Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 54. Malam pengantin kita

Share

54. Malam pengantin kita

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-01-18 12:37:37

Sesak rasanya mendengar kabar sedemikian tragis, hati ini terasa hancur melihat penderitaan yang dialami Nona Agnes. Namun, kenyataannya semua ini terjadi akibat ulahnya sendiri.

Jadi bukankah di sini aku juga menjadi korban? Aku bukan orang yang jahat 'kan? Karena aku memang tidak berniat merebut calon suaminya, meskipun aku sempat memintanya untuk rujuk.

Akh, rasanya sulit untuk menjelaskan perasaan ini. Tapi aku tidak pernah ingin bergembira atas penderitaan orang lain. Kak Calvin juga dengan jelas menyatakan penolakannya saat itu.

"Kasihan sekali Nona Agnes, Kak. Tapi kenapa dia sampai nekat melakukan hal itu? Apakah semua ini terjadi karena kita menikah?" tanyaku dengan suara penuh empati.

Saat melihat Kak Calvin yang sedang dilanda kesedihan, aku ikut merasakan pedihnya hatinya. Aku sadar betapa besar cintanya kepada Nona Agnes, namun sepertinya takdir memiliki rencana lain.

Namun, di sisi lain, ada rasa cemburu dan kekesalan yang memenuhi hatiku. Aku merasa egois, Kak. Bahkan d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pluit Mas
aduhhhh vio, dia mw nikah aj sdh bersyukur. terlalu banyak permintaan kau. ga punya malu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   55. Apakah itu pengaruh bayi?

    "Eh, tidak! Tidak! Lupakan saja, Kak!" Wajahku memerah, merasa panik sendiri. Bagaimana jika Kak Calvin menolakku? Pasti sakit rasanya, jadi lebih baik aku memberikan alasan lain. "Bukan itu maksudku kok. Tapi, ah mending kita tidur saja, Kak, aku juga mengantuk. Selamat malam."Aku merasa kehabisan kata-kata. Segera aku menarik selimut untuk menutup wajahku, lalu berbalik ke arah tembok dan mulai memejamkan mata. Suasana kamar terasa hening, hanya suara napas pelan yang terdengar.Aku benar-benar merasa sudah gila, rasa cintaku kepada Kak Calvin membuatku kehilangan rasa malu. Pasti setelah ini, Kak Calvin menjadi ilfil kepadaku. Tanganku gemetar saat mencoba menenangkan diri, namun jantungku masih berdegup kencang.***Keesokan harinya.(POV Calvin)Mataku perlahan terbuka, merasakan sentuhan lembut dipipiku. Ternyata, sentuhan itu berasal dari Kenzie.Bocah menggemaskan itu terlihat tersenyum manis kepadaku, begitu ceria, segar, dan wangi seperti habis mandi. Apalagi dengan keadaan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   56. Bunda manja

    Semoga saja memang karena itu dan aku berharap semuanya baik-baik saja.Setelah mandi, kulihat stelan jas berwarna biru navy sudah tersusun rapi di atas tempat tidur. Kasur pun terlihat sudah rapi, sepertinya tadi Viona juga sekaligus membereskannya.Dan ternyata Viona tidak hanya menyiapkan stelan jas, tetapi juga dasi, gesper, kemeja, dan celana dalam. Kaos kaki dan sepatu pun ada, hanya saja tidak di atas kasur, melainkan di bawahnya.Aku tersenyum memandangi benda-benda tersebut. Hatiku terasa hangat, aku merasa bahagia.Mungkin inilah gambaran memiliki istri yang perhatian dan penuh cinta pada kita. Meskipun tindakan Viona hanya karena kehamilan, tapi aku sangat menghargai dan merasa senang saat mengalaminya.Jika boleh berharap, aku berharap sikap Viona akan selalu lembut seperti ini, meskipun tidak ada cinta yang sebenarnya terpendam untukku.Belum dilahirkan pun, adiknya Kenzie sudah sangat menyayangiku dengan tulus seper

    Last Updated : 2025-01-19
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   57. Rencana bulan madu

