Share

Cek 10 Juta

Author: Call Me Ans
last update Last Updated: 2023-09-22 10:00:02

            Satu bulan setelah kunjungan di Perairan Dumadi

            “Pagi semuanya…” sapa Hana yang baru saja melewati pintu masuk kantor.

            “Pagi Bu Hana…” jawab anak office yang ada di bawah serempak.

            Saling sapa pagi hari adalah salah satu kebiasaan baru yang Hana buat untuk dirinya sendiri sejak 2 minggu yang lalu. Sebelum melenggang masuk ke dalam kantornya sendiri, Hana selalu menyapa mereka yang sudah datang lebih dulu.

Siapa lagi dalang pengusulnya kalau bukan Pak Robert. Walaupun awalnya Hana malas menuruti, tapi melihat bagaimana karyawan PT. Cakra jadi berubah menghormatinya membuat Hana berpikir; ini bukan ide yang buruk.

&l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Makin Tua Makin Cinta   Bumi dan Langit

    Siapa yang menyangka, Hana yang awalnya mengira tak akan betah lama di PT. Cakra sekranag menelan bulat-bulat air ludahnya sendiri. Makin ke sini lahkah Hana malah semakin rigan. Seperti menemukan keluarga baru yang punya tujuan satu yaitu memajukan PT. Cakra sebagai bentuk terima kasih kepada Pak Robert. Bukan rahasia lagi, sosok Pak Robert dengan semua ketegasan dan sifat killernya malah semakin membuat banyak karyawan hormat padanya. Laki-laki yang rendah hati mendengarkan semua ide dari bawahannya termasuk Hana. Juga laki-laki yang rendah hati membantu mereka semua yang sedang terjebak kerumitan hidup. Alhasil, rasa hormat lahir dengan sendirinya tanpa perlu Pak Robert minta. “Oke kita sud

    Last Updated : 2023-09-22
  • Makin Tua Makin Cinta   Perseteruan Kecil di Restoran

    “Meja sepuluh?” Arya mengangkat kedua alis, benar-benar mengabaikan Hana. Menganggap Hana tak ada, atau menganggap ia tak pernah mengenal Hana sama sekali seumur hidupnya. “Benar.” Pak Robert mengembangkan senyum. “Meja sepuluh. Kamu bisa liat sendiri nomor mejanya bukan?” Arya balas tersenyum, membungkukkan badannya sopan. “Maaf. Saya cuma memastikan.” Tak lama setelah itu, dua orang pelayan yang mengenakan seragam sama dengan Arya mulai menurunkan satu persatu piring berisi hidangan yang Pak Robert pesan. Satu mangkuk salad, satu porsi steak large, kentang goreng, satu porsi spageti small, dan beberapa camilan lain termasuk hidangan desert. Minuman m

    Last Updated : 2023-09-23
  • Makin Tua Makin Cinta   Dampak Kemunculan Arya

    “Kamu kenapa lagi sih, Han? Udah bener-bener kamu jauhin Arya. Sekarang kamu kejar-kejar lagi di,” ucap Pak Robert sambil mengantar irisan daging steak pertamanya ke dalam mulut. Gerakan tangan Hana yang tadinya hendak menyantap selembar daun selada ke dalam mulut terhenti. “Siapa sih yang ngejar-ngejar Arya?” Dahinya mengerut. “Orang aku cuma memastikan dia beneran Arya atau bukan. Itu aja kok, Pak. Nggak lebih.” Diakui atau tidak, terbukti kepergian Arya mendatangkan dampak positif untuk Hana. Perempuan dua puluh satu tahun ini karirnya menanjak pesat sejak tidak ada lagi Arya di dalam hidupnya. Semua perkerjaan yang Pak Robert berikan disikat habis tanpa ada kesalahan berarti.&n

    Last Updated : 2023-09-24
  • Makin Tua Makin Cinta   Cekcok

    Angin malam Kota Jakarta yang kasar dan kotor bertiup menerbangkan anak rambut Hana. Berkali-kali Hana tampak sibuk membenahi anak rambutnya. Bahkan terhitung lebih sering membetulkan anak rambutnya daripada bicara dengan pria yang duduk di seberang mejanya. “Kenapa akhirnya kamu mau ketemu sama aku?” Hana menggigit sedikit lapisan bibirnya yang kering, menahan bibirnya agar tidak tersenyum kaku menyadari betapa konyol pertanyaannya barusan. Jelas Arya mau. Bagaimana tidak, Hana mengiming-imingi Arya dengan embel-embel mengikhlaskan uang sepuluh jutanya. Tapi sebenarnya, jauh di dalam hati Hana mau mendengar alasan yang entah. Entah itu kalimat kangen, kalimat ingin bertemu dengan Hana karena rindu, atau sejenisnya.&

