Home / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 1. Skandal di Kamar Presidential Suite

Share

Malam Penuh Gairah Bersamamu
Malam Penuh Gairah Bersamamu
Author: Dewiluna

Bab 1. Skandal di Kamar Presidential Suite

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:45:09

"Gilang?!"

Netra Tania menyipit, memastikan sosok yang menggendongnya adalah kekasih yang kepergok berselingkuh.

Hatinya mencelos. Dadanya sesak oleh kemarahan yang belum sempat dia lampiaskan. Air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya jatuh membasahi pipinya.

"Kamu brengsek!" Suaranya bergetar, tangannya menghantam dada bidang itu berkali-kali. "Bisa-bisanya kamu selingkuh dariku!”

Langkah pria itu terhenti, tapi dia tidak menjauh. Pria itu membiarkan Tania meluapkan amarahnya.

"Kenapa?!" Tania meraung.

Tinjunya melayang, menghantam dada pria tersebut. Penuh dengan amarah.

Tania masih bisa melihatnya dengan jelas—bayangan Gilang di hadapannya beberapa jam lalu. Kekasihnya, bersama seorang wanita, terjerat dalam pelukan penuh gairah di atas ranjang.

Bercak merah yang tersebar di kulit wanita itu menjadi saksi bisu atas pengkhianatan yang tak perlu dijelaskan. Tania ingin bertanya. Ingin berteriak. Ingin mengingkari kenyataan.

“Jahat ….”

Air mata membanjir di pipi Tania. Dia tidak bisa mengendalikannya lagi. Dia biarkan saja riasannya luntur, rambutnya tak karuan, dan bajunya berantakan. Tania tak peduli.

"Kamu jahat!" Tinju berikutnya mendarat di bahu pria itu, disusul pukulan lain yang semakin lemah. "Kamu nggak boleh melakukan ini padaku!"

Pria itu hanya diam, membiarkan Tania melampiaskan emosinya.

"Enggak boleh! Cuma aku saja yang boleh menciummu!" Tania menarik pria itu mendekat.

Tania menabrakkan bibirnya kasar. Napas pria itu mengalir lembut di wajahnya. Ada kehangatan yang aneh, tidak seperti yang dia bayangkan.

Perlahan, tubuh Tania terasa melayang. Sebelum seprai sutera menyapa punggungnya lembut. Badan besar itu menindihnya sempurna.

“Mmh …."

Tania mencoba mengatur napas yang semakin memburu. Jemari kokoh itu menyusuri tubuhnya perlahan, meninggalkan jejak panas yang merayapi kulitnya.

"Tatap aku," bisik pria itu di dekat telinga Tania. Suaranya berat, menggema seperti membius.

"Lihat siapa aku baik-baik."

Tania mendongak. Mata mereka bertemu—sorotannya dalam dan menusuk, seperti pusaran gelap yang siap menelannya.

Setengah kesadaran Tania membuatnya menelan bingung. ‘Dia … bicara apa?’ Tak banyak yang bisa masuk ke dalam otaknya.

"Aku bukan pacarmu," suara pria itu terdengar kembali–lembut, tetapi tegas dan penuh penekanan. “Aku lebih dari dia.”

Udara di sekitar mereka terasa semakin panas. Dekapan itu semakin erat, menyisakan ruang yang nyaris tak ada. Tania menutup mata, membiarkan dirinya hanyut, tenggelam dalam lautan perasaan yang meluap-luap.

Pria itu kembali berbisik. "Setelah ini, aku tak akan melepaskanmu.”

Cahaya rembulan yang menembus jendela kamar Presidential Suite menjadi saksi bisu runtuhnya harga diri Tania. Pintu megah itu tertutup, menyembunyikan jejak dari skandal yang baru saja terjadi, meninggalkan hanya keheningan yang tebal dan tak terungkapkan.

Malam perlahan merayap menuju akhir, langit gelap mulai memudar, digantikan semburat keemasan di cakrawala.

"Ugh!"