    "Siapa yang meneleponmu?" tanyaku saat Viona kembali masuk ke dalam mobil.Apakah aku terlihat begitu kepo di sini? Tapi jujur, aku memang penasaran. Lagipula, Viona sudah menjadi istriku, rasanya wajar jika seorang suami bertanya hal seperti ini dan menginginkan istrinya untuk saling terbuka.Aku juga berharap, Viona sekarang bisa saling terbuka terhadapku, karena aku sendiri sejauh ini tidak pernah menyembunyikan hal apapun kepadanya."Papa, Kak," jawab Viona sambil tersenyum. Aku langsung menghela napas, merasa lega. "Papa bilang dia kangen sama Kenzie, dan minta buat nanti malam supaya Kenzie menginap. Boleh enggak, Kak, kira-kira?""Lho, tentu boleh dong. Nggak perlu juga minta izin kepadaku, Vio." Aneh sekali rasanya Papa ini, Kenzie 'kan cucunya. Kenapa juga harus bertanya seperti itu, karena tidak mungkin juga aku melarang. "Atau nanti malam ... kita bertiga saja sekalian menginap di rumah Papa?" tawarku."Enggak usah, Kak." Viona

    Last Updated : 2025-01-20
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   58. Aku merasakan gagal

    Aakhhh mikir apa aku ini??Tolong buang jauh-jauh pikiran kotor itu! Karena hal seperti itu tidak mungkin akan terjadi lagi di antara kami.Sekarang aku harus fokus ke Kenzie dan bayi yang ada dalam kandungan Viona saja, karena hanya mereka berdualah yang menjadi alasan untuk kami rujuk.Aku juga sudah berjanji kepada Ayah, untuk tidak mencintai Viona dan aku pun sudah tidak berharap akan dicintai olehnya.***Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya kami berdua tiba di rumah sakit.Sebelumnya, aku sempat singgah ke toko buah untuk membelikan Agnes parsel buah. Tentu saja, tidak mungkin aku datang menjenguk orang sakit dengan tangan kosong, bukan? Bahkan, aku sempat berpikir untuk juga membelikan sebuket bunga mawar untuk Agnes.Tapi, kemudian aku teringat bahwa Viona alergi bunga. Aku khawatir jika memaksakan membelinya dan membawanya dalam mobil, itu bisa membahayakan Viona. Aku sungguh tidak ingin terjadi ha

    Last Updated : 2025-01-23
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   59. Jangan pernah temui Nona Agnes lagi

    (POV Viona)"Apa kau berpikir, setelah berhasil menikah dengan Calvin kau menjadi lebih unggul daripada Agnes?"Pertanyaan dari Pak Erick membuat dahiku berkerut. Dia menatapku dengan tajam dan sengit. Aku terdiam, tak percaya dengan ucapannya. Tapi apa maksudnya? Unggul katanya? Dia pikir ini sebuah kompetisi apa?"Kau sungguh tidak tau diri Viona, bagaimana bisa kau begitu tega merebut calon suami dari bosmu? Apakah tidak ada pria lain di dunia ini lagi, atau kau memang sudah tak laku?" Nada bicaranya semakin meninggi, penuh amarah."Apa maksud Bapak bicara seperti itu?" Jelas-jelas Pak Erick ini sedang menghinaku, tapi penghinaannya sungguh tidak berdasar. "Apa yang terjadi karena Nona Agnes, dan aku tidak percaya kalau Bapak tidak tau. Bapak pasti tau rencana ini dari awal.""Kau benar, aku memang tau dan itulah rencanaku. Tapi berani sekali, kau yang menjadi masa lalu Calvin menggagalkan semua rencanaku dan Agnes. Akan kupastikan kau

    Last Updated : 2025-01-24
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   60. Tipis dan seksi

    Namun, Kak Calvin tiba-tiba menarik tanganku dan menjauhkan tubuhnya dariku. Ada apa dengannya? Apakah dia tidak suka aku menyentuhnya? Aku terdiam, merasa sedikit kecewa."Iya, aku akan melakukannya. Sekarang kita harus cepat pulang, karena aku juga harus pergi ke kantor," sahut Kak Calvin, lalu kembali mengemudikan mobilnya.***(POV Calvin)Sentuhan Viona masih terasa hangat di pipiku, seperti bara api yang membakar kulitku. Jantungku berdebar kencang, seakan ingin meledak dari dada. Aku tak bisa berkonsentrasi bekerja, pikiran-pikiran tentang Viona memenuhi kepalaku.Akh, kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa dia sampai menyentuh pipiku? Apakah dia berniat menciumku?Tidak! Mustahil!Aku menggelengkan kepala, berusaha menepis pikiran yang menggelitik itu.Untuk apa Viona menciumku? Berhentilah berpikir yang tidak-tidak, Calvin! Kau benar-benar berlebihan.Drrrriingg!!Suara ponsel di dalam ka

