Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 55. Kau Tak Suka Hamil Anakku?

Share

55. Kau Tak Suka Hamil Anakku?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-04-22 14:09:05
Alih-alih pergi, Kayden malah duduk di tepi ranjang rawat Liora, kedua tangannya yang berbalut dalam kemeja lengan panjang yang digulungnya hingga ke siku itu terlipat, bersedekap.

“Kamu tidak akan ganti?”

‘Masa bodohlah!’ ucap Liora dalam hati, tak peduli.

Mengusirnya dan beradu mulut tak penting hanya akan semakin menguras tenaganya, bukan? Sikapnya yang keras kepala seperti peranakan batu pasti tak akan mengabulkan permintaan Liora agar ia pergi.

Liora melepas pakaian pasien itu. Tak ada kesulitan pada tangan sebelah kanannya. Tapi begitu berpindah ke tangan kiri, barulah Liora sadar ia tak bisa melakukan ini sendirian.

Tangan kirinya yang masih tergantung dengan infus itu tak bisa bergerak secara leluasa.

Ia membeku, untuk beberapa saat mencari cara agar ia bisa menyelesaikan ini tanpa perlu meminta bantuan Kayden.

Haruskah ia panggil perawat saja?

Tapi jika hal itu ia lakukan, Kayden jelas akan marah. Barangkali ia mengatakan, ‘Kau buta? Tidak bisa melihat aku di sini dan
Almiftiafay

apakah hari ini akan ada bonus??? 🤣🤣🤣 penasaran yaaaa 🤗

| 14
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
jalanin aja sampe punya si kembar dan menua bersama gitu
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
sebenernya bukan masalah hamil tapi ada suasuatu yg mengganjal hati Liora untuk nanti kedepannya...entah lah,cuma dia yg tau
goodnovel comment avatar
Titi Luaha
entahlahhh baca baca sikap key key hy senyum senyum sj kyaknya ada roma2 hati batu es yg akan meleleh......... bonusssss thourrr... mkch ya... lanjutttt bonusnya thourrr...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    56. Perubahan Sepucuk Kuku

    ‘Bukan soal aku suka atau tidak suka karena hamil anaknya,’ batin Liora. Yang ia pertanyakan adalah bagaimana mereka ke depannya. Sebab kehamilan ini adalah sesuatu yang terjadi di luar apa yang mereka sepakati di perjanjian. Ia menunduk, menghindari tetapan Kayden. Menata kata untuk memberi jawaban. Haruskah ia katakan ia tidak keberatan? ‘Apa jika aku katakan itu nanti Kayden akan mengatakan padanya juga apa rencana kita ke depannya?’ Ia menghela dalam napasnya. Ini seperti bergantung pada pengharapan yang tak ada kepastiannya. Maniknya yang semula tertunduk lalu kembali menatap Kayden. “Saya—“ Salah satu alis lebat Kayden terangkat. Tapi sebelum Liora sempat bicara lebih jauh, pintu ruang rawat terbuka. Saat Liora menoleh ke pintu berdaun dua itu, seorang perawat berseragam serba putih datang menghampiri keduanya. “Nona Liora mari ke ruang USG,” pintanya. “Tuan Kayden jika berkenan silakan ikut.” Tadinya Liora berpikir Kayden hanya akan bergeming dengan duduk di s

    Last Updated : 2025-04-23
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    57. Mustahil Jatuh Cinta

