Beranda / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 1. Skandal di Kamar Presidential Suite

Share

Malam Penuh Gairah Bersamamu
Malam Penuh Gairah Bersamamu
Penulis: Dewiluna

Bab 1. Skandal di Kamar Presidential Suite

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 13:45:09

"Gilang?!"

Netra Tania menyipit, memastikan sosok yang menggendongnya adalah kekasih yang kepergok berselingkuh.

Hatinya mencelos. Dadanya sesak oleh kemarahan yang belum sempat dia lampiaskan. Air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya jatuh membasahi pipinya.

"Kamu brengsek!" Suaranya bergetar, tangannya menghantam dada bidang itu berkali-kali. "Bisa-bisanya kamu selingkuh dariku!”

Langkah pria itu terhenti, tapi dia tidak menjauh. Pria itu membiarkan Tania meluapkan amarahnya.

"Kenapa?!" Tania meraung.

Tinjunya melayang, menghantam dada pria tersebut. Penuh dengan amarah.

Tania masih bisa melihatnya dengan jelas—bayangan Gilang di hadapannya beberapa jam lalu. Kekasihnya, bersama seorang wanita, terjerat dalam pelukan penuh gairah di atas ranjang.

Bercak merah yang tersebar di kulit wanita itu menjadi saksi bisu atas pengkhianatan yang tak perlu dijelaskan. Tania ingin bertanya. Ingin berteriak. Ingin mengingkari kenyataan.

“Jahat ….”

Air mata membanjir di pipi Tania. Dia tidak bisa mengendalikannya lagi. Dia biarkan saja riasannya luntur, rambutnya tak karuan, dan bajunya berantakan. Tania tak peduli.

"Kamu jahat!" Tinju berikutnya mendarat di bahu pria itu, disusul pukulan lain yang semakin lemah. "Kamu nggak boleh melakukan ini padaku!"

Pria itu hanya diam, membiarkan Tania melampiaskan emosinya.

"Enggak boleh! Cuma aku saja yang boleh menciummu!" Tania menarik pria itu mendekat.

Tania menabrakkan bibirnya kasar. Napas pria itu mengalir lembut di wajahnya. Ada kehangatan yang aneh, tidak seperti yang dia bayangkan.

Perlahan, tubuh Tania terasa melayang. Sebelum seprai sutera menyapa punggungnya lembut. Badan besar itu menindihnya sempurna.

“Mmh …."

Tania mencoba mengatur napas yang semakin memburu. Jemari kokoh itu menyusuri tubuhnya perlahan, meninggalkan jejak panas yang merayapi kulitnya.

"Tatap aku," bisik pria itu di dekat telinga Tania. Suaranya berat, menggema seperti membius.

"Lihat siapa aku baik-baik."

Tania mendongak. Mata mereka bertemu—sorotannya dalam dan menusuk, seperti pusaran gelap yang siap menelannya.

Setengah kesadaran Tania membuatnya menelan bingung. ‘Dia … bicara apa?’ Tak banyak yang bisa masuk ke dalam otaknya.

"Aku bukan pacarmu," suara pria itu terdengar kembali–lembut, tetapi tegas dan penuh penekanan. “Aku lebih dari dia.”

Udara di sekitar mereka terasa semakin panas. Dekapan itu semakin erat, menyisakan ruang yang nyaris tak ada. Tania menutup mata, membiarkan dirinya hanyut, tenggelam dalam lautan perasaan yang meluap-luap.

Pria itu kembali berbisik. "Setelah ini, aku tak akan melepaskanmu.”

Cahaya rembulan yang menembus jendela kamar Presidential Suite menjadi saksi bisu runtuhnya harga diri Tania. Pintu megah itu tertutup, menyembunyikan jejak dari skandal yang baru saja terjadi, meninggalkan hanya keheningan yang tebal dan tak terungkapkan.

Malam perlahan merayap menuju akhir, langit gelap mulai memudar, digantikan semburat keemasan di cakrawala.

"Ugh!"