    Last Updated : 2023-09-24
  • Makin Tua Makin Cinta   Yang Tidak Hana Tahu

    Hening seketika mengambil alih percakapan. Setelah tamparan yang telak, Arya yang wajahnya sampai berputar cuma bisa diam memegangi pipi kirinya. Sementara Hana, di seberang meja ia tampak berdiri mematung. Napasnya memburu, amarahnya meluap-luap, meski berderai air mata, Hana masih cukup berani menatap Arya tajam. “Gue pengen ketemu sama lo bukan buat ribut, Ya.” Hana melipat kedua kakinya, mendaratkan pantatnya kembali ke kursi meski rasaya ia masih ingin menampar Arya lagi. “Gue coba ngomong baik-baik sama lo. Gue pengen hubungan kita baik-baik lagi. Walaupun nggak bisa kayak sebelumnya tapi minimal kita masih temenan. Nggak kayak sekarang.” Arya memperpanjang kebisuannya. Lagipul tak ada yang perlu ia jawab. Pertemuan mereka di lantai dua coffe

    Last Updated : 2023-09-24
  • Makin Tua Makin Cinta   Mendesak

    Sinar matahari pagi yang mengintip di balik jendela kamar membawa pulang Hana dari indahnya pulau mimpi. Alarm ponsel menyusul, tangan Hana terpaksa bergerak menyibak selimut tebal yang menutupi wajahnya. Udara pagi yang masih segar mengantar tubuhnya menyibak tirai jendela kamarnya kebar-lebar. Sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku, tak lupa ia merapikan kamar tidur seperlunya. Baru jam 6 pagi, masih cukup waktu untuk Hana sebelum terjebak kesibukan kantor. Bath up di kamar mandi jadi pilihan. Air hangat yang merendam tubuhnya terkecuali sebagian wajah dan hidung seperti memberikan pijatan untuk tubuh dan kepala Hana yang penat. Setengah jam berlalu sejak ia membuka mata hari ini. Hana sudah duduk di meja makan. Berhadapan roti lapis isi cokelat kesukaannya.

    Last Updated : 2023-09-25
  • Makin Tua Makin Cinta   Tidak Semena-mena

    Awalnya, Pak Robert sedikit kaget mendengar pertanyaan Hana. Tapi hanya dalam sekejap, ia buru-buru mengubah mimik mukanya jadi biasa lagi. Menarik napas panjang, sebagai bos di tempat ini ia tak mau kalimat yang keluar dari mulutnya justru memperkeruh suasana. Ia harus tenang, meski sadar kalau bangkai yang selama ini ia tutupi akhirnya tercium Hana juga. “Kamu benar-benar mencari tahu soal itu ya ternyata.” Riuh ruang kantor di jam istirahat mendadak menjauh. “Aku sampai nggak menyangkanya loh. Hebat.” “Saya sedang nggak ingin diajak bercanda, Pak.” Hana membetulkan posisi duduknya. Tegap, tegak lurus menatap sengit lawan bicaranya. “Jadi benar, Pak Robert

    Last Updated : 2023-09-25
  • Makin Tua Makin Cinta   Cerita Versi Beda

    “Kenapa diam?” Pak Robert membuyarkan lamunan Hana. “Udah puas kamu salah-salahin saya? Atau kamu baru tahu kalau ternyata bukti dan pengadilan itu nggak ada di cerita versi Arya?” Hana menelan ludah, menggeleng lantas tertunduk lesu. “Kalau ditanya, sebenarnya saya juga kasihan sama Arya, Han.” Mendengar suara Pak Robert Hana sontak mengangkat wajahnya lagi diiringi tatapan bingung. Namun pikirannya masih kosong, sekarang ia lebih memilih diam daripada marah-marah yang ujung-ujungnya hanya membuat Hana malu. “Saya kasihan pas ketemu sama dia di restoran itu sama kamu. Ya orang tua mana sih yang nggak sakit hatinya? Meski Arya bukan anak saya, tapi saya tahu apa yang dirasakan kedua orang tuanya Arya.” Pak Robert sengaja menjeda kalimatnya hanya untuk meraup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Saya tahu bagaimana beratnya membesarkan seorang anak. Dari kecil saja saya udah bisa bayangkan berapa banyak uang yang dikelua

