Beranda / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 47. Dia yang memperkosamu!

Share

47. Dia yang memperkosamu!

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 09:00:54

POV Viona.

Hari sudah mulai sore dan aku sudah merasa sedikit lebih baik.

Rasanya ingin segera pulang, tapi dokter dan suster melarang dengan tegas.

Aku juga mencoba menelepon Papa, namun tak ada tanggapan sedikit pun. Rasa bingung dan kecemasan mulai menyelimuti pikiranku.

Aku bertanya-tanya, kemana Papa pergi saat mengetahui bahwa aku hamil.

Apakah dia sedang mencari solusi? Atau mungkin dia sedang berusaha menenangkan diri? Aku tak tahu, dan ketidakpastian itu membuatku semakin gelisah.

Ceklek~

Bunyi pintu kamar rawat terbuka, aku yang tengah duduk selonjoran di atas tempat tidur langsung menoleh.

Sontak mataku membulat saat melihat Papa datang bersama Kak Calvin dan Ayah Andre. Jantungku berdebar kencang, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadaku. Apa yang sedang terjadi? Kenapa Papa membawa mereka berdua? Apakah mereka datang untuk menanyakan tentang keham
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rossy Dildara
kalau banyak² bisa cepet tamat kak ...
goodnovel comment avatar
Asahy Bilqis
perbaruan bab nya hanya 1 bab per hari. jadi gemes nungguin nya
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
dan ujungnya mereka lbh percaya agnes dgn alasan itu semua karangan viona udah ku dugong mesti gitu masalahnya calvin dikasuh tau vio a bolak balik g digubris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   48. Dia harus tanggung jawab

    "Tidak! Bagaimana mungkin Agnes merencanakan hal itu, hanya untuk tidur dengan Calvin? Itu tidak masuk akal, pasti hanya akal-akalan kamu saja, kan?" tuduh Ayah penuh kecurigaan, matanya menyipit tajam seolah ingin menembusku. Jelas sekali dia tidak percaya dengan apa yang aku katakan."Iya, Vio, mana mungkin Agnes merencanakan hal itu hanya untuk tidur denganku? Sementara aku dan dia juga akan segera menikah." Kak Calvin menanggapi, nada bicaranya datar, tanpa sedikitpun raut keraguan. Tak kusangka, ternyata dia juga seperti Ayah Andre yang tidak percaya padaku."Terserah kalau kalian nggak percaya, aku nggak maksa. Tapi yang aku katakan sudah sejujurnya, tidak ada yang ditambahkan atau dilebihkan," jawabku dengan tenang, meskipun hati terasa dongkol."Apa kamu punya buktinya, Vio? Barangkali jika ada buktinya ... Pak Andre dan Calvin percaya," kata Papa memberikan saran. Jika dibandingkan dengan tadi, suaranya jauh lebih lembut. Tatapan matanya pun sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   49. Aku akan menikahinya

    (POV Calvin)Di ruang tamu rumah Agnes yang hangat dan nyaman, aku duduk bersama Ayah sambil menikmati secangkir kopi yang harum. Suasana tenang tercipta meskipun kegelisahan masih menyelimuti hatiku.Kami berdua berada di sana untuk menunggu kepulangan Agnes dan Om Erick yang belum kembali. Setiap detik terasa begitu panjang, menunggu kabar dari mereka.Sebenarnya, aku bisa saja pergi menemui Agnes di studio pemotretannya. Namun, aku memilih untuk menunggunya di rumah karena masalah ini sangat bersifat pribadi. Aku tidak ingin orang lain mengetahuinya, karena itu merupakan sebuah aib yang harus ditutupi."Assalamualaikum, Mas ... Om ...." Suara lembut terdengar.Setelah menunggu setengah jam yang terasa begitu lama, Agnes akhirnya tiba bersama Om Erick. Dia langsung memberi salam dan mencium punggung tangan Ayah, lalu memelukku dengan penuh kasih sayang."Walaikum salam," jawabku dan Ayah bersamaan. Aku pun berdiri untuk menyamb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   50. siapa mereka?