Tania meringis memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Silau dari sinar matahari yang menyelinap melalui celah jendela mengganggu tidurnya. Perlahan, matanya terbuka dan dia sadar langit-langit tinggi bercorak mewah itu bukanlah kamarnya.

Spontan Tania terduduk. Matanya melihat sekeliling dan dalam hati dia merutuk, 'Sial! Di mana aku?! Apa yang terjadi?!"

Belum surut paniknya, Tania melihat baju yang seharusnya melekat di tubuh, tergeletak di lantai.

Tania membuka selimut dan memekik tanpa suara. 'Astaga!'

Jantung Tania berdegup kencang saat matanya turun ke tubuhnya sendiri. Tubuhnya sepolos bayi yang baru lahir.

Tania tercekat. Ingatan semalam menghantam kepalanya. Bar. Minuman. Kemarahan. Lalu … pria itu.

Pria itu bukan Gilang.

“Mati aku!”

Kilasan samar wajah pria semalam muncul di kepalanya—rahang tegas, sepasang mata gelap yang tajam, dan ekspresi datar yang sulit dibaca.

Di saat bersamaan, suara air shower tiba-tiba terdengar dari toilet. 'Ha?! Gila! Dia masih di sini?!'

"Apa yang sudah aku lakukan?!"

Darahnya berdesir, kepalanya semakin pusing. Dia harus pergi. Segera.

Sedikit berlari, Tania meraih gagang pintu cepat. Tanpa menoleh ke belakang, dia melangkah keluar.

Lorong hotel terasa panjang dan sunyi saat dia berjalan, seolah setiap langkahnya bergema di dinding.

Tania tak ingin membuang waktu. Dia mencari jalan keluar. Papan petunjuk lift tertangkap dalam penglihatannya.

Langkah Tania semakin cepat. Semakin dia melihat sekeliling, semakin hatinya dilingkupi kegelisahan.

"Kenapa tempat ini terasa tidak asing?"

Tania meremas lengannya sendiri, mencoba meredam rasa tidak nyaman yang terus menggerogoti. Karpet beludru maroon, motif dinding, pencahayaan temaram—semuanya terasa seperti ….

"Grand Velora?! Nggak mungkin!"

Ding!

Suara lift terbuka di depannya tepat saat dia menghentikan langkah di depannya. Dan di sanalah seseorang berdiri.

Sepasang mata menatapnya penuh keheranan. "Loh, Tania?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 2. Pria Semalam

    "Li-Lia?!” Jantung Tania seolah berhenti berdetak. Seorang wanita berseragam hitam dengan rambut disanggul, berdiri tepat di hadapannya. Lia, rekan kerja Tania, tengah mendorong kereta makanan. Matanya menyipit penuh selidik. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya. Tania merasa napasnya tercekat. Kepalanya masih berdenyut dari efek mabuk semalam. Dia kesulitan memikirkan alasan apa yang harus dia berikan. Sementara pakaiannya masih sama seperti kemarin. "Aku ….” Lia menepuk tangannya sendiri. “Oh, iya! Kita kan diminta kumpul jam sepuluh.” Otak Tania yang panik bahkan tidak bisa memproses apa yang sedang dibicarakan Lia, tapi dia membenarkan saja ucapan temannya itu. “Iya, aku datang terlalu pagi. Makanya aku jalan-jalan sebentar, tapi–tapi aku meninggalkan ponselku di rumah. Aku mau mengambilnya dulu.” Tania memaksa masuk ke dalam lift. Dia mendorong kereta makanan yang dibawa Lia, membuat temannya itu keluar dan menyisakan lift hanya untuknya. “Aku duluan, ya!” Tania berpamit

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 3. Direktur Baru Grand Velora

