Share

Bab 3

Penulis: Narazaf
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 10:28:48

Arjuna uring-uringan karna dasi yang ia cari belum juga ia temukan. Waktu sudah sangat mepet dan ia harus segera berangkat ke kantor. Tiga puluh menit lagi ada rapat yang harus ia hadiri.

Salahnya sendiri hingga diusianya yang hampir menginjak kepala empat belum juga menikah. Seandainya sudah menikah tentu segala keperluannya sudah diurus oleh istrinya, dan ia tidak perlu pusing lagi mencari barang yang ia butuhkan.

Semua orang pasti memiliki impian untuk menikah, begitu pun dengan Arjuna. Namun sayangnya, hingga saat ini Arjuna belum menemukan seseorang yang benar-benar cocok untuknya.

Arjuna turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa gesa. Satu tangannya menjinjing tas kerja, dan satunya lagi memegang ponsel yang sedari tadi berdering.

Ratih dan Bu Siti menunduk hormat saat Arjuna melintas didepan mereka.

"Selamat pagi tuan, sarapan anda telah sudah siap dimeja makan." ucap Bu Siti sopan.

"Aku harus berangkat ke kantor sekarang, sebentar lagi ada rapat penting yang harus aku hadiri. Kirimkan saja sarapannya ke kantor." sahut Arjuna menghentikan langkahnya untuk berbicara dengan pelayannya.

"Baik tuan." jawab Bu Siti dan Ratih serempak.

Saat Arjuna melangkah keluar, Reno sudah menunggunya didalam mobil. Setelah Arjuna duduk dikursi penumpang, Reno bergegas melajukan mobil membelah jalanan menuju kantor.

Sudah sejak tadi Arjuna menahan lapar, setelah rapat selesai ia bergegas kembali ke ruangannya. Rasanya sudah tidak tahan untuk segera mengisi perutnya yang semakin melilit.

"Semoga saja sarapannya sudah dikirim dari rumah" gumam Arjuna mempercepat langkah kakinya.

***

Saat Arjuna membuka pintu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah, Ratih yang duduk disofa dengan beberapa rantang makanan diatas meja. Sedang Ratih sendiri yang melihat tuannya datang segera bangkit dari duduknya lalu mengucap salam dengan membungkukkan badan.

"Selamat siang tuan, saya datang ke sini mengantarkan sarapan untuk tuan." ucap Ratih dengan sopan.

"Hmm," jawab Arjuna singkat.

"Apa tuan ingin sarapan sekarang?" lanjut Ratih.

"Baiklah." balas Arjuna seraya duduk disofa yang berhadapan dengan Ratih.

Ratih mulai membuka rantang, menyusun beberapa lauk ke atas meja, lalu mengambilkan nasi untuk Arjuna. "Silakan tuan" ucap Ratih kemudian.

Arjuna mengangguk pelan lalu mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suapan pertama membuat kening Arjuna mengkerut. Ratih yang sejak tadi memperhatikan menjadi was-was, takut makanan yang ia bawa tidak sesuai dengan selera tuannya.

Selesai menelan Arjuna berkata, "Siapa yang memasak makanan ini?" ia menatap Ratih. Membuat Ratih menjadi gugup.

"Sa-saya tuan." jawab Ratih terbata-bata dengan keringat dingin.

Arjuna terdiam sejenak, lalu kembali menyendok makanan itu. Ia mengunyah perlahan, membuat Ratih semakin cemas.

Setelah beberapa suapan, Arjuna berkata, "Rasanya lezat."

Ratih terlihat lega mendengar pujian Arjuna. Wajahnya yang tadi sedikit pucat kini berubah semringah.

"Trima kasih, tuan. Saya senang jika tuan menyukainya." ucap Ratih tulus.

"Ratih, mulai sekarang kamu yang bertugas memasak. Masaklah beberapa menu yang berbeda. Seperti masakan ini contohnya." ucap Arjuna memberi perintah.

"Baik tuan, saya akan menjalankan perintah tuan dengan sebaik baiknya."

"Apa nama masakan yang saya makan ini Ratih?" tanya Arjuna penasaran.