    "Aku akan menikahi Viona."Keputusan itu diucapkan dengan tegas, menegaskan bahwa tanggung jawab harus dipikul dan keputusan harus diambil untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi."Apa yang Mas katakan?? Menikahi Viona??" Agnes bangkit secara tiba-tiba saat aku juga berdiri. Dia meraih lengan kananku dengan erat dan ekspresinya penuh kepanikan. "Enggak, Mas! Aku enggak setuju! Aku enggak mau kamu menikahi Viona lebih dulu daripada aku, masa iya aku jadi istri kedua??""Agnes benar, Cal. Om juga nggak setuju!" tegas Om Erick, ikut berdiri.Apa maksud dari mereka berdua? Siapa yang ingin menjadikan Agnes istri kedua? Aku bahkan tidak mengatakan hal itu."Siapa yang ingin menjadikanmu istri kedua, Sayang? Kamu nggak akan menjadi istri kedua.""Apakah kamu serius, Mas??" Mata Agnes bersinar, dia tersenyum manis. Sepertinya dia tidak memahami arah pembicaraanku."Iya, aku serius. Karena rencana pernikahan kita terpaksa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   51. Jangan dibuka!

    "Jangan dibuka, Pak!" larang Papa, bahkan Isa pun terlihat tidak berniat untuk membuka pintu.Prangggg!!Aku sontak terkejut saat sebuah kaca mobil berhasil dipecahkan oleh salah satu pria berbadan besar itu tepat pada jendela di mana Isa duduk. Suara pecahan kaca yang tajam memecah keheningan di dalam mobil.Beruntung, Isa sempat menutupi wajahnya dengan tangan, karena jika tidak, wajahnya bisa terluka.Namun, sekarang tangannya malah berdarah karena serpihan kaca itu. Ekspresi terkejut dan ketakutan tergambar jelas di wajahnya."Ayaahhh!!" Kenzie berteriak, tampak terkejut sekaligus panik. Tubuhnya gemetar, dan Papa segera memeluk erat tubuhnya, mencoba menenangkan cucunya yang ketakutan."Siapa kalian? Kenapa kasar sekali, hah?" bentak Papa, terlihat emosi. Matanya memancarkan kemarahan yang sulit ditahan."Aku sudah meminta kalian untuk keluar, tapi kenapa kalian tidak mau keluar juga, hah??" Salah satu pria itu berb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   52. Tolong berjanjilah

    "Ayah .... Ayah tau enggak, tadi dijalan ada-""Baik, kita langsung mulai ya, Pak." Bapak berpeci hitam memotong ucapan Kenzie, terlihat seperti seorang penghulu. "Karena saya juga harus menikahkan orang lain di tempat lain," tambahnya dengan suara yang tenang namun penuh wibawa, menciptakan suasana khidmat dan penuh kehormatan."Iya, Pak." Kak Calvin mengangguk cepat, segera menurunkan Kenzie dan membawanya kepada Papa yang baru saja duduk. Kemudian dia duduk di depan meja persegi panjang, di hadapan Pak Penghulu."Silakan pengantin perempuannya ... mari duduk, Nona," tawar Pak Penghulu dengan suara lembut namun tegas. Aku mengangguk, lalu duduk di samping Kak Calvin."Bismillahirrahmanirrahim ...." Suara do'a yang diucapkan Pak Ustad yang duduk di samping Pak Penghulu memenuhi ruangan. Masjid mendadak hening, dan semua orang tampak begitu khusyu mencermati setiap lantunan do'a yang dipanjatkan.Jantungku berdetak semakin kencang saat pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   53. Percobaan bu*nuh diri

    "Bunda ... di mana Ayah? Kok belum pulang??" desis Kenzie dengan wajah penuh kekhawatiran, matanya terus memandangi pintu rumah yang belum terbuka untuk kedatangan Ayahnya.Hari sudah menjelang siang, matahari bersinar terang memancarkan kehangatan ke dalam ruangan. Aroma makanan yang sedap mulai tercium di udara, mengundang selera untuk segera menikmati hidangan yang telah tersaji di atas meja makan.Aku dan Kenzie duduk di meja makan dengan penuh harap, menantikan kehadiran Kak Calvin. Niat kami ingin makan siang bersama, karena ini juga hari pertama dimana aku kembali menjadi istri Kak Calvin.Namun, sejak tadi, Kak Calvin belum juga pulang. Rasa cemas dan cemburu mulai menyelinap ke dalam hatiku saat menyadari bahwa kepergiannya hanya untuk bertemu dengan Nona Agnes."Sebentar ... Bunda coba telepon Ayah ya, Nak." Aku meraih ponsel di atas meja dengan gemetar, mencoba menghubungi Kak Calvin. Namun, keterbatasan pulsa dan kuota internet membuat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   54. Malam pengantin kita