Tania meringis memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Silau dari sinar matahari yang menyelinap melalui celah jendela mengganggu tidurnya. Perlahan, matanya terbuka dan dia sadar langit-langit tinggi bercorak mewah itu bukanlah kamarnya.

Spontan Tania terduduk. Matanya melihat sekeliling dan dalam hati dia merutuk, 'Sial! Di mana aku?! Apa yang terjadi?!"

Belum surut paniknya, Tania melihat baju yang seharusnya melekat di tubuh, tergeletak di lantai.

Tania membuka selimut dan memekik tanpa suara. 'Astaga!'

Jantung Tania berdegup kencang saat matanya turun ke tubuhnya sendiri. Tubuhnya sepolos bayi yang baru lahir.

Tania tercekat. Ingatan semalam menghantam kepalanya. Bar. Minuman. Kemarahan. Lalu … pria itu.

Pria itu bukan Gilang.

“Mati aku!”

Kilasan samar wajah pria semalam muncul di kepalanya—rahang tegas, sepasang mata gelap yang tajam, dan ekspresi datar yang sulit dibaca.

Di saat bersamaan, suara air shower tiba-tiba terdengar dari toilet. 'Ha?! Gila! Dia masih di sini?!'

"Apa yang sudah aku lakukan?!"

Darahnya berdesir, kepalanya semakin pusing. Dia harus pergi. Segera.

Sedikit berlari, Tania meraih gagang pintu cepat. Tanpa menoleh ke belakang, dia melangkah keluar.

Lorong hotel terasa panjang dan sunyi saat dia berjalan, seolah setiap langkahnya bergema di dinding.

Tania tak ingin membuang waktu. Dia mencari jalan keluar. Papan petunjuk lift tertangkap dalam penglihatannya.

Langkah Tania semakin cepat. Semakin dia melihat sekeliling, semakin hatinya dilingkupi kegelisahan.

"Kenapa tempat ini terasa tidak asing?"

Tania meremas lengannya sendiri, mencoba meredam rasa tidak nyaman yang terus menggerogoti. Karpet beludru maroon, motif dinding, pencahayaan temaram—semuanya terasa seperti ….

"Grand Velora?! Nggak mungkin!"

Ding!

Suara lift terbuka di depannya tepat saat dia menghentikan langkah di depannya. Dan di sanalah seseorang berdiri.

Sepasang mata menatapnya penuh keheranan. "Loh, Tania?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
seperti nya Tania semakin terjerat penggemar yg posesif , makin seru ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 2. Pria Semalam

    "Li-Lia?!” Jantung Tania seolah berhenti berdetak. Seorang wanita berseragam hitam dengan rambut disanggul, berdiri tepat di hadapannya. Lia, rekan kerja Tania, tengah mendorong kereta makanan. Matanya menyipit penuh selidik. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya. Tania merasa napasnya tercekat. Kepalanya masih berdenyut dari efek mabuk semalam. Dia kesulitan memikirkan alasan apa yang harus dia berikan. Sementara pakaiannya masih sama seperti kemarin. "Aku ….” Lia menepuk tangannya sendiri. “Oh, iya! Kita kan diminta kumpul jam sepuluh.” Otak Tania yang panik bahkan tidak bisa memproses apa yang sedang dibicarakan Lia, tapi dia membenarkan saja ucapan temannya itu. “Iya, aku datang terlalu pagi. Makanya aku jalan-jalan sebentar, tapi–tapi aku meninggalkan ponselku di rumah. Aku mau mengambilnya dulu.” Tania memaksa masuk ke dalam lift. Dia mendorong kereta makanan yang dibawa Lia, membuat temannya itu keluar dan menyisakan lift hanya untuknya. “Aku duluan, ya!” Tania berpamit

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 3. Direktur Baru Grand Velora