    "Mencoba merayu lagi?" Senyumnya mencibir, sambil menggoyangkan buket bunga. Kehadiran pria di hadapannya itu membuat Tania membeku. Netranya membulat penuh, tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. "Saya–" "Lupa dengan saya?" Ejeknya. "Semalam kamu menggunakan saya sebagai sasaran hasr–" Netra Tania semakin lebar, tahu apa yang akan dikatakan pria itu. Untungnya, tepukan tangan orang-orang yang hadir di aula menghentikan kalimat itu. "Well, thanks bunganya, Tania." Tania tersentak. Kepalanya berdenyut. Tubuhnya menegang, lalu tanpa pikir panjang, dia berbalik dan pergi secepat mungkin. 'Tidak!' Tania mengerang dalam hati. 'Bagaimana bisa pria itu di sini?! Aku harus pergi!' Dia memutuskan untuk berbelok, menuju toilet. Tangannya sudah gemetar saat meraih pinggir wastafel. Berusaha menahan tubuh yang hampir tumbang. 'Ini enggak masuk akal! Direktur itu ….' Tania bahkan tak berani mengakuinya. Bahwa yang baru saja diumumkan menjabat sebagai direktur operasional adal

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 4. Ketika Kebenaran Menyakiti

    “Ayo kita duduk di sana!” Restoran itu ramai. Aroma pasta yang baru matang bercampur dengan wangi keju dan saus krim menguar di udara. Tania duduk di sudut ruangan bersama Lia, Keisha, dan beberapa rekan kerja lainnya. Rachel, manajer mereka akan menyusul karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. “Sekarang bisa katakan padaku apa yang kalian maksud dengan tukang selingkuh?” Tania begitu penasaran. Sejak siang tadi, ia ingin bertanya. Namun, Rachel memotong pembicaraan mereka. “Kita belum pesen!” Lia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia menyenggol Keisha, meminta bantuan. “Bener!” Keisha mengangguk. Kedua teman Tania sekarang sibuk melihat buku menu. Mereka membiarkan Tania menghela dan terpaksa menuruti kemauan mereka. “Selamat!” Seruan keras membuat Tania menoleh. Di sudut restoran yang lain, dia melihat kerumunan yang tidak asing. Gilang sedang tertawa bersama sekelompok orang. Senyumnya lebar, ekspresinya penuh kebanggaan. “Ck! Kenapa dia di sini

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 5. Direktur di Meja Makan

    “Tidak masalah kalau aku dipecat.” Tania tidak peduli. Tujuan awalnya bekerja di Grand Velora adalah untuk mendapatkan uang yang akan dipakai sebagai biaya pernikahan. Sekarang, Tania sudah tidak ingin menikah. Siapa juga yang mau menikah dengan seorang lelaki hidung belang? Pastinya bukan Tania! “Tania!” Tania baru saja berdiri, tangannya mengepal, niatnya sudah bulat untuk mendatangi Romi dan mengungkap segalanya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang begitu ia kenal. “Maaf, saya datang terlambat!” Rachel melambaikan tangan dari pintu restoran, tersenyum lebar sambil berjalan mendekat. Bersamanya, ada seorang pria yang membuat napas Tania tercekat—Rafael. Direktur baru Grand Velora–juga pria yang semalam tidur dengannya. “Kenapa … dia ada di sini?” Sekelebat ingatan menghantam pikirannya. Sentuhan panas, desahan samar, dan tatapan tajam Rafael di atas ranjang. Bahkan tadi pagi Rafael sudah memanggilnya secara pribadi ke ruang direktur. Kenapa sekarang pr