    ‘Mana mungkin? Mustahil!’ bantah Liora dalam hatinya habis-habisan! “B-bukankah semua manusia harus saling menyayangi?” tanggap Liora sekenanya. “Sebaiknya Papa tidak mengandaikan hal seperti itu!” sahut Kayden. Dengus napasnya terdengar berat sebelum ia satu jarak menjauh, kali ini membiarkan Liora berjalan melewatinya untuk bisa duduk di ranjang. “Selain meminta agar Liora menjaga kesehatan, Papa sendiri juga harus melakukan itu. Awas saja kalau tiba-tiba stroke!” Liora yang menyimak percakapan itu menggeleng mendengarnya, ‘Benar-benar hubungan yang buruk antara ayah dan anak,’ pikirnya. Tapi sepertinya Tuan Owen sudah terbiasa dengan sikap atau mulut kejam Kayden sehingga beliau hanya tersenyum. “Semoga nanti saat anakmu lahir tidak kejam seperti Kayden, Liora. Tapi lembut sepertimu,” ujar beliau, melemparkan seulas senyum, sekali lagi. “Tuan silakan duduk.” Liora mempersilakannya. “Tidak perlu, Papa hanya mampir untuk memastikan bahwa kamu baik-baik saja,” tolak Tuan Owen

    Last Updated : 2025-04-23
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    58. Hasutan!

    Setelah memikirkan semua itu, dadanya terasa sangat sesak. Julia membeku untuk lebih dari enam puluh detik dengan tidak melakukan apapun. Langkahnya seperti terantuk batu, ia telah pupus harapan agar bisa bersama dengan Kayden kembali. ‘Bagaimana sekarang?’ batinnya dilanda keresahan yang tak berpenghujung. Seorang Juliana Dean benar-benar tak bisa memiliki Kayden? ‘Lalu sekarang aku bagaimana?’ Haruskah ia melepas Kayden dan mencari cara lainnya? ‘Atau mengambil hatinya bagaimanapun caranya?’ Langit-langit lobi Evermore dan lampu chandelier-nya seakan jatuh menimpa kepalanya. Berat dan remuk, hatinya luluh lantak. Percakapan dengan diri sendiri itu berakhir saat ia mengayunkan kakinya pergi dari sana sembari memikirkan cara untuk mencegah hubungan Kayden dan Liora bergulir lebih jauh. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah Nyonya Rose. Julia tahu betul bahwa ibunya Kayden itu sama sekali tak suka dengan Liora. Ia bisa memanfaatkan wanita itu, setidaknya itu yang bisa ia p

    Last Updated : 2025-04-23
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    59. (Bukan) Wanita Pembawa Sial

    “Kayden!” jerit Nyonya Rose lantang. Liora yang berdiri di dekat Kayden terkejut dibuatnya. Bahunya menjengit, jantungnya seakan lepas. Gema suara Nyonya Rose seperti akan menghabisi apapun yang ada di hadapannya. Entah itu anak lelakinya yang kaku ini, atau bahkan … Liora. Liora satu jarak mundur, menahan napas memandangi muka merah Nyonya Rose. “Kenapa kamu jadi kurang ajar?!” tanya Nyonya Rose, matanya yang ada di bawah alis lebat itu memelotot. Sedang Kayden yang mendengar semua itu seperti sudah terbiasa. Ia masih terus menunjukkan wajah tenangnya saat mendorong napasnya dan mengembalikan tanya itu. “Bukankah dari dulu aku kurang ajar seperti ini?” “Tidak! Liora yang mempengaruhimu untuk menjadi seperti ini!” bantahnya. “Lihat, dia telah memberikan efek yang buruk untukmu! Memang wanita pembawa sial!” “MAMA!” Ketenangan bak bunga teratai yang sedari tadi dimiliki oleh Kayden mendadak lenyap. Sepertinya ia sudah jenuh dengan berbagai kalimatnya yang tak jelas mengarah ke ma

    Last Updated : 2025-04-24
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    60. Lebih Mencintai Siapa?