    Last Updated : 2025-01-25
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   61. Bermain solo

    Astaga, apa yang Viona lakukan?Bisa-bisanya dia duduk di atas pahaku. Jika sudah begini, bagaimana bisa aku makan malam? Sementara ada sesuatu yang tertindih dan mulai bereaksi di bawah sana."Kakak mau makan sama apa? Aku ambilkan, ya?" Viona perlahan menuangkan nasi di atas piring. Aku menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya, wangi sekali dia dan membuatku sedikit gelisah."Terima kasih, tapi sepertinya kita makan nggak perlu dengan diposisi begini, Vio. Karena akan susah aku makannya," ucapku seraya menyentuh pinggang Viona, berniat memindahkannya. Tetapi perempuan itu justru semakin menahan bokongnya."Ih, Kak! Sekali-kali boleh dong, aku dipangku begini. Kenzie saja setiap makan selalu Kakak pangku, masa aku enggak?" sahut Viona, bibirnya mengerucut, dia juga menatapku dengan memasang wajah manja."Itu 'kan Kenzie, Vio. Lagian Kenzie itu masih kecil, sementara kamu udah gede." Konyol sekali Viona ini. Bisa-bisanya dia bandingkan dirinya dengan Kenzie? Aku mencoba menahan tawa, tapi

    Last Updated : 2025-01-25
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   62. Demi menggoda Kak Calvin

    (POV Viona)"Issshh, Kak Calvin nyebelin!"Degup jantungku berdesir kesal melihat Kak Calvin pamit ke kamar mandi dengan mengatakan mules. Mataku mengikuti punggungnya yang tegap menghilang di balik pintu, rasa jengkel menggerogoti hatiku.Aku yakin, itu hanya alasan belaka untuk menghindar.Kenapa sih dia selalu bersikap canggung di dekatku? Padahal, tadi kita sedang berciuman, bahkan aku sempat mengira kita akan bercinta.Apakah semua ini karena dia masih memikirkan Nona Agnes? Jika iya, rasanya sakit sekali.Tapi aku tak akan menyerah begitu saja. Aku akan terus berjuang untuk merebut hatinya. Aku sudah menyiapkan segalanya, bahkan sampai membeli dan memakai pakaian yang sedikit berani seperti ini, semua demi menggoda Kak Calvin, agar dia mau menyentuhku. Aku ingin dia merasakan betapa aku merindukannya, betapa aku menginginkannya.Kita sudah menikah, bukankah hal yang wajar jika kita bercinta? Jadi tidak ma

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 43. Ingat umur

    "Zea belum makan apa pun sejak siang tadi, Pak," lapor Akmal lirih, mendekat ke arah Kenzie. Sejak kedatangan Kenzie, dia duduk di depan kamar rawat. Kenzie tersentak lalu menoleh, tubuhnya tampak menegang. "Kok belum makan? Kenapa? Apa suster tidak mengantar makanan?" Suaranya bergetar, kecemasan terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. "Sudah, Pak. Tapi Zea menolaknya." "Harusnya kamu tawarkan makanan lain, Mal," desahnya, nada suaranya terdengar menyalahkan Akmal. Dia telah menitipkan Zea, dan seharusnya Akmal bisa bertanggung jawab sepenuhnya. "Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan rumahan, wajar kalau Zea tidak berselera." "Saya sudah menawarkan makanan dari restoran depan, Pak. Berbagai macam sudah saya belikan, dari makanan berat hingga yang manis. Tapi Zea tetap menolaknya. Lihat saja .…" Akmal menunjuk ke arah jendela. Beberapa bungkus makanan tergeletak tak tersentuh di atas meja. "Itu semua belum d