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 6. Hadiah yang Mengusik

    “Kenapa Tania?” Rachel menegur Tania yang sejak tadi menunduk di bawah meja. “Kamu lihat apa?” Rachel ikut menyusul menunduk. Sang manajer yang memang duduk di samping Tania menggantikan Rafael, jadi penasaran. “Tidak ada apa-apa, Bu Rachel,” sahut Tania cepat. Ia memasukkan kembali kotak hadiah ke dalam paper bag dan duduk tegak di kursinya. “Kita sudah siap memesan makanan. Kamu mau pesan apa?” Tanya Rachel. Saat itu, Tania tidak bisa berpikir banyak. Ia hanya meraih buku menu, dan memesan apa pun yang dilihatnya pertama kali. Pikiran Tania penuh dengan dugaan kotak hadiah yang baru saja ia lihat. Kotak hadiah itu, ia mengingatnya. Itu adalah kotak yang sama dengan kotak yang ia lihat di atas meja sang direktur. Kotak hadiah berwarna hitam dengan pita emas. Bahkan ukurannya pun sama persis. Tania sangat yakin. ‘Tapi kenapa Bu Rachel yang memberikannya?’ Tania hanya bisa bertanya dalam hati. ‘Apakah hadiah itu titipan? Atau kebetulan saja kotaknya sama?’ Tak mau ter

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 7. Kebohongan di atas Kebohongan

    Botak Penjilat: Tania, cepat balas pesanku! “Hahaha!” Tania menghapus sudut matanya yang berair karena tertawa. “Nama yang aku berikan cocok sekali.” Ia berhenti setelah puas. Tatapannya kembali tertuju pada layar ponsel. “Apa maksudnya coba mengirim pesan seperti ini?” Dahinya sampai berkerut tujuh lipatan saat membaca isi pesan dari Gilang sekali lagi. ‘Kenapa tiba-tiba Gilang menanyakan tentang Rafael?’ “Padahal sebelum ini kamu berselingkuh, tapi tidak berniat menjelaskan sama sekali. Maumu apa?!” Jari Tania bergerak mengetikkan pesan balasan. Ia terdiam sesaat kemudian. “Kenapa aku harus membalas pesan darinya?” Tania merutuk penuh kemarahan. Untuk apa? Tania merasa tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan Gilang. Ia mematikan kembali layar ponselnya, lalu menyimpan benda pipih itu di dalam tas. ‘Aku tak mau lagi berhubungan dengan Gilang!’ Taksi yang mengantar Tania berhenti perlahan. Rupanya ia sudah sampai di tujuan. “Terima kasih, Pak,” ucap Tania s

    Last Updated : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 8

    “Siapa pacar barumu?”Tania menghela napas kasar. Sudah sejak semalam ia ditanya oleh kedua orang tuanya.“Jangan berbohong, Tania.” Anggi terus mendesak, membuat Tania jengah sendiri. “Ibu enggak akan percaya sampai kamu bawa pacar barumu itu ke rumah kita!” Daripada terus berdebat, Tania memilih untuk melarikan diri. Kebetulan dia dapat shift pagi hari ini. “Aku sudah terlambat, Bu. Nanti saja kita bicara lagi.”Tania berpamitan tanpa menunggu jawaban. Ia buru-buru mengambil tasnya dan keluar rumah.Namun, meskipun sudah berhasil menghindari interogasi orang tuanya, pikirannya tetap dipenuhi masalah yang sama.‘Kenapa aku malah bilang sudah punya pacar?’Tania memukul keningnya sendiri saat berjalan menuju halte. Ia tidak berpikir panjang semalam. Sekarang, ucapannya malah berbalik menyerangnya.“Pacar baru?” gumamnya seraya berdecak frustrasi. “Aku bahkan belum bisa lepas dari bayangan Gilang.”Bus akhirnya tiba halte. Perjalanan menuju hotel terasa panjang. Meski begitu, Tania

    Last Updated : 2025-03-28
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 9

