Share

Diceraikan Tanpa Alasan

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 15:56:44

Sore itu, Vivian akhirnya tiba di Rugen Cliffs, salah satu destinasi wisata andalan yang selalu ramai dikunjungi. Suasana di sana begitu meriah, banyak wisatawan yang berdatangan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Terlihat para pengunjung sedang asyik menikmati pemandangan indah yang ditawarkan oleh tebing ini, mulai dari keindahan laut yang membentang luas hingga panorama alam sekitarnya.

Vivian pun tak ingin ketinggalan, ia segera menyatu dengan keramaian pengunjung, berjalan di tepi tebing sembari menatap keindahan laut yang membiru di depannya.

Angin segar yang berhembus semakin menambah kenyamanan suasana. Sementara itu, Andrew yang ikut dengannya, mengikuti langkah Vivian dari belakang, menjaga jarak yang aman.

"Pulau ini sangat indah, aku berharap bisa datang bersamamu, Bryan!" gumam Vivian dalam hati, merindukan suaminya yang sedang berada di Los Angeles. Rasa kangen yang begitu mendalam membuat air mata Vivian hampir jatuh, namun ia menahannya dan terus menikmati
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Fakta Perceraian Yang Mengejutkan

    Andrew menatap sedih pada Vivian yang lesu dan pucat. Mata indah wanita itu masih melihat tanda tangan dan cap jari suaminya. Nama Bryan Anderson terlihat sangat jelas di sana. Kedua tangan Vivian gemetar saat mengenggam berkas itu."Tidak mungkin! Tidak mungkin Bryan menceraikan aku tanpa sebab. Pasti terjadi sesuatu. Aku sangat yakin!" ujar Vivian yang menyeka air matanya.Vivian langsung berdiri memohon pada Andrew," Tolong hubungi Edward dan tanyakan padanya di mana Bryan sekarang!" "Nyonya....""Tolong aku! Hubungi Edward! Bryan bukan seorang suami yang tiba-tiba menceraikan istrinya tanpa sebab. Minta Bryan bicara denganku!" pinta Vivian.Vivian menatap Andrew dengan pandangan yang penuh harap. Andrew mengangguk mengerti, lalu mengeluarkan handphonenya dan menekan nomor tujuan. Beberapa detik kemudian, terdengar suara di seberang sana. "Hallo," suara Edward yang terdengar tenang namun tegas. "Di mana Jenderal?" tanya Andrew dengan nada yang datar. Mendengar itu, Vivian bereb

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Menemui Emily

    Vivian bangkit dari posisi duduknya, air mata mengalir di pipinya. Perlahan ia berdiri dan melangkah menuju ke kamarnya. Hatinya begitu sakit melihat rekaman suaminya bersama Emily menggunakan kamar yang selama ini menjadi saksi cinta mereka. Setiap langkah terasa begitu berat, namun Vivian terus melangkah. Saat melangkah masuk ke dalam kamar, hatinya semakin sakit melihat pakaian wanita yang tergeletak di atas kasur. Pakaian tersebut bukan miliknya, melainkan milik Emily. Vivian mengepalkan tangannya dengan kuat, kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu. "Bryan, kamu tega menyakitiku, lalu, apa gunanya kita menikah," ucap Vivian dengan suara yang parau. Air mata yang tak bisa dibendung kembali mengalir deras membasahi pipinya. Vivian yang kesal meninggalkan kediaman dengan langkah cepat. Ia mengemudi mobil sendiri, dengan kecepatan yang cukup tinggi. Jiwanya sedang tidak tenang, tidak peduli dengan resiko yang ada."Bryan Anderson, Kalau pun ingin menceraikan aku, keluar ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pembagian Harta

    Emily keluar dari rumah sakit dengan langkah cepat dan wajah murung, mengambil kunci mobilnya yang di dalam kantong jaketnya. Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu utama. Sementara itu, Vivian duduk di dalam mobilnya, mengawasi setiap gerak-gerik Emily dengan tajam. Matanya tak lepas dari sosok wanita itu. Saat Emily menghidupkan mesin mobilnya dan mulai melaju perlahan meninggalkan rumah sakit, Vivian segera menggenggam setir mobilnya dan mengikuti dari jarak aman. Hatinya berdegup kencang, seraya bergumam dengan nada penuh amarah, "Aku yakin kamu tahu di mana Bryan berada. Jangan harap kalian bisa bekerja sama membodohiku, andai kalian saling mencintai. Maka, buktikan di depan mataku!" Dengan penuh kewaspadaan, Vivian mengikuti Emily yang tampaknya tidak menyadari keberadaannya. Ia memastikan jarak yang cukup agar tidak terlalu mencolok di mata Emily. Namun, Tiba-tiba, sebuah mobil melaju dengan kencang dan menghadang jalannya, membuatnya terpaksa menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Alasan Cerai

