "Apa maksudmu? Keluarga kita sekarang cuma punya rumah ini. Kalau aku kembalikan kepadamu, kamu mau melihat kami terlantar di jalan?""Rumah itu memang bukan milikmu! Rivano, bukankah semua yang kamu miliki sekarang adalah milik ibuku?" Suara Livy terdengar sedingin es. "Perhiasan-perhiasan ibuku juga, suruh Zoey kembalikan kepadaku. Kita sudah menyepakatinya sebelumnya!"Jika mereka tidak menepati janji, Livy tidak keberatan menggunakan cara-cara tertentu. Lagi pula, mereka yang memulainya dengan licik dan tidak tahu malu."Perhiasan-perhiasan itu ... ya, ya. Besok aku akan minta Zoey mengantarkannya kepadamu."Awalnya Livy mengira Rivano akan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 336

    Ryan? Livy merasa nama itu terdengar familier, tetapi tidak bisa langsung mengingat di mana dia pernah mendengarnya."Salam kenal, namaku Livy," balas Livy dengan senyuman sopan.Pria itu sedikit mengangkat alisnya, lalu tersenyum lembut. "Baiklah, aku sudah ingat namamu. Terima kasih banyak untuk hari ini. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan membalas budi ini."Setelah mengatakan itu, pria itu langsung pergi. Livy tidak terlalu memikirkannya, menganggapnya hanya sebagai insiden kecil. Dia mengikuti alamat yang diberikan oleh Charlene dan segera tiba di ruang istirahat.Setelah menunggu sekitar setengah jam, Charlene akhirnya masuk dengan tergesa-gesa, menutup pintu sambil berkata, "Kalian nggak perlu ikut, nanti aku sendiri yang hapus riasan dan ganti baju. Setelah itu, aku liburan beberapa hari. Aku sudah kasih tahu manajerku. Dah!"Pintu tertutup rapat, Charlene langsung terduduk lemas di sofa. Dia melambaikan tangan ke arah Livy sambil berkata, "Livy, kerjaan ini benar-benar buat

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 337

    "Tadi aku bertemu dengannya di depan pintu, jadi merasa agak penasaran," jawab Livy dengan jujur. "Charlene, kamu kenal dia?"Charlene mengangguk. "Kamu tahu tentang Keluarga Gunarso?"Keluarga Gunarso, Livy memang pernah mendengar beberapa informasi tentang mereka.Keluarga Gunarso bukan tinggal di dalam negeri. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri. Yang tetap tinggal di kota ini mungkin hanya putra sulung Keluarga Gunarso, yang posisinya cukup tinggi.Charlene melanjutkan. "Ryan itu adalah anak bungsu Keluarga Gunarso. Dia sangat dimanjakan sejak kecil. Waktu aku tinggal di luar negeri, aku pernah dengar gosip tentang anak bungsu ini. Katanya dia sangat tampan.""Waktu SMP, gadis-gadis bule terus mengelilinginya. Tapi waktu SMA, dia kembali ke negara ini dan kabarnya dia sempat berselisih dengan keluarganya."Ternyata begitu, tidak heran jika dia dikejar oleh sekelompok pria berbaju hitam itu. Mungkin mereka adalah orang-orang dari Keluarga Gunarso."Jadi, gimana? Ka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 338

    Musik di sekeliling perlahan mereda. Pembawa acara di atas panggung memulai sesi tanya jawab serta interaksi.Charlene mengusap air mata di sudut mata Livy dengan lembut, lalu berkata dengan emosional, "Pantas saja waktu itu kamu tiba-tiba punya uang buat balik sekolah. Ternyata ketemu orang baik, bahkan orang baik itu adalah Rayn?"Livy mengangguk kecil sambil merendahkan suaranya. "Dia mungkin sudah lupa sama aku."Namun, Livy selalu menganggap Rayn sebagai penyelamat hidupnya. Jika bukan karena Rayn, dia pasti sudah berhenti sekolah dan mungkin hanya bisa bekerja sebagai pelayan restoran."Ya Tuhan, kejadian ini luar biasa sekali! Aku rasa kalau kamu ceritain ke Rayn, dia pasti bakal ingat lagi. Tapi ...." Charlene berhenti sebentar, lalu berbisik di telinga Livy. "Jangan-jangan kamu masih suka sama Rayn dan ingin pacaran sama idolamu sendiri?""Mana mungkin!" Livy buru-buru menjelaskan, "Aku cuma ingin mengucapkan terima kasih. Aku sama sekali nggak ada maksud lain!"Menyukai idola

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 339

    Sepertinya itu memang masuk akal. Meskipun Livy merasa kebetulan ini terlalu mengejutkan, dia memutuskan untuk tidak terus memikirkannya. Setelah sampai di rumah, dia segera melupakan insiden kecil itu.Awalnya, rencananya malam ini setelah konser selesai, dia akan langsung pergi ke vila tepi pantai bersama Charlene untuk memulai liburan selama tiga hari. Namun, Charlene tiba-tiba menerima tugas untuk melakukan siaran langsung esok pagi. Mereka terpaksa menunda rencana itu hingga esok sore.Setelah mandi, Livy menerima panggilan dari Preston. Dia segera menjawab. Suara Preston yang lelah terdengar dari ujung telepon. "Ke mana saja? Kenapa nggak jawab telepon?""Hah? Kamu meneleponku tadi?" Livy keluar dari layar panggilan untuk memeriksa, ternyata memang ada tiga panggilan tak terjawab."Maaf ya, Sayang. Tadi aku di konser, jadi nggak dengar teleponmu," ujar Livy buru-buru. "Ada apa? Apa ada urusan?""Kalau nggak ada urusan, aku nggak boleh mencarimu?" Suara Preston terdengar datar dan

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status