    “Kenapa?”Lia mendapati Tania cemberut saat kembali ke ruang staff. “Enggak apa-apa,” jawab Tania malas. “Harusnya aku menuruti saranmu untuk tidak terlalu rajin!”Hari masih pagi dan Tania sudah bertemu Rafael. Direktur barunya itu bahkan memberikannya perintah yang tidak bisa dibantah. “Eh, ngomong-ngomong … Keisha masuk shift malam, kan?” Tania memikirkan sebuah rencana. “Kira-kira dia mau tukeran sama aku enggak, ya?” Belum-belum, Tania sudah ingin melarikan diri. Ia sungguh tak ingin melihat wajah Rafael lagi. “Kayaknya iya. Kenapa mau tukeran? Kamu sakit?” Lia bertanya khawatir. “Bilang aja ke Bu Rachel, pasti dikasih.”Tania mundur perlahan. Ia ingat jika Rafael juga dekat dengan Rachel. Rasanya itu bukan ide yang bagus. “Enggak jadi,” sela Tania cepat. Tangannya menunjuk ke pintu keluar. “Aku mau ke toilet dulu, ya.”Lebih baik melarikan diri sementara. Tania tak ingin ditanya lagi. Di toilet, Tania merapikan make up. Ia mencoba memasang senyum di wajah meski sedang sa

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 12

    “Ini manis,” ucap Tania seraya mengangkat tinggi gelas yang kini sudah kosong. Rafael memicing. Tania menghabiskan isi gelas itu dalam sekali teguk. “Aku harus coba yang lain juga.”Tak butuh waktu lama sampai Tania mencapai batasnya. Rafael jadi harus beranjak dari kursi, menghampiri Tania yang sekarang sudah menutup mata karena terlalu mabuk. “Kenapa kamu tidak belajar dari kesalahan yang lalu?” Rafael mengambil tempat duduk di sebelah Tania. Ia membiarkan Tania bergerak dan bersandar di sisinya. Tidak beda seperti saat mereka bertemu di bar malam itu. “Mau tidur?” Tanya Rafael lembut. Tangannya menyusuri rambut panjang Tania, membelainya pelan. Saat itu, Tania tidak menyahut, hanya menggumam dengan kata-kata yang tidak jelas. Kedua mata Tania tertutup, tapi kesadarannya belum pergi sepenuhnya. “Mau,” sahut Tania. “Aku mau tidur sama Pak Rafael sejuta kali.”Rafael mengusap wajahnya kasar. Kenapa Tania bisa memberikan jawaban seperti itu?“Kenapa?” Rafael berbisik pelan. “Ke

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 11

    “Bapak mencari saya?” Tanya Tania saat ia masuk ke dalam ruang direktur. Entah kenapa Tania jadi sering sekali masuk ke ruangan ini. “Duduk,” ucap Rafael tanpa melihat wajah Tania.Rafael masih sibuk di kursi kebesarannya. Kedua netranya fokus pada dokumen yang ada di tangan. Jarinya sesekali menekan tombol keyboard laptop yang ada di atas meja direktur.Tania melirik ke kanan kiri. Rafael menyuruhnya duduk, dan tempat duduk terdekat adalah sofa di depan Tania. “Baik, Pak,” jawab Tania dengan suara pelan. Tania tak ingin mengganggu. Ia sendiri heran kenapa Rafael memintanya menghadap jika pria itu sendiri sedang sibuk. Entah waktu berjalan berapa lama, tapi Rafael hanya mendiamkannya di sana. Membuat Tania merasa tercekik dalam keheningan. Apa harusnya ia pura-pura pingsan saja agar bisa keluar cepat dari ruangan ini?“Maaf, Pak Direktur,” ucap Tania pada akhirnya. Ia tidak bisa bersabar lagi.

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 10

    “Satu ….” Tania berbisik pelan. “Satu juta kali!” Teriaknya keras kemudian.“Lebih baik aku tidur sejuta kali dengannya daripada denganmu!”Tania mendorong Gilang kasar, membuat pria itu sempat terhuyung sesaat. “Sudah kuduga,” cibir Gilang, sinis. “Kamu tidak mungkin sepolos itu.”Tuduhan Gilang jadi semakin menggila. Pria itu menggunakan imajinasinya yang berlebihan.“Kamu berpura-pura suci di depanku. Padahal kamu sering tidur dengan lelaki lain. Nyatanya kamu perempuan murahan.”“Harusnya aku mengajakmu tidur bersama sejak–Plak!Tangan Tania terangkat. Ia tidak bisa menahan diri. Gilang sudah sangat sangat keterlaluan. Sudut mata Tania terasa panas. Dadanya nyeri dengan rasa sakit yang menusuk. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalin hubungan. Bahkan, Tania mencintai Gilang setulus hatinya. Bisa-bisanya ….“Apa-apaan?!” Gilang menangkap tangan Tania yang sebelum in