    Last Updated : 2023-09-26

Latest chapter

  • Makin Tua Makin Cinta   Akhir

    Genderang perang tak kasat mata ditabuh. Suaranya terdengar di telinga semua orang. Pintu yang digebrak paksa masih lebih sopan dari meledakkan pintu apartemen. Tapi sekarang, aroma kengeriannya tercium sama pekat. Semua orang memasang posisi siaga. “AAAAAA….. LEPASINNN… !!!” Intan lebih dulu berlari menarik dan mengevakuasi Hana. Sementara Pak Wahyu menerajang masuk, ke arah 8 orang yang sudah bersiaga. ‘Baaakkkk… Bukkk… Sraaakkk….!!!’ Satu tendangan di dada dan satu pukulan telak di belakang leher cukup menggelaprkan satu orang preman. Pak Wahyu mendarat manis, kaki memasang kuda-kuda, tangannya bersilang-silang layaknya pendekar. Tujuh orang membuka diri. Dengan cepat membentuk lingkaran dengan Pak Wakyu dan Pak Robert ada di tengah-tengahnya. ‘Plokkk… plok… plokkk…. !!!!’ Pak Hartono tersnyum licik. “Jadi ada yang mau jadi pahlawan sekarang.” Tenang ia melangkah menghampiri koper yang

  • Makin Tua Makin Cinta   Pertarungan Terakhir

    Mobil Ford hitam terus melaju meski hanya berisi dua orang, Pak Robert dan seorang sopir pribadi yang juga sekaligus paman Intan. Kemacetan yang menumpuk hampir setiap lampu merah dan sengatan matahari tak mengurutkan niat mereka. “Semua harus selesai hari ini. Harus.” Sejenak Pak Robert terpejam. Dingin udara dalam mobil tak berhasil mengusir atmosfer panas dan ambisinya yang membara. Sejenak kepalanya menoleh ke belakang. Memastikan brangkas hitam berisi surat-surat penting miliknya masih di bangku tengah. Satu-satunya senjata terakhir yang Pak Robert punya hanya itu. Kalau saja negosiasi ini gagal, maka yang terakhir harus ia pertahurkan adalah PT. Cakra.Ia yakin seratus perse

  • Makin Tua Makin Cinta   Yang Terjadi di Jakarta

    Gemetaran, tangan Hana tak lagi kuasa memegangnya. Ponsel barunya tergeletak begitu saja di atas meja. Hana ganti menggigiti ujung kuku jarinya. ‘Tinggg…. Tinggg…. !!!’ Mata Hana terbelalak, panggilan masuk ganti mendarat di ponselnya. Pak Robert menghubunginya balik. Jujur Hana bingung. Menoleh ke kanan kiri tapi tak ada satu pun orang. Hana menarik napas panjang mengurai sesak di dadanya. Tidak-tidak… Ia tidak boleh mengabaikannya. Orang ini yang dari tadi ia cari. Hatinya langsung bergetar begitu nama itu muncul di atas layar ponselnya. Dengan napas yang tertahan di tenggorokan, tangan Hana be

  • Makin Tua Makin Cinta   Mereka Datang

    “Kupikir-pikir memang sudah dari dulu aku harusnya pisah sama dia.” Suaranya layu, wajahnya tercenung kosong. Sudah setengah jam lamanya ia sama sekali tak menyinggung semangkuk bibir di depannya. Dari sejak bubur itu masih mengepulkan asap tipis dan aroma beras bercampur bumbu kacang sampai dingin. Sudah setengah jam juga Juni membiarkan kakaknya diam. Sampai lama-lama ia tidak tahan sendiri. “Sudahlah, Kak Feb.” Tak tahan, tangannya bergerak memeluk lengan kakaknya. “Dua bulan sudah Kak Febri kayak gini.” Api di matanya ikut padam. “Mau sampai kapan, Kak? Udah dong. Mending Kaka sekarang makan buburnya dulu deh. Enak kok. Nggak kayak dulu pas aku masih belajar masak.”

  • Makin Tua Makin Cinta   Apa Masih Sama?