    Sesak rasanya mendengar kabar sedemikian tragis, hati ini terasa hancur melihat penderitaan yang dialami Nona Agnes. Namun, kenyataannya semua ini terjadi akibat ulahnya sendiri.Jadi bukankah di sini aku juga menjadi korban? Aku bukan orang yang jahat 'kan? Karena aku memang tidak berniat merebut calon suaminya, meskipun aku sempat memintanya untuk rujuk.Akh, rasanya sulit untuk menjelaskan perasaan ini. Tapi aku tidak pernah ingin bergembira atas penderitaan orang lain. Kak Calvin juga dengan jelas menyatakan penolakannya saat itu."Kasihan sekali Nona Agnes, Kak. Tapi kenapa dia sampai nekat melakukan hal itu? Apakah semua ini terjadi karena kita menikah?" tanyaku dengan suara penuh empati.Saat melihat Kak Calvin yang sedang dilanda kesedihan, aku ikut merasakan pedihnya hatinya. Aku sadar betapa besar cintanya kepada Nona Agnes, namun sepertinya takdir memiliki rencana lain.Namun, di sisi lain, ada rasa cemburu dan kekesalan yang memenuhi hatiku. Aku merasa egois, Kak. Bahkan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   55. Apakah itu pengaruh bayi?

    "Eh, tidak! Tidak! Lupakan saja, Kak!" Wajahku memerah, merasa panik sendiri. Bagaimana jika Kak Calvin menolakku? Pasti sakit rasanya, jadi lebih baik aku memberikan alasan lain. "Bukan itu maksudku kok. Tapi, ah mending kita tidur saja, Kak, aku juga mengantuk. Selamat malam."Aku merasa kehabisan kata-kata. Segera aku menarik selimut untuk menutup wajahku, lalu berbalik ke arah tembok dan mulai memejamkan mata. Suasana kamar terasa hening, hanya suara napas pelan yang terdengar.Aku benar-benar merasa sudah gila, rasa cintaku kepada Kak Calvin membuatku kehilangan rasa malu. Pasti setelah ini, Kak Calvin menjadi ilfil kepadaku. Tanganku gemetar saat mencoba menenangkan diri, namun jantungku masih berdegup kencang.***Keesokan harinya.(POV Calvin)Mataku perlahan terbuka, merasakan sentuhan lembut dipipiku. Ternyata, sentuhan itu berasal dari Kenzie.Bocah menggemaskan itu terlihat tersenyum manis kepadaku, begitu ceria, segar, dan wangi seperti habis mandi. Apalagi dengan keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   99. Demam

    "Kamu mungkin belum bisa menjawab, tapi dari matamu saja… Papa sudah bisa menebaknya," kata Papa, membuatku semakin terkejut. Papa bisa menebak perasaanku, padahal aku sendiri masih bingung. "Meskipun kamu tidak ingat momen saat menjadi istrinya Calvin, tapi Papa harap kamu jangan pernah menolak jika Calvin menginginkan sesuatu darimu. Karena bagaimanapun, kamu adalah istrinya. Dosa hukumnya jika seorang istri menolak suaminya, Vio." Bukan hanya Kak Calvin, ternyata Papa juga membahas hal yang sama. Kenapa mereka selalu bicara tentang hubungan intim? Sepenting itukah hal itu dalam rumah tangga? Aku bahkan tak ingat bagaimana rasanya. "Kali ini Papa minta tolong ya, Vio." Papa menambahkan. Sentuhannya lembut di tanganku, tatapannya penuh pengertian. "Laki-laki berbeda dengan perempuan, Vio. Perempuan bisa kuat menahannya meskipun itu sampai bertahun-tahun, tapi laki-laki, seminggu saja sudah kelabakan. Begitu pula dengan Calvin, yang sudah lebih dari seb

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   98. Aku belum siap

    "Iya, Kak." Viona mengangguk, matanya tertunduk malu. Seketika itu juga, rasa kecewa menusuk hatiku. Ah, pedih sekali. "Jadi, aku simpan pembalutnya nggak, Kak? Aku lupa, soalnya. Takutnya keburu bocor kalau aku nggak pakai sekarang." "Kamu nggak pernah menyimpan pembalut, Sayang," jawabku lirih, suaraku terdengar lesu. "Oh, begitu. Ya sudah, aku mau minta Bibi belikan saja, deh." Aku segera menahan tangan Viona saat dia hendak melangkah. "Biar aku yang belikan. Kamu tunggu di sini saja." Meskipun hatiku dipenuhi kecewa, aku harus tetap menjadi laki-laki yang bisa diandalkan. Hanya dengan begitu, mungkin hati Viona akan luluh. "Terima kasih, Kak. Maaf merepotkan." "Sama-sama." Aku tersenyum, lalu memberanikan diri untuk mendekat. Aku ingin mencium pipinya, namun Viona langsung mundur, menghindari sentuhanku. "Maaf. Apa mencium pipimu saja tidak boleh?" tanyaku dengan nada sedih.

