Share

Permintaan Bryan

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-04 16:31:27

Dokter Cale dan Emily menghampiri Bryan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajah pucat dan tubuhnya yang kurus membuat hati mereka terenyuh.

"Tuan Anderson, bagaimana dengan kabarmu hari ini?" tanya Dokter Cale sambil mencoba tersenyum penuh harapan.

Emily menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, namun berusaha tegar demi pasien dan juga pria yang dia cintai. "Bryan, kamu harus percaya diri dan semangat. Jangan meminta kami melakukan itu. Kamu harus berjuang," ujarnya lembut.

Bryan hanya mampu menatap mereka dengan mata yang terbelalak. Bukan hanya lumpuh seluruh anggota tubuh, Bryan juga tidak bisa mengedipkan matanya. Penderitaan yang dia alami akan mengambil jangka waktu yang panjang. CIPA yang telah memburuk membuat Bryan tidak bisa bicara dan hanya bisa mendengar.

Hatinya hancur, merasa tidak berguna dan terkurung dalam tubuhnya sendiri.

Dokter Cale berkata," Anda adalah pria tangguh dan hebat, Sudah berapa banyak musuh yang Anda kalahkan. Sekarang musuh terbesar An
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketidakpuasan Emily

    "Apakah Mama ingin aku tinggal di Jerman?" tanya Vivian.Celine sambil menyeka wajah putrinya," Iya, mama butuh orang terpecaya, kamu adalah kandidat paling kuat," jawab Celine dengan senyum."Tapi, aku tidak memiliki pengalaman," kata Vivian."Kamu bisa belajar, Anggap saja mulai dari bawah. di sana ada sekretaris Nicole yang akan membantumu!" jawab Celine."Ma, aku ingin mulai dari nol," ujar Vivian."Vivian....""Ma, jangan memberiku jabatan tinggi, Aku tidak layak. Aku tidak ingin menjadi atasan mereka karena hubungan kita!" Celine tersenyum lembut dan mengelus pucuk kepala putrinya, lalu berkata, "Apakah kamu benar-benar berpikir seperti itu?" Vivian mengangguk mantap, "Iya, Ma. Mengelola hotel butuh pengalaman, Sedangkan aku tidak memiliki pengalaman. Jadi, aku ingin belajar sambil bekerja," jawab Vivian dengan senyum tulus. Celine tampak merenung sejenak, kemudian tersenyum kembali dan berkata, "Baiklah, Mama akan atur untukmu!" Ia pun memeluk putrinya erat, merasakan ketegu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Tamu VIP

    Malam itu, suasana kamar rumah sakit begitu hening dan sepi. Emily berjaga di samping Bryan, yang telah terbaring lemah selama hampir dua bulan. Tangannya mencengkeram erat tangan Bryan, merasakan denyut nadi yang lemah namun masih ada. Raut wajah Emily terlihat tegar, meski di dalam hati dia merasa cemas dan takut. "Bryan, apa pun yang terjadi, aku akan tetap setia menemanimu hingga kamu sembuh. Kamu pasti bisa, Bryan," ucap Emily dengan suara bergetar, berusaha memberikan semangat kepada pria yang selama ini menjadi cinta hatinya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu kamar. Emily menoleh dan melihat sosok Micheal yang berdiri di ambang pintu. Wajah Micheal terlihat serius."Ternyata kamu masih di sini," ujar Micheal"Aku hanya ingin menemani Bryan," jawab Emily singkat, tak ingin mengungkit masalah lain dengan Micheal. Micheal menghela napas, lalu berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ayo kita keluar sebentar." Kemudian, Micheal beranjak meninggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Serangan Sekelompok Penjahat

    Billy yang sedang duduk di sofa kamar hotel mulai melepaskan dasinya dengan perlahan. Wajah tampannya terlihat tegang, tanpa senyuman seperti biasa. Di ruangan itu, Vivian dan dua rekannya berdiri dengan rasa cemas dan tidak nyaman. "Tuan, makan siang akan disediakan. Silakan menunggu sebentar!" ucap salah satu rekan Vivian dengan suara lembut dan sopan, berusaha mencairkan suasana yang terasa berat. Namun, Billy tidak menyambut baik ucapan tersebut. Tanpa menoleh ke arah mereka, ia mengeluarkan perintah yang tegas, "Jangan mengangguku, keluar!" Mendengar perintah tersebut, Vivian dan kedua rekannya hanya bisa menelan ludah dan beranjak pergi dari sana dengan langkah yang tergesa-gesa. "Istri seorang Jenderal bekerja di sini, sementara Bryan Anderson menghilang begitu lama." Rasa penasarannya terhadap situasi ini semakin membuat Billy merasa frustasi dan tidak sabar.***Di tengah hutan yang lebat di Los Angeles, pasukan prajurit yang dipimpin oleh Edward tengah memburu sekelompok

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Tatapan Dingin Seorang Billy