    “Cie HP baru nih yee….” Usil tangan Dinda tahu-tahu menjumput ujung dagu Hana dari belakang. Tiba-tiba muncul sampai Hana melonjak kaget hampir terjatuh dari kursi kasir. Refleks menepis tangan Dinda yang justru terpingkal-pingkal melihat mimik kaget Hana yang menggemaskan. “Ishhhh…. Dinda setan… !!!” umpatnya. Telapak tangannya sudah diangkat hampir melayangkan tabokan tapi urung. Melihat Dinda terpingkal ia jadi ikut terpingkal. “Nyebelin ih….” “Lagian HP baru tuh harusnya traktiran kek. Ini anyep-anyep bae…” imbuh Dinda dengan bahasa jawanya yang medok. me “Eh, gue beli HP juga gara-gara Bos Steven ya. Enak a

  • Makin Tua Makin Cinta   Cara lain

    “Whatt???” Dahi Intan mengerut sampai mencetak sepasang jurang kecil di antara ujung alisnya. “Seriously?” Mulutnya terperangah tak percaya. Raut kagetnya bukan tanpa alasan, Intan adalah salah satu orang yang tahu masa lalu Pak Robeert dengan Helena. “Ja-jadi? Jadi setelah selingkuh dengan kakaknya sekarang dia?” Intan sampai tak bisa merampungkan kalimatnya. Tapi baik David maupun Pak Robert tahu apa yang ia pikirkan. Apa yang membuat ekspresi tak percaya di wajahnya masih bertahan sampai sekarang. “Oh my god…” Kepala Intan menggeleng. “Sumpah nggak habis pikir aku.” “Sudahlah, Tan.” Suara Pak Robert t

  • Makin Tua Makin Cinta   Dalang

    Ada yang membuat kantor PT. Cakra siang ini terasa lebih panas dari biasanya bagi Pak Robert. Bukan karena pendingin ruangan yang di mana-mana banyak bocor. Tapi akhirnya kasus yang sudah 3 bulan lebih mengendap menemukan benang merahnya. Pak Robert tak mau urusan ini jadi arang dalam sekam. Ia mau Intan mengurus sampai akar. Sampai sang dalang dari dua puluh lima orang IT yang ingin melarikan diri diketahui. ‘Klekkkk….’ Gagang pintu ruangan Hana yang skarang difungsikan untuk Intan berputar. Lembaran kaca tebal yang buram melambai terbuka. Pak Robert muncul dengan setela kemeja biru telur asin dibalut taxedo hitam dengan celana khaki berwarna senada.&

  • Makin Tua Makin Cinta   Hidup sendiri-sendiri

    “APA KAMU BILANG?!!” Benar saja, bahkan Bu Febri belum sampai merampungkan kalimatnya. “AKU?” Telunjuk Pak menuding mukanya yang sudah memerah padam. “AKU DISURUH MINTA MAAF SAMA LAKI-LAKI BANGSAT SATU ITU? NGGAK!!” “Pakkk… Tapi ini demi Hana…” Bu Febri bergelayut di lengan suaminya. “Tolong sekali ini saja, Pak. Demi Hana. Demi anak kita satu-satunya, Pak.” Suara rintihan Bu Febri terdengar begitu menyakitkan. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan Pak Hartono sampai-sampai ia tega membiarkan sang istri mengemis. “SEKALI ENGGAK YA ENGGAK!!” Pak Hartono makin melotot, menarik lepas tangannya yang digelayuti sang istr

  • Makin Tua Makin Cinta   Satu Syarat

    Setengah hari satu malam waktu terlewat. Bu Febri telah sampai kenyataan mau sebanyak apa waktu yang ia punya tak akan cukup. Ia tak akan berhasil membawa Hana pulang. Bukan karena usahanya membujuk Hana kurang. Bukan karena air mata yang jatuh masih kurang banyak. Hana sudah memberikan syarat padanya. Gadis itu berjanji mau pulang kembali ke rumah di Jakarta bersama-sama mereka setelah satu syaratnya terpenuhi. “Ibu hati-hati ya sampai di Jakarta,” bisik Hana di pintu terakhir dermaga tempat pengantar dan penumpang kapal penyeberangan harus berpisah. Dalam dekapa putrinya, susah payah Bu Febri menahan air mata. Hangat tubuh Hana. Aroma shampo yang masih sama di rambutnya. Suara centil y

DMCA.com Protection Status