    "Mencoba merayu lagi?" Senyumnya mencibir, sambil menggoyangkan buket bunga. Kehadiran pria di hadapannya itu membuat Tania membeku. Netranya membulat penuh, tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. "Saya–" "Lupa dengan saya?" Ejeknya. "Semalam kamu menggunakan saya sebagai sasaran hasr–" Netra Tania semakin lebar, tahu apa yang akan dikatakan pria itu. Untungnya, tepukan tangan orang-orang yang hadir di aula menghentikan kalimat itu. "Well, thanks bunganya, Tania." Tania tersentak. Kepalanya berdenyut. Tubuhnya menegang, lalu tanpa pikir panjang, dia berbalik dan pergi secepat mungkin. 'Tidak!' Tania mengerang dalam hati. 'Bagaimana bisa pria itu di sini?! Aku harus pergi!' Dia memutuskan untuk berbelok, menuju toilet. Tangannya sudah gemetar saat meraih pinggir wastafel. Berusaha menahan tubuh yang hampir tumbang. 'Ini enggak masuk akal! Direktur itu ….' Tania bahkan tak berani mengakuinya. Bahwa yang baru saja diumumkan menjabat sebagai direktur operasional adal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 4. Ketika Kebenaran Menyakiti

    “Ayo kita duduk di sana!” Restoran itu ramai. Aroma pasta yang baru matang bercampur dengan wangi keju dan saus krim menguar di udara. Tania duduk di sudut ruangan bersama Lia, Keisha, dan beberapa rekan kerja lainnya. Rachel, manajer mereka akan menyusul karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. “Sekarang bisa katakan padaku apa yang kalian maksud dengan tukang selingkuh?” Tania begitu penasaran. Sejak siang tadi, ia ingin bertanya. Namun, Rachel memotong pembicaraan mereka. “Kita belum pesen!” Lia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia menyenggol Keisha, meminta bantuan. “Bener!” Keisha mengangguk. Kedua teman Tania sekarang sibuk melihat buku menu. Mereka membiarkan Tania menghela dan terpaksa menuruti kemauan mereka. “Selamat!” Seruan keras membuat Tania menoleh. Di sudut restoran yang lain, dia melihat kerumunan yang tidak asing. Gilang sedang tertawa bersama sekelompok orang. Senyumnya lebar, ekspresinya penuh kebanggaan. “Ck! Kenapa dia di sini

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 5. Direktur di Meja Makan

    “Tidak masalah kalau aku dipecat.” Tania tidak peduli. Tujuan awalnya bekerja di Grand Velora adalah untuk mendapatkan uang yang akan dipakai sebagai biaya pernikahan. Sekarang, Tania sudah tidak ingin menikah. Siapa juga yang mau menikah dengan seorang lelaki hidung belang? Pastinya bukan Tania! “Tania!” Tania baru saja berdiri, tangannya mengepal, niatnya sudah bulat untuk mendatangi Romi dan mengungkap segalanya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang begitu ia kenal. “Maaf, saya datang terlambat!” Rachel melambaikan tangan dari pintu restoran, tersenyum lebar sambil berjalan mendekat. Bersamanya, ada seorang pria yang membuat napas Tania tercekat—Rafael. Direktur baru Grand Velora–juga pria yang semalam tidur dengannya. “Kenapa … dia ada di sini?” Sekelebat ingatan menghantam pikirannya. Sentuhan panas, desahan samar, dan tatapan tajam Rafael di atas ranjang. Bahkan tadi pagi Rafael sudah memanggilnya secara pribadi ke ruang direktur. Kenapa sekarang pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 6. Hadiah yang Mengusik