"Itu gulai daun singkong tuan, didesa saya itu termasuk makanan mewah. Maklum kami orang desa, terbiasa makan hanya dengan ikan asin dan sambal." ucap Ratih dengan rendah hati.

Arjuna mengangguk lalu berkata, "Kalau begitu mulai besok masaklah masakan desa lainnya."

Ratih mengangguk antusias, "Baik tuan, saya akan menyajikan berbagai masakan khas desa untuk anda."

Setelah menyelesaikan acara makannya, Ratih segera membereskannya lalu berpamitan untuk pulang. Namun Arjuna mencegahnya pergi, meminta Ratih untuk menunggu sejenak.

Arjuna mengambil ponselnya untuk menghubungi sopir kantor, memintanya untuk mengantar Ratih pulang. Tak tega rasanya membiarkan Ratih pulang sendirian, apalagi Ratih baru sehari tinggal dikota, yang sudah tentu belum hafal jalan.

Ratih beranjak dari ruangan Arjuna saat sopir telah siap menunggu dibawah. Arjuna memperhatikan punggung Ratih yang perlahan menjauh dengan perasaan aneh. Ada getaran-getaran yang muncul dalam dirinya.

Bab terkait

  • Majikan dan Pelayan   Bab 4

    Arjuna terdiam, memandangi pintu dengan tatapan menerawang. Perasaan asing itu masih memenuhi dadanya, membuat jantungnya berdebar tak karuan. Biasanya Arjuna selalu menjaga jarak dengan wanita, karna tidak nyaman dengan cara mereka mendekatinya. Namun berbeda dengan kali ini, entah apa yang ada pada diri gadis itu, mampu membuat Arjuna nyaman dalam sekali pandang. Mungkin karena sikapnya yang lembut dan tulus, atau mungkin karena cara bicaranya yang menenangkan. Entahlah, Arjuna tidak tau pasti. Namun satu hal yang ia tau, Ia ingin lebih mengenal gadis itu. Wajah polos Ratih dan senyum ceria gadis itu terus membayangi Arjuna. Membuatnya sulit berkonsentrasi dalam bekerja. "Diantara jutaan wanita didunia, kenapa malah wajah Ratih yang selalu terbayang? Apa mungkin aku tertarik dengannya?" batin Arjuna resah. "Aku ini tampan dan kaya raya, tidak mungkin tertarik dengan gadis desa yang masih ingusan!" gumam Arjuna menyangkal. *** Tubuh Arjuna terasa segar setelah mand

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Majikan dan Pelayan   Bab 5

    Reno memutuskan untuk segera menyusul Arjuna ke kantor. Karna mobil sudah dikemudikan sendiri oleh Arjuna, terpaksa Reno memesan taxi online. Begitu sampai dikantor, Reno bergegas menemui Arjuna di ruangannya. "Tuan Arjuna, bolehkah saya berbicara sebentar?" tanya Reno sopan. "Bicaralah" jawab Arjuna tanpa mengalihkan pandangan dari laptop didepannya. "Maaf tuan, apakah saya ada salah pada tuan?" lanjut Reno lagi. "Tidak" sahut Arjuna singkat. "Maaf jika saya lancang, apa tuan sedang ada masalah?" tanya reno hati-hati. "Masalahku adalah aku tidak suka melihatmu dekat-dekat dengan Ratih." batin Arjuna. Namun bibirnya berkata sebaliknya. "Tidak ada." *** Reno kembali ke ruangannya dengan menyisakan tanya. Seperti masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Arjuna menikmati makan siang yang ia pesan dari restoran mahal. Namun makanan yang biasanya terasa lezat dilidahnya itu kini terasa biasa saja. Entah kenapa, Arjuna merasa bahwa masakan Ratih jauh lebih lezat dan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Majikan dan Pelayan   Bab 6