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 9

    “Kenapa?”Lia mendapati Tania cemberut saat kembali ke ruang staff. “Enggak apa-apa,” jawab Tania malas. “Harusnya aku menuruti saranmu untuk tidak terlalu rajin!”Hari masih pagi dan Tania sudah bertemu Rafael. Direktur barunya itu bahkan memberikannya perintah yang tidak bisa dibantah. “Eh, ngomong-ngomong … Keisha masuk shift malam, kan?” Tania memikirkan sebuah rencana. “Kira-kira dia mau tukeran sama aku enggak, ya?” Belum-belum, Tania sudah ingin melarikan diri. Ia sungguh tak ingin melihat wajah Rafael lagi. “Kayaknya iya. Kenapa mau tukeran? Kamu sakit?” Lia bertanya khawatir. “Bilang aja ke Bu Rachel, pasti dikasih.”Tania mundur perlahan. Ia ingat jika Rafael juga dekat dengan Rachel. Rasanya itu bukan ide yang bagus. “Enggak jadi,” sela Tania cepat. Tangannya menunjuk ke pintu keluar. “Aku mau ke toilet dulu, ya.”Lebih baik melarikan diri sementara. Tania tak ingin ditanya lagi. Di toilet, Tania merapikan make up. Ia mencoba memasang senyum di wajah meski sedang sa

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 8

    “Siapa pacar barumu?”Tania menghela napas kasar. Sudah sejak semalam ia ditanya oleh kedua orang tuanya.“Jangan berbohong, Tania.” Anggi terus mendesak, membuat Tania jengah sendiri. “Ibu enggak akan percaya sampai kamu bawa pacar barumu itu ke rumah kita!” Daripada terus berdebat, Tania memilih untuk melarikan diri. Kebetulan dia dapat shift pagi hari ini. “Aku sudah terlambat, Bu. Nanti saja kita bicara lagi.”Tania berpamitan tanpa menunggu jawaban. Ia buru-buru mengambil tasnya dan keluar rumah.Namun, meskipun sudah berhasil menghindari interogasi orang tuanya, pikirannya tetap dipenuhi masalah yang sama.‘Kenapa aku malah bilang sudah punya pacar?’Tania memukul keningnya sendiri saat berjalan menuju halte. Ia tidak berpikir panjang semalam. Sekarang, ucapannya malah berbalik menyerangnya.“Pacar baru?” gumamnya seraya berdecak frustrasi. “Aku bahkan belum bisa lepas dari bayangan Gilang.”Bus akhirnya tiba halte. Perjalanan menuju hotel terasa panjang. Meski begitu, Tania

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 7. Kebohongan di atas Kebohongan

    Botak Penjilat: Tania, cepat balas pesanku! “Hahaha!” Tania menghapus sudut matanya yang berair karena tertawa. “Nama yang aku berikan cocok sekali.” Ia berhenti setelah puas. Tatapannya kembali tertuju pada layar ponsel. “Apa maksudnya coba mengirim pesan seperti ini?” Dahinya sampai berkerut tujuh lipatan saat membaca isi pesan dari Gilang sekali lagi. ‘Kenapa tiba-tiba Gilang menanyakan tentang Rafael?’ “Padahal sebelum ini kamu berselingkuh, tapi tidak berniat menjelaskan sama sekali. Maumu apa?!” Jari Tania bergerak mengetikkan pesan balasan. Ia terdiam sesaat kemudian. “Kenapa aku harus membalas pesan darinya?” Tania merutuk penuh kemarahan. Untuk apa? Tania merasa tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan Gilang. Ia mematikan kembali layar ponselnya, lalu menyimpan benda pipih itu di dalam tas. ‘Aku tak mau lagi berhubungan dengan Gilang!’ Taksi yang mengantar Tania berhenti perlahan. Rupanya ia sudah sampai di tujuan. “Terima kasih, Pak,” ucap Tania s