    “Kenapa Tania?” Rachel menegur Tania yang sejak tadi menunduk di bawah meja. “Kamu lihat apa?” Rachel ikut menyusul menunduk. Sang manajer yang memang duduk di samping Tania menggantikan Rafael, jadi penasaran. “Tidak ada apa-apa, Bu Rachel,” sahut Tania cepat. Ia memasukkan kembali kotak hadiah ke dalam paper bag dan duduk tegak di kursinya. “Kita sudah siap memesan makanan. Kamu mau pesan apa?” Tanya Rachel. Saat itu, Tania tidak bisa berpikir banyak. Ia hanya meraih buku menu, dan memesan apa pun yang dilihatnya pertama kali. Pikiran Tania penuh dengan dugaan kotak hadiah yang baru saja ia lihat. Kotak hadiah itu, ia mengingatnya. Itu adalah kotak yang sama dengan kotak yang ia lihat di atas meja sang direktur. Kotak hadiah berwarna hitam dengan pita emas. Bahkan ukurannya pun sama persis. Tania sangat yakin. ‘Tapi kenapa Bu Rachel yang memberikannya?’ Tania hanya bisa bertanya dalam hati. ‘Apakah hadiah itu titipan? Atau kebetulan saja kotaknya sama?’ Tak mau ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 7. Kebohongan di atas Kebohongan

    Botak Penjilat: Tania, cepat balas pesanku! “Hahaha!” Tania menghapus sudut matanya yang berair karena tertawa. “Nama yang aku berikan cocok sekali.” Ia berhenti setelah puas. Tatapannya kembali tertuju pada layar ponsel. “Apa maksudnya coba mengirim pesan seperti ini?” Dahinya sampai berkerut tujuh lipatan saat membaca isi pesan dari Gilang sekali lagi. ‘Kenapa tiba-tiba Gilang menanyakan tentang Rafael?’ “Padahal sebelum ini kamu berselingkuh, tapi tidak berniat menjelaskan sama sekali. Maumu apa?!” Jari Tania bergerak mengetikkan pesan balasan. Ia terdiam sesaat kemudian. “Kenapa aku harus membalas pesan darinya?” Tania merutuk penuh kemarahan. Untuk apa? Tania merasa tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan Gilang. Ia mematikan kembali layar ponselnya, lalu menyimpan benda pipih itu di dalam tas. ‘Aku tak mau lagi berhubungan dengan Gilang!’ Taksi yang mengantar Tania berhenti perlahan. Rupanya ia sudah sampai di tujuan. “Terima kasih, Pak,” ucap Tania s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 8

    “Siapa pacar barumu?”Tania menghela napas kasar. Sudah sejak semalam ia ditanya oleh kedua orang tuanya.“Jangan berbohong, Tania.” Anggi terus mendesak, membuat Tania jengah sendiri. “Ibu enggak akan percaya sampai kamu bawa pacar barumu itu ke rumah kita!” Daripada terus berdebat, Tania memilih untuk melarikan diri. Kebetulan dia dapat shift pagi hari ini. “Aku sudah terlambat, Bu. Nanti saja kita bicara lagi.”Tania berpamitan tanpa menunggu jawaban. Ia buru-buru mengambil tasnya dan keluar rumah.Namun, meskipun sudah berhasil menghindari interogasi orang tuanya, pikirannya tetap dipenuhi masalah yang sama.‘Kenapa aku malah bilang sudah punya pacar?’Tania memukul keningnya sendiri saat berjalan menuju halte. Ia tidak berpikir panjang semalam. Sekarang, ucapannya malah berbalik menyerangnya.“Pacar baru?” gumamnya seraya berdecak frustrasi. “Aku bahkan belum bisa lepas dari bayangan Gilang.”Bus akhirnya tiba halte. Perjalanan menuju hotel terasa panjang. Meski begitu, Tania