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 42. Sudah sepakat

    "Awalnya aku berencana seperti itu, Yah. Aku hanya ingin bertanggung jawab sampai bayi itu lahir, setelah itu aku akan meninggalkannya." Kenzie membeberkan rencana awalnya, baginya itu tak perlu ditutupi. Apalagi Ayah Calvin sudah memberikannya wejangan. "Tapi... sepertinya rencana itu harus aku urungkan." "Kenapa begitu? Apa karena kamu mau mendengarkan kata-kata Ayah?" Ayah Calvin bertanya, sebuah harapan tersirat dalam suaranya. "Banyak faktornya, salah satunya dari kata-kata Ayah juga. Aku akan menuruti." Kenzie mengangguk patuh, menunjukkan kepatuhannya pada ayahnya. "Tapi yang utama, karena Kakek, Yah." "Kakek?" Ayah Calvin mengerutkan dahi, bingung dengan penjelasan Kenzie. "Iya. Kakek Tatang. Dia menyukai Zea, dia kepengen Zea menjadi istriku." Penjelasan Kenzie semakin membuat Ayah Calvin penasaran. "Lho... bukannya kamu nggak bisa melihat hantu Kakekmu, ya?" Ayah Calvin menatap Kenzie dengan heran, bulu kuduknya merinding mengingat penampakan hantu mertuanya yang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 41. Tetaplah bersamanya

    "Kamu jangan percaya pada Heru, Yang. Dia berdusta. Anak ini anakmu, bukan anaknya!" Air mata Helen membanjiri wajahnya, tangisnya semakin pecah, suara pilu menggema di ruangan yang tiba-tiba terasa sempit dan pengap. Dia mencoba menjelaskan, membela diri, menyelamatkan pernikahannya yang sudah berada di ujung tanduk.Namun, Kenzie tetap diam, tatapannya kosong, tak bergeming.Ayah Calvin, dengan wajah yang menggambarkan beban berat yang dipikulnya, akhirnya angkat bicara. Suaranya berat, menahan beban emosi yang tak kalah besarnya. "Pak Janur... Bu Hanum... sepertinya, ikatan keluarga kita harus berakhir sampai di sini. Kita harus menerima keputusan Kenzie." Kata-kata itu, yang keluar pelan namun menusuk, seperti palu yang menghantam dada Papi Janur dan Mami Hanum.Mami Hanum, dengan suara bergetar menahan tangis, menatap besannya dengan tatapan penuh harap. "Kok Bapak malah mendukung perceraian?" suaranya meninggi, mengungka

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 40. Mulai goyah

    "Biar aku, Yah," kata Kenzie, suaranya terdengar berat. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum mulai bercerita. "Sebelum menikah, aku berpacaran dengan Helen selama lima tahun. Tiga tahun di antaranya kami bertunangan, bahkan sebelum kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku sengaja ingin bertunangan dulu, sebagai bukti keseriusan hubungan kami meskipun jarak memisahkan."Kenzie berhenti sejenak, mencoba mengendalikan emosinya. "Selama lima tahun pacaran… aku selalu menjaga kehormatan Helen, kami belum pernah berhubungan badan. Tapi ... di malam pengantin kami, aku merasa terkejut saat mengetahui Helem sudah tidak suci lagi.""Tidak suci?!" seruan Ayah Calvin, Bunda Viona, Opa Andre, dan Oma Dinda menggema di ruangan, suara mereka bercampur antara keterkejutan dan kemarahan. Mata mereka melebar tak percaya.Ekspresi terkejut dan tak percaya juga terpancar dari wajah Papi Janur dan Mami Hanum. Suasana tegang mencapai puncakn

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 39. Mediasi

    "Izinkan aku hidup mandiri. Aku tidak mau tinggal satu atap dengan Bapak. Tapi Bapak tidak perlu khawatir… setelah aku melahirkan, aku akan menyerahkan bayi ini kepada Bapak." Kata-kata itu keluar pelan, mengandung beban berat yang hanya dia sendiri yang mengerti. "Dan sebelum aku melahirkan… Bapak dilarang menemuiku. Biarkan aku hidup dengan bebas, sesuka hatiku." Dia meminta kebebasan, sebuah ruang untuk bernapas dan menenangkan jiwanya yang terluka."Tidak!" Kenzie menggeleng cepat, penolakannya keras dan tegas. Bagi dia, permintaan Zea itu sama saja dengan ditinggalkan. "Kita kan suami istri, Zea. Hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Kita harus satu atap, kamu tidak boleh pergi meninggalkanku." Egoisnya terpancar jelas, dia hanya memikirkan keinginannya sendiri."Kalau kita satu atap terus… bisa-bisa semua orang tau kalau kita ada hubungan, Pak," Zea mencoba menjelaskan dengan tenang. "Bapak jangan menyepelekan hal seserius ini, ini sangat beri