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 6. Hadiah yang Mengusik

    “Kenapa Tania?” Rachel menegur Tania yang sejak tadi menunduk di bawah meja. “Kamu lihat apa?” Rachel ikut menyusul menunduk. Sang manajer yang memang duduk di samping Tania menggantikan Rafael, jadi penasaran. “Tidak ada apa-apa, Bu Rachel,” sahut Tania cepat. Ia memasukkan kembali kotak hadiah ke dalam paper bag dan duduk tegak di kursinya. “Kita sudah siap memesan makanan. Kamu mau pesan apa?” Tanya Rachel. Saat itu, Tania tidak bisa berpikir banyak. Ia hanya meraih buku menu, dan memesan apa pun yang dilihatnya pertama kali. Pikiran Tania penuh dengan dugaan kotak hadiah yang baru saja ia lihat. Kotak hadiah itu, ia mengingatnya. Itu adalah kotak yang sama dengan kotak yang ia lihat di atas meja sang direktur. Kotak hadiah berwarna hitam dengan pita emas. Bahkan ukurannya pun sama persis. Tania sangat yakin. ‘Tapi kenapa Bu Rachel yang memberikannya?’ Tania hanya bisa bertanya dalam hati. ‘Apakah hadiah itu titipan? Atau kebetulan saja kotaknya sama?’ Tak mau ter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 5. Direktur di Meja Makan

    “Tidak masalah kalau aku dipecat.” Tania tidak peduli. Tujuan awalnya bekerja di Grand Velora adalah untuk mendapatkan uang yang akan dipakai sebagai biaya pernikahan. Sekarang, Tania sudah tidak ingin menikah. Siapa juga yang mau menikah dengan seorang lelaki hidung belang? Pastinya bukan Tania! “Tania!” Tania baru saja berdiri, tangannya mengepal, niatnya sudah bulat untuk mendatangi Romi dan mengungkap segalanya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang begitu ia kenal. “Maaf, saya datang terlambat!” Rachel melambaikan tangan dari pintu restoran, tersenyum lebar sambil berjalan mendekat. Bersamanya, ada seorang pria yang membuat napas Tania tercekat—Rafael. Direktur baru Grand Velora–juga pria yang semalam tidur dengannya. “Kenapa … dia ada di sini?” Sekelebat ingatan menghantam pikirannya. Sentuhan panas, desahan samar, dan tatapan tajam Rafael di atas ranjang. Bahkan tadi pagi Rafael sudah memanggilnya secara pribadi ke ruang direktur. Kenapa sekarang pr

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 4. Ketika Kebenaran Menyakiti

    “Ayo kita duduk di sana!” Restoran itu ramai. Aroma pasta yang baru matang bercampur dengan wangi keju dan saus krim menguar di udara. Tania duduk di sudut ruangan bersama Lia, Keisha, dan beberapa rekan kerja lainnya. Rachel, manajer mereka akan menyusul karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. “Sekarang bisa katakan padaku apa yang kalian maksud dengan tukang selingkuh?” Tania begitu penasaran. Sejak siang tadi, ia ingin bertanya. Namun, Rachel memotong pembicaraan mereka. “Kita belum pesen!” Lia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia menyenggol Keisha, meminta bantuan. “Bener!” Keisha mengangguk. Kedua teman Tania sekarang sibuk melihat buku menu. Mereka membiarkan Tania menghela dan terpaksa menuruti kemauan mereka. “Selamat!” Seruan keras membuat Tania menoleh. Di sudut restoran yang lain, dia melihat kerumunan yang tidak asing. Gilang sedang tertawa bersama sekelompok orang. Senyumnya lebar, ekspresinya penuh kebanggaan. “Ck! Kenapa dia di sini

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status