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 9

    “Kenapa?”Lia mendapati Tania cemberut saat kembali ke ruang staff. “Enggak apa-apa,” jawab Tania malas. “Harusnya aku menuruti saranmu untuk tidak terlalu rajin!”Hari masih pagi dan Tania sudah bertemu Rafael. Direktur barunya itu bahkan memberikannya perintah yang tidak bisa dibantah. “Eh, ngomong-ngomong … Keisha masuk shift malam, kan?” Tania memikirkan sebuah rencana. “Kira-kira dia mau tukeran sama aku enggak, ya?” Belum-belum, Tania sudah ingin melarikan diri. Ia sungguh tak ingin melihat wajah Rafael lagi. “Kayaknya iya. Kenapa mau tukeran? Kamu sakit?” Lia bertanya khawatir. “Bilang aja ke Bu Rachel, pasti dikasih.”Tania mundur perlahan. Ia ingat jika Rafael juga dekat dengan Rachel. Rasanya itu bukan ide yang bagus. “Enggak jadi,” sela Tania cepat. Tangannya menunjuk ke pintu keluar. “Aku mau ke toilet dulu, ya.”Lebih baik melarikan diri sementara. Tania tak ingin ditanya lagi. Di toilet, Tania merapikan make up. Ia mencoba memasang senyum di wajah meski sedang sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 36

    “Terima kasih, Pak,” ucap Tasya dan Fera bersamaan.Saat itu Tania merasa tersinggung. Kenapa yang diberi ucapan terima kasih adalah Gilang? Padahal jelas itu adalah hadiah untuknya.“Terima kasih sudah bantu bukakan, Pak!” Tania mengambil alih kotak hadiahnya dari tangan Gilang. “Saya mau simpan ini dulu,” ucap Tania sambil lalu. Ia melangkah cepat ke ruang staf, menyimpan hadiahnya di dalam loker miliknya. Tania kembali ke belakang meja resepsionis tanpa mengucapkan apa pun. Ia mengabaikan Gilang yang terus saja mengatakan tentang indahnya berbagi dengan rekan kerja. Selama beberapa jam Tania bertahan, sampai akhirnya Gilang pergi. Sekarang, Tania tinggal menghadapi dua orang.“Kita istirahat duluan!” Seru Fera, sambil berlalu dengan Tasya di sisinya. Tania hanya menghela saat melihat kedua rekan kerjanya berlalu. Ia mengambil kesempatan itu untuk beristirahat sebentar. Inginnya pulang, tapi Tania masih harus bekerja empat jam lagi.“Kamu sendirian?” Rafael berdiri di depan Ta

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 35

    “Kak!” “Apaan, sih?!” Tania membentak kesal. Tyo, adiknya, datang mengganggu. “Kakak di sini ngapain?” Tanya Tyo, masih dalam seragamnya. Tania cemberut. Pagi tadi, karena terlalu suntuk, Tania jadi ikut ayah dan ibunya di kedai. Siang dan malam ia sudah mencoba mengingat kejadian di malam panasnya bersama Rafael. Namun, sampai Tania botak, ia tidak mengingat jika dirinya pernah mengambil foto. Entah siapa yang mengambil foto jahanam itu. “Mata kamu ke mana?” Balas Tania sewot. “Lagi bantuin ayah sama ibu, lah!” Ia kebagian tugas membuat sambal. Tania mengangkat cabai yang sedang ia siangi di tangannya. “Mata Kakak yang ke mana!” Tyo menunjuk tempat sampah yang ada di kaki Tania. “Itu cabenya Kakak buang, batangnya malah disimpen!”Tyo mengangkat tempat sampah yang ada di lantai. Ia sengaja menempelkan tempat sampah itu di depan wajah Tania.“Liat, Kak!” Tyo berseru sambil melotot, sengaja meledek Tania. “Liat pakai mata!”Tania yang kesal, memberikan jurus andalannya pada Ty

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 34

    Rafael menggaruk telinganya yang tidak gatal. “Apa saya salah mendengar?” Ia bertanya, sinis. “Apa yang bisa saya dapatkan dari seorang pegawai seperti kamu, Tania?” Rafael menatap tajam ke arah Tania. Satu jarinya terangkat kemudian. Ia menatap Tania lekat-lekat. “Sebutkan satu saja … hal yang kamu miliki, tapi saya tidak.”Tania terdiam. Mau dipikir sampai jungkir balik juga memang tidak ada. Tentu saja Rafael memiliki semua hal yang Tania punya. “Tapi itu mencurigakan, Pak.” Tania masih penasaran. “Kalau bukan Pak Direktur, lalu siapa?”“Pikirkan di tempat lain.” Rafael menunjuk ke arah pintu, meminta Tania keluar. “Saya banyak pekerjaan.”Tania masih tidak bergerak. Ia merasa Rafael yang mengambil foto itu. Pasti Rafael!“Pak! Saya yakin–”Rafael menyela. “Saya yakin sejak awal kamu tau siapa yang harusnya bertanggung jawab.”Ia menggeleng pelan. “Dan itu bukan saya.”Sekali lagi Rafael mengingatkan Tania tentang apa yang terjadi di malam panas mereka.“Kamu yang menghampiri s