    ‘Apa jawaban Kayden?’ Liora bertanya-tanya dalam hati karena ia tidak mendengar suara pria itu. Pandangannya temaram, telinganya berdengung saat kepalanya bertambah pening. Saat kesadaran seperti hampir hilang, Liora merasakan tubuhnya terangkat teriring suara Kayden yang mengatakan, “Berbaringlah ….” Kayden lah yang mengangkatnya. Tangan besar pria itu merengkuh pinggang Liora dan membuatnya berbaring di atas ranjang rawat. Liora melihat pria itu menekan tombol panggil perawat. Alis lebatnya sedikit berkerut, meski wajahnya tidak menunjukkan banyak perubahan, tapi entah kenapa Liora seperti menjumpai samar kekhawatiran dari sorot matanya. Di belakang Kayden, sosok Julia berdiri terpancang. Tangan gadis itu yang semula menggenggam tangan kiri Kayden pun tidak lagi demikian. Ia di sana, memandang Liora dengan matanya yang berair sebelum kembali memandang Kayden. “Kayden—“ “Aku tidak ada waktu, Julia!” potong Kayden tanpa menoleh ke arahnya. Tangan besar Kayden menarik selimut u

    Last Updated : 2025-04-24
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    61. Tawaran Yang Menggiurkan

    Jika kemarin Kayden seharian ada di rumah sakit, hari ini pria itu tidak tampak batang hidungnya sejak pagi. Saat Liora membuka mata, Kayden sudah tak terlihat. Tidak ada pesan yang ia tinggalkan selain sebuah paper bag berisikan toast dari brand terkenal yang ada di atas meja. Sewaktu perawat masuk dan memeriksanya, mereka mengatakan bahwa, ‘Seseorang yang diminta Tuan Kayden mengirimkan itu, Nona Liora. Kalau tidak salah namanya Pak Evan.’ Setelah mandi dan berganti pakaian—kali ini ia bisa melakukannya sendiri karena di tangannya tak lagi ada selang infus—Liora mengintip isi paper bag tersebut. Toast, sepertinya menu spesial. Yang saat ia melahapnya, rasanya sangat enak. Setelah beberapa hari tidak berselera makan, dengan toast yang dihabiskannya hingga tak bersisa pagi ini sepertinya ia telah menemukan gairahnya kembali. Ruangan menjadi tenang sejak tak ada Kayden di dalamnya—meski sebelumnya pun seperti itu karena mereka hanya berbincang sesekali. Mendekati sore hari,

    Last Updated : 2025-04-24
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    62. Dua Pria Kembali Berseteru

    Dari dalam ruang rawatnya, Liora melihat dua pria yang bertemu di luar itu seperti akan mengulangi baku hantam yang mereka lakukan seperti di ruang Presdir. Dan sebelum ada yang terluka—terutama Leo—Liora yang semula hanya berdiri tegang menatap dari jendela kemudian beringsut lari ke sana. Ia membuka pintunya, membuat Leo menoleh lebih dulu sementara Kayden hanya memandangnya melalui sudut mata. Liora memang tak mendengar apa yang sebelumnya mereka perdebatkan, tapi sepertinya itu sesuatu yang sama seperti yang terjadi di dalam ruang Presdir sebab saat Liora membuka pintunya tadi, beberapa kata bernada peringatan dari Kayden masih bisa ia tangkap. “Berhenti mencemaskan istri orang!”—Kurang lebih seperti itu. “Jangan bertengkar,” pinta Liora, menatap dua pria itu bergantian. Yang lebih berapi-api itu adalah Leo, seolah ada bara di matanya saat menatap Kayden dan menyudutkannya hingga nyaris membentur dinding. “Tolong jangan bertengkar,” ulang Liora sekali lagi. Leo mendengus sa

    Last Updated : 2025-04-25
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    63. Dari Leher Hingga Sebatas Paha

    “Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Liora seiring langkah mundurnya, memastikan handuk yang dipakainya itu masih melekat erat di tubuhnya. ‘Sial!’ batin Liora saat ia menyadari bahwa handuk yang dikenakannya sore hari ini bukanlah handuk kimono, melainkan handuk lilit biasa yang melindunginya dari bawah leher hingga sebatas paha. Dan seolah tak terganggu dengan teriakan atau keterkejutan Liora, Kayden masih duduk dengan kaki ditumpuk menyilang di sana. Maniknya yang segelap kemejanya memindai Liora dari bawah hingga ke atas sebelum berhenti pada netranya yang bergoyang gugup. Entah apa arti pandangannya itu. Kayden seperti sedang menikmati apa yang dilihatnya dan malah sengaja membiarkan Liora berdiri kikuk. “Kenapa?” tanya Kayden dengan nada yang datar, tak mempedulikan piasnya wajah Liora menjumpai kemunculannya yang mendadak. “Melihat hantu?” “A-anda membuat saya terkejut,” jawab Liora, kembali mengambil langkah mundur saat Kayden berdiri. “Datang tidak mengetuk pintu, baga