    Sesampainya dirumah utama, Arjuna dan Reno disambut hangat oleh orangtuanya. Terlihat oleh Arjuna ada pasangan paruh baya yang seumuran dengan orangtuanya beserta anak perempuannya. Kalau dilihat dari penampilannya, mereka dari kalangan berada. Tak menunggu lama, Bu Prapti langsung memperkenalkan gadis yang bernama Della itu kepada Arjuna. Meskipun Della memiliki penampilan yang menarik dan latar belakang keluarga terpandang, Arjuna nampak tidak tertarik sama sekali. Ia hanya menanggapi perkenalan itu dengan malas. Bu Prapti terus memuji muji Della, menyebut bahwa gadis itu memiliki kepribadian yang baik, pendidikan yang tinggi, serta kecantikan yang menawan. Namun sayangnya, Arjuna terlihat tidak terkesan. Dalam hati, Arjuna enggan untuk dijodohkan lagi. Ia sudah cukup lelah dengan tekanan dari mamanya untuk segera menikah. Kali ini pun, ia merasa bahwa Della bukanlah sosok yang cocok untuknya Melihat sikap Arjuna yang acuh tak acuh, Della pun merasa sedikit canggung. Ia men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Majikan dan Pelayan   Bab 7

    Arjuna terpaku memandang Ratih. Meski penampilannya sederhana, namun terlihat sangat mempesona. Arjuna seakan terhipnotis. Hal itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Arjuna dilema, antara mendekat dan merengkuh Ratih dalam pelukannya, atau segera melangkah menjauh dari sana. Tak mau terbawa suasana yang nantinya berujung khilaf dan mungkin akan ia sesali, Arjuna membawa kakinya melangkah menjauh. Sampai dikamar Arjuna langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang. Namun bayangan Ratih berseliweran di kepalanya dan membuatnya frustasi. Arggghhhhh "Gadis itu kenapa malam-malam masih ada didapur? Apa tidak capek bekerja seharian?" monolog Arjuna. Hingga tengah malam, Arjuna belum bisa terlelap. Merasakan tubuhnya panas, membuat Arjuna beranjak ke kamar mandi. Ia berharap dengan menyiram tubuhnya dengan air bisa mendinginkan tubuh dan pikirannya. *** Ratih mondar mandir didepan pintu kamar Arjuna. Biasanya jam setengah delapan, tuannya itu sudah turun untuk sarapan. Namun k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Majikan dan Pelayan   Bab 8

    Karna Ratih masih bingung untuk sampai ke ruangan Arjuna, Reno dengan sigap menjemput Ratih dilobi. Senyum Reno mengembang saat mobil yang membawa Ratih berhenti. Gegas Reno menghampiri. "Mas Reno, kenapa aku disuruh kesini?" tanya Ratih dengan raut penasaran. kakinya melangkah mengikuti Reno. "Tuan Arjuna ingin kamu yang melayaninya makan. Aku sudah menawarkan diri, namun Tuan Arjuna menolak." lanjut Reno. "Owh begitu, tak kira ada apa."sahut Ratih. Sesampainya didepan ruangan Arjuna, Reno berseru memanggil bosnya. "Tuan, Ratih sudah datang." "Masuk" jawab Arjuna dari dalam. Reno dan Ratih beriringan memasuki ruangan Arjuna. Namun ekspresi Arjuna tampak tidak senang melihat kehadiran Reno. "Kamu kenapa masih disini Reno? bukankah pekerjaanmu banyak? atau mau ku tambah?" ucap Arjuna dengan ketus. "Maaf, tuan. Saya hanya mengantar Ratih. Permisi." jawab Reno sembari melangkah keluar. Dalam hati bingung dengan perubahan sikap Arjuna yang tiba-tiba menjadi ketus padanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Majikan dan Pelayan   Bab 9