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 33

    “Pak Direktur sudah menunggu di dalam.” Sekretaris membukakan pintu untuk Tania. Ia segera menutupnya kembali setelah Tania masuk.Tania melangkah meski menyimpan rasa takut di hatinya. Di depan sana, Rafael sudah menunggu di kursi kebesarannya, seperti biasa.‘Apa aku akan dipecat? Diminta membayar ganti rugi? Dituntut atas pencemaran nama baik?’Semua pikiran itu melintas dalam benak Tania, dan permintaan maaf adalah hal yang pertama akan ia lakukan.“Maaf, Pak Direktur,” ucap Tania setelah kedua kakinya berhenti di depan meja Rafael. Ia menunduk dalam. “Saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tau siapa yang menyebarkan–”Rafael mengangkat tangan. Ia tidak berniat membiarkan Tania bicara lebih banyak. Tania tertegun saat Rafael melemparkan sebuah dokumen padanya. “Apa … ini, Pak?” Tania ragu-ragu mengulurkan tangan. Namun, ia yakin jika dokumen yang Rafael berikan adalah untuknya. Tania meraih dokumen tersebut. Dia membalikkan kertas putih itu perlahan, lalu membaca isinya. K

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 32

    “Hei!” Tania tersentak saat rekan kerja barunya membentak memanggil.“Kamu udah masukin data tamu yang check in hari ini?” Tasya bertanya sinis. Tania tidak ambil pusing dengan sikap Tasya yang menyebalkan. Ia sedang suntuk memikirkan apa yang terjadi kemarin.Setelah Rafael masuk ke dalam ruangan staf, pria itu tidak mengucapkan apa pun. Rafael hanya membanting pintu lalu pergi. Namun, diamnya Rafael malah membuat Tania semakin takut. Padahal wajah Rafael terlihat sangat kesal kemarin. “Kenapa malah melamun?!” Tasya menyenggol Tania keras, membuat Tania hampir terjatuh. “Kamu bisa kerja yang bener, enggak sih?!” Tania menghela pelan. Ia mencoba sabar. Diladeninya ucapan Tasya yang menusuk itu. “Sudah,” jawab Tania. “Aku sudah masukkan semua datanya di sini.”Tangan Tania menggerakkan kursor di komputer. Ia melotot saat mendapati data yang sudah ia masukkan malah menghilang.“Loh?” Tania memandang bingung. Ia yakin sudah mengerjakannya tadi.Tania bukan tipe orang yang berantak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 31

    “Bukankah kalian harusnya bekerja?” Rafael bertanya dengan nada suara dingin menusuk. Saat itu juga, Tania langsung mengambil langkah mundur, menjauh dari Gilang. “Maaf, Pak Direktur.” Tania menunduk sopan. Ia langsung mengambil langkah mundur, meninggalkan Gilang dan Rafael. Gilang menatap penuh selidik. Ia tak bisa menutup kecurigaannya pada Rafael. Sudah sejak lama Gilang merasakannya, dan ia yakin Tania memiliki hubungan dengan direktur baru itu! “Kamu kenapa masih di sini?” Rafael menunjuk tidak senang. “Manajer Front Office meninggalkan tempat kerjanya berjam-jam. Entah, saya bisa mentolerir hal ini atau tidak.” Ucapan Rafael langsung membuat Gilang membungkuk 90 derajat. Ia memohon maaf dengan sangat lantang. “Maafkan saya, Pak. Saya hanya mengkhawatirkan keadaan staf saya!” Gilang terus saja membuat alasan. “Saya ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Sebagai manajer, saya–” “Pergi,” sela Rafael, singkat. “Kembali ke tempatmu!” Bentakan Rafael membuat Gilan