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    71. Bibir Di Dagu, Tangan Di Bahu

    'Apa yang akan dilakukan Kayden nanti saat sudah sampai rumah?' tanya Liora dalam hati, menggerutu seperginya ia dari ruangan di dalam hall menuju ke parkiran. 'Apa dia benar-benar menganggap aku memulai pertengkaran dengan mantan pacarnya?'"Kakiku rasanya seperti akan lepas."Ia menunduk, memperhatikan kakinya dan heels yang dikenakannya.Meski ini bukan heels dengan hak tinggi, tapi malam ini rasanya sangat sakit di kakinya. Sepertinya heels-nya kekecilan. Kayden memberinya heels yang salah ukuran.Ia terus berjalan untuk menemukan sedan milik Kayden yang ia tahu terparkir di blok VIP, berbeda dengan mobil milik para tamu undangan.Menjumpai lambang flying lady di bagian depannya, Liora bisa memastikan bahwa itu adalah sedan milik Kayden—barangkali yang paling mahal daripada semua sedan yang terparkir di tempat itu.Saat ia mendekat, kaca mobilnya terbuka, Kayden lebih dulu ada di dalam sana dan meminta Liora untuk masuk."Masuk!"Tanpa ada jawaban yang keluar dari bibir Liora. Ia

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    70. Liora Baldwin, Kau Bukan Hanya Pemanis

    'Liora Baldwin?' ulangnya dalam hati.Dari sudut matanya, Liora bisa melihat Evan yang tersenyum, senyum yang aneh seakan ini adalah pemandangan yang langka yang pernah diabadikan oleh matanya.Meski dikatakan dengan sedikit lebih lembut, tapi tetap saja Kayden dan mata serigalanya itu tak berubah.Liora berpikir, 'Apa mungkin nanti kalau bayinya lahir dia juga akan memerintah anaknya seperti dia memerintahku?'Singkat, kejam dan keras hati begitu?"Haruskah aku menunggumu sampai tujuh kali reinkarnasi?"Kalimat Kayden menarik kesadaran Liora. Ia mendorong napasnya, meski enggan ... bukankah Liora tak memiliki pilihan lain? Akhirnya ia melingkarkan tangannya ke lengan Kayden.Mereka berjalan beriringan untuk keluar dari ruangan itu.Evan membukakan pintu untuk mereka berdua. Bukan pintu tempat Liora masuk tapi pintu lainnya yang saat mereka melewatinya, hall tempat dilangsungkannya acara terlihat."Wah ...."Suara hadirin yang sudah lebih dulu di sana saling bersahutan saat melihat k

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    69. Wanita Bergaun Byzantium Gelap

    “Kamu menangis?” tanya Kayden begitu melihat pipi Liora basah oleh air mata.Liora dengan gegas menghapusnya, memindah pandangannya dari Kayden saat pria itu kembali bertanya, “Kamu sungguh terbebani dengan bayiku?”“Tidak—“ sangkal Liora. “Saya menangis bukan karena itu.”“Lalu?”“Karena itu kalimat Anda yang terdengar paling manusiawi selama saya hidup di sini.”Kayden tertegun mendengar kalimat Liora. Sedang gadis itu tak peduli apakah Kayden akan tersinggung dengan menyebutnya ‘manusiawi’ karena memang sebelum-sebelumnya ia tidak bersikap seperti itu.Jika sampai Kayden bertanya memangnya kalimat seperti apa yang dikatakannya sampai Liora tidak menganggapnya sebagai manusia, ia sudah siap merangkumnya.Tapi pria itu terlihat tak begitu ingin menanggapinya. Wajahnya berpaling dengan enggan, tangannya menarik selimut sembari memiringkan tubuhnya untuk memunggungi Liora."Tidurlah," katanya. "Jangan begadang, nanti kamu darah tinggi."Liora mendengus, lalu mengikuti Kayden berbaring