    Dengan segala akal liciknya, Arjuna bisa menahan Ratih tetap dikantor sampai jam pulang. Tepat pukul 5, Arjuna memerintah Ratih untuk membereskan tasnya dan segera pulang. Banyak pasang mata karyawan wanita yang menatap sinis pada Ratih yang berjalan disamping bos tampan mereka yang terkenal sangat dingin dengan wanita. Meskipun dilihat dari penampilannya, Ratih hanya seorang pelayan, namun tetap saja hal itu menimbulkan rasa iri dihati mereka. Selama ini banyak karyawan wanita yang berlomba-lomba menarik perhatian Arjuna , rata-rata mereka berpenampilan sexy menggoda. Namun jangankan merespon, melihat saja Arjuna enggan. "Bagaimana mungkin pelayan itu bisa berjalan bersama Pak Arjuna? sedangkan kita yang selalu tampil cantik, sexy, dan mempesona begini tak sekalipun bisa jalan disampingnya!" sungut Anita kesal. Gadis cantik manager diperusahan itu sudah lama menggilai Arjuna, namun Arjuna sekalipun tak pernah meresponnya. "Iya, untungnya hanya seorang pelayan, dan jelas bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Majikan dan Pelayan   Bab 10

    Udara sejuk dipagi hari membuat Arjuna ingin segera membuka jendela kamarnya. Angin berhembus masuk saat jendela telah terbuka lebar. Arjuna mengarahkan pandangan ke sekitar. Tanpa sengaja matanya menangkap keberadaan Ratih yang sedang menyapu halaman. Tak jauhnya darinya, nampak Reno tengah mencuci mobil miliknya. Keduanya berbincang dengan sesekali tertawa bersama. Hal itu membuat hati Arjuna panas seketika. Arjuna tak tau mengapa, tetapi ia merasa tidak suka melihat Ratih akrab dengan pria selain dirinya. Mungkinkah itu berarti cemburu? Entahlah, Arjuna tidak paham dengan perasaannya. Arjuna menatap sinis pada Ratih dan Reno yang masih saja berbincang tanpa mengetahui kehadirannya. Arjuna sengaja berdehem keras untuk memberitau mereka bahwa ia ada disana. Hal itu sontak membuat Ratih dan Reno kaget, lalu keduanya menyapa Arjuna secara bersamaan. "Selamat pagi Tuan" sapa Ratih dan Reno serempak sambil menundukkan kepala. "Menyapa saja pakai barengan segala!" batin Arjuna

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Majikan dan Pelayan   Bab 11

    Tak mau lebih lama lagi mendengar basa basi yang Devan lontarkan, Arjuna menarik tangan Ratih lalu menutup gerbang dengan keras. Devan mengelus dada melihat sikap Arogan tetangganya itu. "Pantas saja jadi bujang lapuk. Sikapnya saja seperti macan ngamuk begitu!" tukas Devan kesal lalu masuk ke mobilnya. Sementara itu, Arjuna melangkah cepat memasuki rumah, hatinya dipenuhi kemarahan. "Berapa kali ku bilang untuk tidak keluar rumah tanpa izin dariku, Ratih?" tanya Arjuna geram. "Ma-maaf Tuan. Tadi saya pergi ke warung depan untuk membeli sabun yang habis. Tapi ketika saya hampir sampai gerbang, Tuan Devan menahan saya dan mengajak saya berbicara." ucap Ratih menjelaskan. "Lain kali apapun yang habis cukup beritau Reno. Tidak perlu keluar rumah untuk membelinya sendiri. Kamu paham Ratih?" Ratih mengangguk. "Iya Tuan, saya paham." Arjuna melangkahkan kakinya menuju dapur. Tangannya membuka kulkas lalu mengambil botol minuman. Setelahnya ia menuang ke dalam gelas dan meminu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11

Bab terbaru

  • Majikan dan Pelayan   Bab 47

    Reno mencari Ratih yang ternyata sudah berlari keluar dari area kantor. Tatapan Reno memindai jalanan sekitar, ia berharap masih bisa menemukan Ratih. Hatinya lega kala matanya menangkap keberadaan Ratih di sudut jalan. Di sampingnya, ada Pak Damian dan Bu Prapti yang terlihat tengah menenangkannya. "Maafkan aku Ratih, sudah membujukmu untuk kembali ke sini. Aku tidak menyangka kalau Tuan Arjuna sebrengsek itu."batin Reno penuh penyesalan. Kakinya melangkah mendekat. "Kali ini, biarkan aku kembali ke desa, Ma. Hatiku sakit, aku ingin kembali ke pelukan keluargaku. Aku janji akan membuka pintu lebar, jika nanti mama dan papa berkunjung ke sana. Apapun yang terjadi, Althaf tetap cucu mama dan papa."ucap Ratih lirih dengan berurai air mata. Pak Damian dan Bu Prapti turut merasa bersalah atas kelakuan anaknya. Mereka tak mau egois dengan menahan Ratih tetap disini. "Baiklah nak, maafkan kami yang tidak bisa mendidik Arjuna. Apapun keputusanmu, kami akan mendukungmu. Semua keka