    Pengacara Jeff membuka map berisi dokumen yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Wajahnya tampak serius dan tatapannya tajam. "Pembagian aset untuk nona Zanetta," ujar Jeff sambil mengeluarkan lembaran dokumen. "Mansion mewah yang berada di Jerman, Toko Fashion, dua mobil mewah, serta uang tunai yang telah ditransfer ke akun rekening Anda oleh tuan Anderson. Semua telah resmi diganti menjadi nama Anda." Mendengar ucapan Jeff, Vivian terkejut dan menatap Jeff dengan wajah bingung. "Toko Fashion?" tanyanya heran, tidak mengerti maksud dari apa yang baru saja diucapkan. Jeff mengangguk lalu menjelaskan lebih lanjut, "Benar, nona Zanetta. Toko Fashion tersebut baru dibeli oleh tuan Anderson beberapa bulan lalu, dan kini akan sepenuhnya diserahkan kepada Anda." Bukannya bahagia mendapatkan sebagian aset dari sang suaminya, Vivian semakin hancur perasaannya. Ia menyadari hubungannya dengan Bryan sudah di ujung tanduk. "Apakah dia sudah menyiapkan semuanya, Karena dia tahu suatu saat dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Permintaan Bryan

    Dokter Cale dan Emily menghampiri Bryan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajah pucat dan tubuhnya yang kurus membuat hati mereka terenyuh. "Tuan Anderson, bagaimana dengan kabarmu hari ini?" tanya Dokter Cale sambil mencoba tersenyum penuh harapan. Emily menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, namun berusaha tegar demi pasien dan juga pria yang dia cintai. "Bryan, kamu harus percaya diri dan semangat. Jangan meminta kami melakukan itu. Kamu harus berjuang," ujarnya lembut. Bryan hanya mampu menatap mereka dengan mata yang terbelalak. Bukan hanya lumpuh seluruh anggota tubuh, Bryan juga tidak bisa mengedipkan matanya. Penderitaan yang dia alami akan mengambil jangka waktu yang panjang. CIPA yang telah memburuk membuat Bryan tidak bisa bicara dan hanya bisa mendengar. Hatinya hancur, merasa tidak berguna dan terkurung dalam tubuhnya sendiri. Dokter Cale berkata," Anda adalah pria tangguh dan hebat, Sudah berapa banyak musuh yang Anda kalahkan. Sekarang musuh terbesar An

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketidakpuasan Emily

    "Apakah Mama ingin aku tinggal di Jerman?" tanya Vivian.Celine sambil menyeka wajah putrinya," Iya, mama butuh orang terpecaya, kamu adalah kandidat paling kuat," jawab Celine dengan senyum."Tapi, aku tidak memiliki pengalaman," kata Vivian."Kamu bisa belajar, Anggap saja mulai dari bawah. di sana ada sekretaris Nicole yang akan membantumu!" jawab Celine."Ma, aku ingin mulai dari nol," ujar Vivian."Vivian....""Ma, jangan memberiku jabatan tinggi, Aku tidak layak. Aku tidak ingin menjadi atasan mereka karena hubungan kita!" Celine tersenyum lembut dan mengelus pucuk kepala putrinya, lalu berkata, "Apakah kamu benar-benar berpikir seperti itu?" Vivian mengangguk mantap, "Iya, Ma. Mengelola hotel butuh pengalaman, Sedangkan aku tidak memiliki pengalaman. Jadi, aku ingin belajar sambil bekerja," jawab Vivian dengan senyum tulus. Celine tampak merenung sejenak, kemudian tersenyum kembali dan berkata, "Baiklah, Mama akan atur untukmu!" Ia pun memeluk putrinya erat, merasakan ketegu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Tamu VIP

    Malam itu, suasana kamar rumah sakit begitu hening dan sepi. Emily berjaga di samping Bryan, yang telah terbaring lemah selama hampir dua bulan. Tangannya mencengkeram erat tangan Bryan, merasakan denyut nadi yang lemah namun masih ada. Raut wajah Emily terlihat tegar, meski di dalam hati dia merasa cemas dan takut. "Bryan, apa pun yang terjadi, aku akan tetap setia menemanimu hingga kamu sembuh. Kamu pasti bisa, Bryan," ucap Emily dengan suara bergetar, berusaha memberikan semangat kepada pria yang selama ini menjadi cinta hatinya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu kamar. Emily menoleh dan melihat sosok Micheal yang berdiri di ambang pintu. Wajah Micheal terlihat serius."Ternyata kamu masih di sini," ujar Micheal"Aku hanya ingin menemani Bryan," jawab Emily singkat, tak ingin mengungkit masalah lain dengan Micheal. Micheal menghela napas, lalu berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ayo kita keluar sebentar." Kemudian, Micheal beranjak meninggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Serangan Sekelompok Penjahat

    Billy yang sedang duduk di sofa kamar hotel mulai melepaskan dasinya dengan perlahan. Wajah tampannya terlihat tegang, tanpa senyuman seperti biasa. Di ruangan itu, Vivian dan dua rekannya berdiri dengan rasa cemas dan tidak nyaman. "Tuan, makan siang akan disediakan. Silakan menunggu sebentar!" ucap salah satu rekan Vivian dengan suara lembut dan sopan, berusaha mencairkan suasana yang terasa berat. Namun, Billy tidak menyambut baik ucapan tersebut. Tanpa menoleh ke arah mereka, ia mengeluarkan perintah yang tegas, "Jangan mengangguku, keluar!" Mendengar perintah tersebut, Vivian dan kedua rekannya hanya bisa menelan ludah dan beranjak pergi dari sana dengan langkah yang tergesa-gesa. "Istri seorang Jenderal bekerja di sini, sementara Bryan Anderson menghilang begitu lama." Rasa penasarannya terhadap situasi ini semakin membuat Billy merasa frustasi dan tidak sabar.***Di tengah hutan yang lebat di Los Angeles, pasukan prajurit yang dipimpin oleh Edward tengah memburu sekelompok

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status