Home / Fantasi / Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin / Micheal Berhadapan Dengan Stone

Share

Micheal Berhadapan Dengan Stone

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-03-23 17:20:45

Setelah setengah jam berlalu, Ronald meninggalkan ruangan konferensi dengan langkah tegap, diiringi oleh pengawalnya. Sejak awal hadir dalam acara tersebut, ia merasa risih dan menahan emosi akibat berbagai pertanyaan yang menghujam hatinya. Mata Ronald memerah, menahan amarah yang menggebu. Raut wajahnya mencerminkan kekesalan dan rasa malu yang mendalam karena berita yang menimpa anak bungsunya, Hendy. Langkahnya semakin cepat, hendak segera mengakhiri segala permasalahan yang mendera keluarganya. Begitu sampai di ruangan kantornya, Ronald menutup pintu dengan keras, diikuti oleh Stone yang setia menemaninya.

Napas Ronald terengah-engah, mencoba menenangkan diri sejenak sebelum memberikan perintah penting. "Perintahkan mereka segera bebaskan Hendy, dan hentikan semua berita yang menyudutkannya!" ucap Ronald dengan nada tinggi, penuh emosi.

"Pak, masalahnya adalah..." Stone mencoba menjelaskan, namun suaranya terpotong oleh tatapan tajam Ronald yang menuntut kepastian dan penyelesa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertengkaran Charlie dan Ronald

    Stone menatap sang Jenderal sambil berkata," Jenderal, untuk apa melawan beliau? Tidak ada keuntungannya sama sekali. Beliau adalah ayah dari Jenderal dan tuan muda Hendy.""Ini adalah urusan keluargaku, sebagai orang luar tidak perlu ikut campur. Bawahan selamanya hanya penjaga pintu. Ingin aku membebaskan putra kesayangannya setelah dia menimbulkan keributan di rumahku? Jangan bermimpi!" ucap Charlie.Keesokan harinya.Ronald berjalan dengan langkah tegap memasuki kediaman Jenderal, Begitu melangkah masuk, pandangannya langsung tertuju pada Vivian yang tengah sibuk menyediakan hidangan di ruang makan. Tanpa sadar, emosi Ronald langsung memuncak, dan ia menatap tajam pada wanita itu dengan penuh kebencian. "Wanita sialan, kau adalah penghancur keluargaku, tidak seharusnya kau menginjak kaki di sini. Hanya setumpuk rumput liar. Tapi, malah ingin berkuasa," bentak Ronald dengan suara keras. Emosinya tak terbendung, tangan kanannya menyapu hidangan yang tersaji di atas meja, membuat pi

    Last Updated : 2024-03-23
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Celine Menyelidiki Kehidupan Vivian

    Ronald menatap Charlie dengan tatapan kesal dan amarah yang terpancar jelas dari wajahnya. "Berani sekali kau mengancamku, Jangan lupa siapa yang menaikan pangkatmu saat itu!" ucapnya dengan suara keras dan penuh emosi. Charlie, yang tak kalah emosinya, menatap tajam balik ke arah Ronald. "Aku tentu ingat," jawabnya dengan nada tegas. "Tapi, kamu juga jangan lupa. Siapa yang mati-matian di medan perang hingga banyak jatuhnya korban. Nyawaku dan prajuritku sebagai taruhannya. Sedangkan dirimu hanya menurunkan perintah. Yang berjuang adalah kami. Pangkat Jenderal aku dapatkan dengan usaha dan tumpah darah." Mereka berdua saling beradu pandang, atmosfer di sekitar mereka semakin tegang. Keringat bercucuran di dahi mereka, namun tak ada yang mau mengalah. "Aku bisa naikan pangkatmu dan bisa rebut semua yang aku miliki saat ini," ancam Ronald dengan suara dingin, menunjukkan betapa seriusnya dia dalam menghadapi situasi ini. Charlie tersenyum sinis, seolah tak takut dengan ancaman Rona

    Last Updated : 2024-03-24
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Emily Kembali Ke LA

    Kediaman Jenderal.Charlie duduk di ruang kerjanya yang luas, dan atas meja kerjanya yang besar dan rapi, tergeletak laporan serta foto-foto kecelakaan yang dialami oleh sahabatnya, Hanz. Beberapa foto menampilkan puing-puing kendaraan yang hancur, sementara yang lain menunjukkan Hanz yang terbaring di ranjang ruang autopsi dengan wajah pucat dan penuh lebam. Tiba-tiba, "Drrt!" suara getaran ponsel milik Charlie yang tergeletak di samping komputernya. Charlie menghentikan pandangannya dari foto-foto tersebut dan mengambil ponselnya. Dia melihat nomor yang tak dikenal di layar, dan segera menerima panggilan tersebut. "Hallo!" ucap Charlie, sedikit terkejut dengan panggilan yang datang tiba-tiba. "Charlie, aku sudah tiba di bandara. Apakah kamu bisa datang menjemputku? Aku ingin ke rumah sakit!" suara seorang wanita yang terdengar sedih dan cemas melalui sambungan telepon. "Emily?" tanya Charlie."Iya, Charlie. Apa kamu datang menjemputku?"tanya Emily."Aku sedang sibuk sekarang, A

    Last Updated : 2024-03-24
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Celine Menemui Ryan dan Ruby

    Ronald duduk di ruang kerjanya, wajahnya tampak semakin merah karena emosi yang tak terbendung. Di layar televisi di depannya, berita tentang rekaman Hendy yang melempar barang di ruangan Charlie menjadi headline berita utama. Rekaman itu menampilkan betapa brutal dan tak terkendali Hendy saat itu, mempermalukan keluarga mereka di mata publik. "Kurang ajar sekali! Kenapa dia harus melakukannya tanpa berpikir risikonya? Apakah dia tidak menganggap Hendy adalah adiknya?" ujar Ronald dengan geram, mengepal tinju di atas meja. Rasa marah dan kecewanya terhadap Charlie semakin memuncak, membuat napasnya terasa memburu. Stone, asisten pribadi Ronald, berdiri di sampingnya dengan wajah khawatir. Dia takut melihat Ronald dalam keadaan seperti ini, namun dia merasa perlu untuk berbicara. "Pak, sepertinya Jenderal tidak peduli dengan tuan muda. Apakah dia menaruh dendam karena perbuatan nyonya?" tanya Stone dengan ragu. Mendengar perkataan Stone, Ronald menatap asistennya dengan mata nanar.