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    68. Sentuhan Hangat

    Untuk beberapa saat bibir Liora terasa membeku. ‘Menyentuh perutku dia bilang?’ tanyanya dalam diam, tak mempercayai bahwa kalimat itu diucapkan oleh Kayden, pria dingin tak punya hati yang kerap kali disebut Liora sebagai ‘iblis’.Jika Liora menolak, bukankah artinya ia yang bersikap tidak baik?Bagaimanapun, Kayden adalah ayah bayi yang dikandungnya.Ah—atau bolehkah Liora menyebutnya sebagai ... ‘anak kita’?“B-boleh,” jawab Liora dengan gugup meski ia tak yakin anggukan samarnya dapat dilihat oleh Kayden.Pria itu mendekat, menggeser tubuhnya agar tak begitu renggang dengan Liora.Liora menahan napasnya saat tangan besar Kayden menyingkap perlahan selimut yang menutupi separuh bagian tubuhnya sehingga gaun tidur yang ia kenakan sekarang tampak jelas.Telapak besar itu singgah di perutnya yang mendadak didatangi ribuan kupu-kupu. Darahnya berdesir, ia berdebar, di antara semua kontak fisiknya dengan Kayden, baru kali ini rasanya sangat hangat.Liora mencuri pandang pada Kayden, pri

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    67. Merasakanmu

    Sudah lebih dari beberapa hari sejak kejadian di studio, tapi bagi Liora tak ada tanda-tanda bahwa Kayden akan mengajaknya bicara.‘Tidak apa-apa,’ pikir Liora setiap kali Kayden tak peduli dengan apakah ia masih hidup ataukah sudah mati di dalam rumahnya.Karena dengan terjadinya perang dingin, akan meminimalisir pertengkaran mereka.Sore ini, Liora sangat bosan dengan tak adanya kegiatan.Setelah duduk cukup lama di ruang makan, Liora memberanikan diri untuk mengirim pesan pada Kayden.[Saya ingin makan käsespätzle, bolehkah saya membuatnya?]‘Izin dulu agar saat Kayden pulang nanti dia tidak memintaku menyingkirkan makanannya,’ batin Liora sembari meletakkan ponselnya ke atas meja untuk meraih potongan apel yang diberikan oleh Annie.Kurang dari satu menit, pesan balasan dari Kayden datang.Anehnya, itu bukan sebuah larangan.Melainkan [Iya.]Dengan imbuhan [Buat lebih banyak, aku ingin mencobanya juga.]“Uhukk—“ Liora tersedak sewaktu membaca itu. Ia hampir saja menelan apel itu t

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    66. Detak Liar Di Dada

    “F-Freya,” jawab Liora setelah ia memaksakan dirinya untuk membuka bibir.Setelah jawaban itu, jemari Kayden yang ada di dagunya perlahan mengendur. “S-seperti yang tadi saya katakan pada Anda,” imbuhnya. “Saya bertemu dengan Freya, dia meminta bantuan saya untuk datang ke studio itu.”Dalam hati, Liora dirundung ketakutan setelah jujur akan hal itu. Apa yang akan terjadi pada Freya setelah ini? Jantungnya berdegup seakan besok tak akak berdetak lagi.Liora pun juga cukup bingung dengan tindakan sahabatnya itu yang justru mengumpankan dirinya di dalam situasi yang tidak menguntungkannya.Pemotretan berkonsep lingerie?Kayden menarik tangannya dari dagu Liora. Helaan dalam napas pria itu terlihat saat dadanya berdenyut, “Apa kamu bisu?” tanya Kayden. “Kamu tidak menanyakan dulu pekerjaan macam apa yang dia tawarkan?”“Maaf. Saya tidak tanya karena saya tidak mengira kalau Freya akan meminta saya ke tempat seperti itu. Dia seperti bukan dirinya, Tuan Kayden.”“Bukan dirinya bagaimana?”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    65. Pria Penolong Liora