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 38. Ada syaratnya

    Mata Zea perlahan terbuka, berat dan terasa berpasir. Cahaya redup menyilaukan sejenak, sebelum akhirnya dia mampu membiasakan penglihatannya. Ruangan putih bersih mengelilinginya, bau disinfektan khas rumah sakit menusuk hidungnya.Dia memutar kepala perlahan, melihat dinding-dinding yang polos, perlengkapan medis yang terpasang rapi di samping tempat tidur, dan jendela yang tertutup tirai putih tipis. Kejutan menusuk kesadarannya."Eh, ini seperti ruangan rumah sakit, kan??" gumamnya lirih, suaranya serak dan lemah. Dia mencoba duduk, merasakan nyeri menusuk di perut bagian bawah.Ingatannya kembali pada kejadian sebelumnya; sakit perut yang luar biasa, desakan-desakan kambing yang mengerikan di dalam kandang, kehilangan kesadaran... "Ooohh... pasti ini gara-gara aku sakit perut dan kena desak-desakan kambing. Tapi, siapa kira-kira yang bawa aku ke rumah sakit? Jangan bilang kalau ...." Pikirannya melayang, mencoba menebak siap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 37. Kondisinya memprihatinkan

    Air mata Kenzie membanjiri pipinya, deras dan tak terbendung tanpa permisi. Meskipun awalnya dia tak begitu mendambakan kehadiran anaknya, namun kabar tentang kemungkinan kehilangannya telah menusuk kalbu jauh lebih dalam daripada yang pernah dia bayangkan. Sekelebat Kenzie membayangkan wajah mungil anaknya. bayangan kehidupan kecil yang mungkin tak akan pernah ada, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. "Tidak, Pak. Anak Anda baik-baik saja." Suara dokter itu seperti bisikan samar dari dunia lain, tak mampu menembus kabut kesedihan yang menyelimuti Kenzie. Matanya membulat, tak percaya, dipenuhi kebingungan yang membingungkan. "Se-serius itu, Dokter? Anak saya… baik-baik saja?" "Ya, Pak." Dokter itu mengangguk pelan, mencoba menyampaikan kabar baik dengan hati-hati, memahami guncangan emosi yang tengah dialami Kenzie. Kata-kata dokter itu perlahan mengurai simpul kesedihan yang mencekik dada Kenzie, seakan melepaskan ikatan yang menghimpit napasnya. Dia segera mengusap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 36. Anakku sudah meninggal?

    Papi Janur terdiam, matanya menerawang, mencoba mengingat-ingat apakah dia mengenal seseorang bernama Heru. Nama itu terasa asing, namun sebuah rasa gelisah mulai menggelitik."Berhubung Bapak dan Ibu sudah ada tamu... izinkan kami pamit. Urusan saya dan istri juga sudah selesai, tinggal kita rundingan Kenzie dan Helen saja," ujar Ayah Calvin, tangannya sudah meraih gagang kursi. Namun, Papi Janur menahannya dengan tatapan hangat."Silakan minum kopi dan tehnya dulu, Pak, Bu. Baru pulang," pinta Papi Janur, suaranya lembut namun tegas.Ayah Calvin dan Bunda Viona mengangguk, segera menyesap minuman yang telah terasa dingin namun masih nikmat di tenggorokan."Kalau ada informasi tentang Kenzie... mohon segera hubungi saya atau Helen," pinta Papi Janur, seraya menjabat tangan Ayah Calvin. "Saya juga akan ikut mencarinya besok.""Tentu, Pak. Semoga segera ada kabar baik. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Mereka mengant

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 35. Dia istriku

    "Lho... kenapa itu, Pak?" tanya Kenzie, menunjuk kandang kambing dengan jari telunjuknya. Kawanan kambing itu makin menggila, berlarian tak karuan, menggerakkan tubuh mereka dengan panik, menimbulkan suara gaduh yang semakin menambah kekacauan. Fokus Kenzie buyar, teralihkan oleh kekacauan di hadapannya. Pria paruh baya itu, yang sebenarnya adalah ketua RT setempat, langsung berlari menuju kandang, langkah kakinya tergesa-gesa. Dia memeriksa setiap sudut kandang, mencari sumber kegaduhan. Bau kambing yang menyengat menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma tanah dan sesuatu yang... aneh. Pandangan matanya terhenti pada sesosok tubuh yang tergeletak di pojok kandang, tersembunyi di balik tumpukan jerami yang berserakan. "Pak! Pak! Ada orang pingsan di dalam!" teriaknya, suara panik tersiar di antara suara kambing yang masih berisik. Dengan tangan gemetar, dia buru-buru membuka pintu kandang yang terbuat dari kayu lapuk. "Ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status