    Last Updated : 2024-03-24
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ryan dan Ruby Ketakutan

    Ryan dan Ruby semakin cemas melihat reaksi Celine yang tak biasa. Selain itu mereka juga dikepung oleh kaki tangan wanita pendiri Group Stars. Celine yang menyadari pasangan itu yang ketakutan, dan wajah mereka juga pucat pasi Ia semakin menekan mereka agar mendapatkan jawaban yang dia inginkan."Celine mengeluarkan kalung yang berkilau dari dalam tasnya, menggantungkannya di depan Ryan dan Ruby. Kalung bulan sabit itu seperti memiliki aura yang membuat pasangan itu gemetar ketakutan. "Kalian mengenal kalung ini?" tanya Celine dengan tatapan tajam yang menusuk hati. Ryan dan Ruby saling pandang, keringat dingin mengucur di kening mereka. Mereka menyadari perbuatan yang mereka lakukan telah terungkap."Kenapa kalung ini ada padanya? Bukankah sudah ku buang malam itu," gumam Ryan. "Tidak....Kami tidak tahu kalung apa itu," jawab Ruby dengan suara gugup dan bergetar. "Benarkah tidak tahu? Tapi, kenapa Vivian mengakui kalung ini adalah miliknya?" tanya Celine sengaja memancing pasan

    Last Updated : 2024-03-25
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ancaman Celine

    "Vivian, Apakah selain kamu, Mereka masih memiliki anak yang lain atau kamu pernah melihat mereka membawa pulang anak kecil?" tanya Charlie.Vivian menatap jauh, mencoba menggali kenangan masa lalu yang terpendam dalam benaknya. Dia mengernyitkan dahi, berusaha keras mengingat setiap detail yang sempat terlewatkan. "Saat aku berusia dua belas tahun, aku pernah menyaksikan momen di mana mamaku menangis pilu sambil berbicara dengan papaku. Aku tak sengaja mendengar mereka membahas tentang kehilangan anak kesayangan dan betapa menyesalnya mereka," ungkap Vivian dengan nada sedih."Charlie menatap Vivian dengan ekspresi penuh penasaran, "Anak yang mereka maksudkan itu siapa ? Apakah sebelumnya mamamu pernah mengalami keguguran, atau ada cerita lain yang belum kamu ketahui?" Vivian menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu pasti, Charlie. Apa yang aku dengar saat itu sudah hampir aku lupakan. Mereka tidak suka banyak bicara denganku sehingga aku tidak berani bertanya," jawab Vivian."Andaikan

    Last Updated : 2024-03-25
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Berita Penyakit Charlie Telah Diketahui

    Keringat dingin mulai mengucur di dahi Ryan dan Ruby saat mereka mendengar ancaman Celine yang akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Mereka berdua tak bisa menyembunyikan rasa cemas yang semakin memuncak. "Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini pada kami. Kami sudah membesarkan putrimu. Seharusnya kamu berterima kasih pada kami," teriak Ryan dengan nafas yang tersengal-sengal. Sementara itu, anak buah Celine dengan paksa menarik tangan Ryan ke arah mobil yang telah menunggu. "Alex, layangkan tuntutan pada mereka. Karena telah menculik putriku...," ucap Celine dengan tegas, namun suaranya mendadak terdiam. Sepertinya ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya."Direktur, apakah ada masalah lain?" tanya Alex dengan nada khawatir. Matanya menatap Celine yang terlihat sedang berpikir keras. "Vivian... aku harus memberitahu dia dan Charlie mengenai hal ini," gumam Celine lirih. Ryan dan Ruby terus menatap Celine dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan. Mereka merasa dunia mereka seolah

    Last Updated : 2024-03-25
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Mencari Bukti

    Micheal mengeluh panjang saat menyusuri jalan di sekitar lokasi kecelakaan yang menimpa Hanz. Dia telah berusaha keras mencari bukti dengan menghampiri semua rumah di sana untuk memeriksa kamera CCTV yang mungkin terpasang di sekitar. Namun, upaya tersebut seakan sia-sia karena tak ada satupun kamera yang ditemukan. "Aku sudah mencari setengah hari di sini dan masih belum dapatkan kamera CCTV, apakah benar tidak ada yang pasang? Tidak mungkin juga, sungguh aneh," gumam Micheal yang berdiri seberang jalan dari lokasi kejadian, kebingungan terpancar di wajahnya. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, mengeluarkan suara notifikasi. Micheal segera mengangkatnya saat melihat nama Alexa di layar ponselnya. "Hallo!" sapa Micheal. "Apa kamu sudah melihat berita?" tanya Alexa dengan nada khawatir. Micheal mengernyit, belum sempat melihat berita hari ini karena sibuk mencari bukti. "Belum, kenapa?" tanyanya penasaran. Alexa menghela napas sebelum menjelaskan, "Berita tentang penyakit Charlie ada

    Last Updated : 2024-03-26

Latest chapter

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status