    Kayden sekilas menoleh ke belakang, menunggu jawaban Liora yang gemetar di tempatnya berdiri. Bukan hanya gemetar karena melihat pandangan Kayden yang seperti akan membunuh apapun, tapi juga karena yang baru dialaminya. Liora berpikir ia akan terjebak di dalam sana dan tak bisa keluar, ditelanjangi paksa, dilecehkan lalu akan habis di tangan Kayden.Tapi takdir masih memberinya belas kasihan dengan menurunkan pertolongan untuknya. Meski ia tak tahu bagaimana caranya Kayden menemukannya di sini, ia sangat berterima kasih untuk itu.“Ah, jadi semua bajingan di sini mengambil peran?” tanya Kayden yang menarik kembali kesadaran Liora. Pria itu memutar kepalanya kembali ke depan.Seorang model pria yang tadi ditampar oleh Liora berseru dari dekat ranjang saat bertanya, “Siapa lagi yang baru datang ini? Sama-sama pengacaunya?”Sepertinya tidak semua orang yang ada di sana mengenali seorang Kayden Baldwin. Itu dibuktikan oleh tanya yang keluar dari bibirnya itu.Tetapi fotografer yang ada

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    64. Terjebak Di Pemotretan Lingerie

    Sekarang Liora tahu mengapa set pemotretan itu terlihat aneh baginya.Karena saat Liora masuk tadi, sebuah ranjang besar dengan taburan bunga mawar merah disiapkan.Beberapa model pria dan wanita sudah bersiap di sana dan beberapa dari mereka juga menggunakan kain untuk menutupi tubuh mereka.Semua itu beralasan, ranjang itu adalah properti yang akan digunakan, seolah mereka adalah pasangan suami-istri.Selain lingerie, saat Liora mengedarkan pandangannya pada gantungan baju yang ada di sebelah kanannya, beberapa pakaian dalam dan bikini sudah disiapkan.‘Apa Freya juga tidak tahu soal ini?’ tanya Liora dalam hati, mendorong napasnya yang tiba-tiba terasa sesak.Tidak mungkin ‘kan temannya itu sengaja membawanya ke sini agar terjebak?Liora masih mencoba memikirkan hal yang baik pada Freya sebelum ia tak menemukan gadis itu di sudut manapun di dalam studio.Saat ia keluar dari ruang ganti, Freya lenyap, tak berjejak. Hanya ada fotografer dan orang-orang yang bekerja serta para model y

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    63. Dari Leher Hingga Sebatas Paha

    “Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Liora seiring langkah mundurnya, memastikan handuk yang dipakainya itu masih melekat erat di tubuhnya. ‘Sial!’ batin Liora saat ia menyadari bahwa handuk yang dikenakannya sore hari ini bukanlah handuk kimono, melainkan handuk lilit biasa yang melindunginya dari bawah leher hingga sebatas paha. Dan seolah tak terganggu dengan teriakan atau keterkejutan Liora, Kayden masih duduk dengan kaki ditumpuk menyilang di sana. Maniknya yang segelap kemejanya memindai Liora dari bawah hingga ke atas sebelum berhenti pada netranya yang bergoyang gugup. Entah apa arti pandangannya itu. Kayden seperti sedang menikmati apa yang dilihatnya dan malah sengaja membiarkan Liora berdiri kikuk. “Kenapa?” tanya Kayden dengan nada yang datar, tak mempedulikan piasnya wajah Liora menjumpai kemunculannya yang mendadak. “Melihat hantu?” “A-anda membuat saya terkejut,” jawab Liora, kembali mengambil langkah mundur saat Kayden berdiri. “Datang tidak mengetuk pintu, baga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status