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   97. Tidak sabar

    Aku duduk di teras bersama Papa, sambil menyeruput secangkir kopi yang kubawa buatan Viona tadi. Aku penasaran dengan apa yang akan Papa bicarakan. Tampaknya serius, karena Kenzie pun tidak diizinkan untuk bergabung. "Sebenarnya Papa hanya ingin memberikan ini padamu, Cal." Papa mengambil sesuatu di dalam kantong celananya. Entah itu apa, tapi ada nama jamu yang tertera di sana. "Ini jamu, Pa?" tanyaku. Tapi aku bingung mengapa Papa ingin memberikan itu padaku. "Iya, ini jamu penyubur kandungan untuk Viona. Papa masih berharap Viona bisa hamil lagi, Cal. Biar Kenzie ada temannya." "Memangnya boleh, ya, Pa ... Viona minum jamu? Kan dia habis keracunan." Aku hanya khawatir, takut jamu ini mengandung bahan-bahan yang membuat Viona kembali mengalami keracunan. "Papa sudah sempat tanya sama dokter dan kata dia boleh kok, Cal." "Dokternya Viona bukan, Pa, yang bilang begitu?" tanyaku heran. "Iya." Papa mengangguk. "Eh tapi, Viona sendiri sedang mengkonsumsi obat subur nggak, Cal? Ba

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   96. Belalai gajah

    Satu bulan kemudian.... Tok! Tok! Tok! Suara ketukan palu di persidangan membuat hatiku lega. Hukuman Agnes penjara seumur hidup dan hukuman mati untuk kasus percobaan pembunuhan dan pembunuhan terhadap janin telah dijatuhkan. Keadilan telah ditegakkan. Setelah proses sidang ini selesai, aku memutuskan untuk pulang bersama Ayah. Sama sekali aku tak ada niat untuk menemui Agnes, karena bagiku, semuanya sudah selesai. Luka di hatiku masih terasa, tapi aku berusaha untuk move on. "Cal ... bagaimana keadaan Viona? Sudah ada perkembangan?" tanya Ayah, suaranya lembut namun penuh harap. Aku menoleh, menggeleng pelan, lesu. "Ingatannya belum pulih sepenuhnya, Yah. Tapi Viona sudah jauh lebih dekat dengan Kenzie dan Papa." "Lalu, bagaimana denganmu? Apakah setelah Viona keluar dari rumah sakit, kamu sudah pernah menyentuhnya??" Wajahku langsung memanas. Aku bisa merasakan rona merah membakar pipiku, terlihat jelas di kaca spion. Maluku luar biasa. Sebenarnya, sampai sekarang a

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   95. Aku mencintaimu, Viona

    Mata Calvin membulat. "Ya Allah, Sayang! Enggak dong!" Dia menggeleng cepat. Suara Kenzie polos bertanya, "Anak haram itu apa, Ayah?" Pertanyaan polos itu menambah kekacauan di hatiku, mencampur aduk rasa bingung, takut, dan curiga. "Nanti Ayah jelaskan padamu. Tapi Ayah jelaskan hal ini kepada Bunda dulu, ya?" Calvin mengusap puncak kepala Kenzie dengan lembut, mencoba menenangkan putranya. Lalu, dia menatapku, matanya penuh pengertian. "Kenzie itu bukan anak haram, Sayang. Dia anak sah, hasil dari hubungan halal kita." "Tapi... kenapa dia sudah ada saat kita menikah? Harusnya dia baru lahir beberapa bulan setelah pernikahan kita," tanyaku masih bingung. Foto itu masih terbayang jelas di benakku. Calvin tersenyum, lalu menarikku untuk duduk di sofa empuk yang berada di sudut ruangan. "Sebelumnya, kita sempat menikah sebelum Kenzie lahir. Hanya saja, pernikahan kita waktu itu tidak berlangsung lama.