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab. 30

    “Sebentar lagi, Pak,” jawab Romi. Romi berusaha menutupi keterkejutannya untuk kesekian kali. Rafael terus saja datang secara tiba-tiba jika ada hal yang berkaitan dengan Tania. Kemarin, direktur itu menatapnya penuh permusuhan. Romi terus bertanya-tanya, tentang dosa apa yang kiranya telah ia lakukan. “Tania akan bersiap-siap sebentar. Set pertama akan dilakukan di lorong lantai VIP, setelah itu di dalam kamar suite, dan terakhir di lobi.”Romi menjelaskan. Ia menemani Rafael, sementara Tania dibimbing oleh sekretaris Romi untuk diberi polesan make up oleh tim. Gilang, saat itu, sibuk mencoba masuk ke dalam percakapan Rafael dan Romi. Sayang sekali, ia tidak berhasil.“Wah, kamu cantik sekali!” Seru Gilang pada Tania. Sepertinya pria itu sudah menyerah berusaha menyusup masuk di antara Romi dan Rafael. Gilang jadi memilih untuk mengganggu Tania. “Harusnya kamu setiap hari seperti ini,” ucap Gilang tanpa malu.Tania menoleh kesal. Ingin rasanya ia menyumpal mulut Gilang dengan t

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 29

    ‘Apakah ini tentang video itu?’ Batin Tania. Percakapan mereka terpotong tadi. Mungkin saja Romi akan mengajaknya bertemu dua mata untuk membicarakan rencana selanjutnya. “Mulai besok kamu bisa bekerja di front office.”“Apa?” Lia berseru tak percaya.Sementara Tania, masih memandang dengan wajah kebingungan. “Saya?” Tania menunjuk dirinya sendiri. “Kenapa?”Tania kira ini masih masalah perselingkuhan, tapi kenapa jadi front office?“Kamu diminta mengambil seragam resepsionis ke HRD,” sambung Rachel. Lia memekik. Ia menatap Tania bangga untuk kesekian kalinya. “Tania, kamu keren banget! Dari anak magang sekarang jadi resepsionis!”Tania malah terdiam. Ia masih memproses semua kenyataan ini. Namun, sorakan Lia dan dukungan Rachel membuat Tania akhirnya melangkah. Di ruang HRD, Tania mendapatkan seragam juga jadwal shift yang baru.“Terima kasih, Bu,” ucap Tania kepada man

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 28

    “Lihat ini, Pak.” Tania tidak menunggu. Ia langsung menyerahkan handphone miliknya pada Romi. Sebuah video berputar, dengan Marcella, istri Romi, dan Gilang sebagai pemeran utamanya. Ekspresi wajah Romi berubah seketika. Tania bisa melihat jika atasannya itu gelisah. “Dari mana kamu mendapatkannya?” Romi bertanya sesaat setelah video selesai. Pria itu menatap Tania dengan wajah penuh selidik.“Saya yang merekamnya sendiri, Pak,” jawab Tania.“Saya sengaja melakukannya, karena Gilang adalah pacar saya. Dulu.”Tania menghela sesaat. Ia balas menatap Romi tanpa menunjukkan keraguan sedikit pun. “Saya juga dikhianati seperti Bapak,” sambung Tania. Ia terdiam, menunggu tanggapan lain dari Romi.“Kamu sudah menunjukkan rekaman itu pada siapa saja? Selain pada saya?”Tania menggeleng pelan. “Saya belum menunjukkannya pada siapa-siapa,” jawab Tania jujur. Romi mengangguk mengerti. Ia mengembalikan handphone milik Tania. “Kalau begitu, jangan katakan pada siapa pun.”Tania langsung me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status