    Klien menatap cemas wajah Edward yang serius, "Ada yang tahu bahwa Jenderal tidak berada di markas?" tanyanya dengan suara berat. "Bisa jadi! Mungkin di antara kita ada mata-mata," jawab Edward dengan ekspresi tajam, memperhatikan gerak-gerik para prajurit melalui jendela kantornya."Markas begitu banyak jumlah prajurit, bagaimana kita cari orangnya?" tanya Klien, merasa khawatir akan keselamatan Jenderal. "Kita hanya bisa buktikan bahwa Jenderal dalam keadaan baik-baik saja," jawab Edward dengan tegas. "Caranya?" tanya Klien, penasaran dengan strategi yang akan diterapkan Edward. "Kumpulkan semua pasukan kita, dan umumkan ada yang ingin saya sampaikan!" perintah Edward. "Siap," jawab Klien, mengangguk dan segera melaksanakan perintah Edward. Tak lama kemudian, seluruh pasukan berkumpul di lapangan markas. Mereka berdiri tegak, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Edward. Wajah mereka tampak serius dan tegang, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam markas. Edward berdi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Menolak Pembagian Aset

    Vivian yang gugup ia bertanya," Ada apa, Tuan?" Billy menatap tajam tajam pada mata indah wanita itu," Di mana suamimu? Apakah dia bekerja di sini?" Vivian terdiam dan tentu hampir tidak percaya dengan pertanyaan aneh dari pria itu," Kenapa Anda bertanya tentang dia?" tanya Vivian penasaran.Billy menatap tajam ke arah jari manis Vivian, mencari keberadaan cincin pernikahan yang seharusnya ada di situ. "Tidak ada! Seorang wanita yang telah menikah tidak mengenakan cincin pernikahan, bukankah sungguh aneh," ujar Billy dengan nada dingin dan sinis. Vivian merasa tersudut, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan menjawab, "Sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya." Wajah Vivian tampak tegang, namun ia berusaha menutupinya dengan senyuman paksa. Billy kemudian beralih tatapan pada hidangan yang disediakan hotel, seolah mencari topik pembicaraan lain. "Apakah hotel ini milik suamimu? Agak aneh ketika dia membiarkan istrinya melayani tamu hotel," ujar Billy mencoba m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Makanan Kesukaan Billy

    Vivian berdiri di depan cermin, meremas-remas rambutnya dengan ekspresi wajah kesal. Tangannya gemetar karena emosinya yang tak terkendali. "Bryan, apa kamu sehat-sehat saja? Emily adalah dokter, dia pasti bisa menjagamu. Untuk apa aku harus khawatir lagi," ucap Vivian dengan suara parau. Mata Vivian berkaca-kaca, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin. "Sudah sekian lama kita berpisah, mana mungkin kamu masih ingat denganku. Aku sangat bodoh sekali. Sudah mulai hidup baru, masih saja hidup dalam bayanganmu. Apa yang harus aku lakukan agar bisa melupakanmu," ujar Vivian sambil menepuk kepalanya dengan keras. Vivian kemudian duduk di tepi ranjang, merenung. "Lebih baik aku fokus dengan pekerjaanku, agar tidak mengecewakan mama," batin Vivian sambil menghela napas panjang. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dari kenangan Bryan dan Emily, berusaha keras untuk melupakan rasa sakit yang menghantui hatinya. Tapi semakin dia mencoba, semakin dia merasa terpuruk dalam kenangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Dendam Billy

    Billy duduk di meja makan, ia mencicipi makanan yang disajikan di depannya. Setiap gigitan menghasilkan ekspresi biasa di wajahnya, walau ia merasa puas akan tetapi tidak menunjukan ekspresi memuaskan.Aroma yang menggugah selera dan tekstur yang pas di lidahnya membuat Billy semakin terpesona dengan kelezatan hidangan yang ada di hadapannya. Sementara itu, Vivian berdiri di sampingnya, menahan napas seakan menunggu putusan penting. Raut wajahnya terlihat gugup.Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah makanan yang ia siapkan benar-benar sesuai dengan selera Billy. Billy melanjutkan menyantap makanan itu, sesekali meneguk minuman yang disediakan Vivian. Setelah beberapa suapan, ia meletakkan garpu dan pisau di piring, menatap Vivian dengan tajam. "Apakah hanya kebetulan?" tanya Billy, penasaran dengan bagaimana Vivian bisa mengetahui selera makanannya. Merasa diperhatikan, Vivian tersenyum gugup dan menjawab, "Pihak hotel berusaha menyediakan makanan sesuai selera tamu, Tuan." Suaranya t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Billy Diserang

    Karyawan hotel itu, Natalie, tampak gugup ketika menerima perintah dari Tony dan Tomy. Ia segera menyediakan hidangan makanan malam untuk salah satu tamu VIP hotel tersebut. Setelah makanan siap, ia mendorong troli makanan menuju ke salah satu kamar VIP. Dengan hati berdebar, ia mengetuk pintu kamar itu. Tuk! Tuk!"?Klek!" Pintu dibuka perlahan, dan di baliknya tampak Billy yang wajahnya tampak serius. Natalie mencoba tersenyum ramah. "Tuan, hidangan malam telah disediakan," ucap Natalie sambil membungkukkan badannya.Billy mengerutkan keningnya, menatap dingin pada Natalie. "Kenapa kamu yang mengantarnya? Di mana Vivian Alexander?" tanyanya dengan nada tegas. Natalie menelan ludah, merasa terintimidasi oleh tatapan Billy. "Ini adalah pesanan darinya, Tuan. Vivian sedang memantau lantai atas," jawab Natalie dengan suara gemetar. Billy masih menatap Natalie dengan pandangan tajam, seakan mencoba membaca kejujuran di wajah gadis itu. Setelah beberapa detik, ia akhirnya membuka pintu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status