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   94. Anak haram

    "Viona sayang... Ayo kita turun." Calvin telah lebih dulu turun dari mobil, lalu membukakan pintu mobil untukku. Sementara Kenzie dan Pak Tatang juga ikut turun."Kita mau ngapain ke sini, Pak? Apakah kita sudah sampai?" tanyaku bingung."Kita mampir untuk ziarah, Sayang. Kamu harus bertemu dengan almarhum Kenzo." Kalimat Calvin terasa berat."Kenzo? Siapa Kenzo?" Nama itu sama sekali tak terpatri dalam ingatanku. Aku mencoba mengingat, namun hanya hampa yang kurasakan. "Kenzo itu adik bayi Bunda, adik bayi yang sudah Ayah beri nama," jelas Kenzie, suaranya terdengar polos.Air mata membasahi pipi Calvin saat dia berkata, "Kenzo adalah anak kedua kita, Sayang, adik Kenzie." Pandangannya sendu, bola matanya berkaca-kaca. "Sayangnya... dia tidak berhasil tertolong di dalam perutmu.""Maksudnya... aku sempat keguguran?" Aku mencoba mencerna setiap kata, setiap makna yang tersirat di baliknya."Iya," jawab Calvin, m

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   93. Menahan rindu

    Empat hari berlalu, terasa begitu panjang.Akhirnya, dokter mengizinkan Viona pulang, yang kebetulan bertepatan dengan hari libur. Syukur Alhamdulillah.Selama empat hari di rumah sakit, dokter terus memantau perkembangannya. Terapi okupasi pun dilakukan dan beberapa obat Viona rutin konsumsi, namun tak ada hasil yang signifikan. Tatapan Viona masih terasa asing, ingatannya belum kembali.Meski begitu, rasa syukur tetap memenuhi hatiku. Viona sudah sehat kembali, tubuhnya segar seperti sedia kala. Namun, ada sesuatu yang mengganjal."Sebelum pulang, boleh saya bicara sebentar dengan Bapak, Pak Calvin?" Pinta dokter, tatapannya penuh makna. Aku mengangguk, lalu kami berdua masuk ke ruangannya. Aku duduk di hadapannya, hanya terhalang meja. "Meskipun Bu Viona sudah sehat secara fisik, tapi saya mohon Bapak untuk menahan diri. Tunda hubungan intim selama satu atau dua minggu."Wajahku memerah. Sejujurnya, sudah lebih dari semi

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   92. Keadilan akan ditegakkan

    "Aku mau pergi, tolong jaga di sini dan jangan kemana-mana!" perintahku tegas kepada dua orang pengawal yang berdiri tegap di sisi kanan dan kiri pintu.Sejak Viona dirawat, aku memang menyewa dua orang penjaga yang selalu siaga di depan kamarnya. Meskipun Agnes sudah ditangkap, rasa takut masih membayangi."Baik, Pak," jawab mereka serempak, suaranya kompak dan mantap.***"Calvin!!"Suara itu memecah kesunyian saat aku baru saja melangkah keluar rumah sakit. Aku menoleh, dan jantungku berdebar kencang melihat Om Erick tiba-tiba berlari menghampiri dan langsung berjongkok, lalu memeluk lututku. Tubuhnya gemetar."Calvin... tolong maafkan Agnes, jangan hukum dia," rayunya, suaranya terisak, mengungkapkan keputusasaan yang mendalam."Maaf?" Aku terkekeh hambar, sebuah senyum sinis terpatri di bibirku. "Kata maaf saja tidak akan mengembalikan semuanya, Om." Suaraku dingin, keras, mencerminkan luka yan

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   91. Ngompol

    "Iya, mandi bareng. Apalagi sekalian .…" Aku mendekat ke arah telinganya, suara berbisik penuh godaan. "Bercinta." "Iihhhh!!!" Viona langsung mendorongku menjauh, wajahnya memerah padam seperti buah delima yang ranum. "Kenapa sih?" Entah mengapa aku gemas melihatnya, ingin kembali menggodanya. Viona terlihat seperti anak gadis yang sedang dimabuk cinta, lucu dan menggemaskan. "Aku hanya jujur. Dan kamu sendiri yang sering memintanya duluan." "Bapak! Aku geli sekali mendengarnya!" omelnya, bibirnya mengerucut cemberut. Aku terkekeh pelan. "Iya iya, maaf. Sekarang ayo kita ke kamar mandi, mangkanya kamu nggak perlu malu sega .…" Ucapanku terhenti saat aku kembali menyentuh tubuh Viona. Gerakanku terhenti saat jariku menyentuh celana istriku yang basah. "Lho, kok basah?" "Iihhh!!" Viona terlihat malu, langsung menarik selimutnya. Aroma samar-samar menusuk hidungku. Sekarang aku tahu kenapa celananya basah.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status