  • Majikan dan Pelayan   Bab 46

    Dihari ketiga, Reno kembali datang berkunjung ke rumah Ratih. Reno menyampaikan kabar bahwa Bu Prapti sedang dirawat dirumah sakit karna terlalu merindukan Althaf, cucunya. Tentu saja hal itu membuat Ratih dirundung rasa bersalah, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah keluarga Nayendra. Tanpa menunggu lama, Reno segera menyampaikan kabar baik itu pada Pak Damian dan juga Bu Prapti. Bu Prapti yang saat itu tengah dirawat dirumah sakit karna kondisinya yang masih lemah, langsung meminta pulang agar bisa menyambut kedatangan menantu dan cucunya. Raut wajahnya yang beberapa hari ini terlihat pucat, kini berubah berbinar cerah. Ah, sebesar itu Althaf menguasai hatinya. Cucunya itu ibarat mood booster baginya. *** Sementara itu, Arjuna yang tinggal Ratih tiga hari didesa, terlihat begitu kacau dan uring-uringan. Karyawannya yang tidak becus dalam mengerjakan tugas, menjadi pelampiasan amarahnya. Tak terlihat lagi Arjuna Nayendra yang biasanya rapi. Penampilannya kini begit

  • Majikan dan Pelayan   Bab 45

    Kereta yang ditumpangi oleh Ratih dan Reno sampai didesa pukul 11 malam. Reno yang diberi amanat untuk menjaga Ratih dan juga Althaf dengan siaga membawakan tas milik Ratih, lalu mengajak Ratih untuk mencari taxi online. Satu jam kemudian, Ratih telah sampai dirumah orangtuanya. Meski awalnya kaget, karna sebelumnya tidak memberi kabar. Namun akhirnya, orangtua Ratih menyambut hangat kedatangan anak dan cucunya. Karna capek, Ratih segera merebahkan diri ke atas ranjang disebelah anaknya. Tak butuh waktu lama, ia terlelap dengan memeluk Althaf. Setelah mengantar Ratih terlebih dahulu ke rumahnya. Reno berpamitan menuju rumah ibunya. Rumah Reno yang hanya berbeda gang dengan rumah orangtua Ratih, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. *** Adzan subuh berkumandang merdu. Ratih yang baru tidur selama dua jam, masih terlelap dibalik selimut hangatnya. Namun ketukan dipintu membuatnya mau tak mau terpaksa bangun.Tok tok tok "Ratih, bangun nak! Shalat subuh dulu, keburu waktunya ha

  • Majikan dan Pelayan   Bab 44

    Arjuna tergesa-gesa memasuki rumah, lalu berteriak kencang memanggil Ratih. Kakinya melangkah lebar-lebar menuju lantai atas, dimana kamarnya dan Ratih berada. "Ratih Ratihh Ratihhh." Mendapati kamarnya kosong, ia beranjak keluar dengan masih berteriak kencang seperti orang kesurupan. "Ratih Ratihh Ratihhh, dimana kamu." Bu Prapti yang mendengar teriakan Arjuna, tergopoh-gopoh menghampiri. Heran sekali dengan kelakuan anaknya yang bar-bar itu. "Ada apa, Juna? kenapa teriak-teriak?"tanya Bu Prapti sedikit kesal. "Dimana Ratih, Ma?" "Loh, memangnya tidak pamit sama kamu? Ratih barusan ke stasian diantar sama sopir. Althaf ikut bersamanya."tutur Bu Prapti menjelaskan. "Memangnya Ratih membawa Althaf kemana, Ma?"tanya Arjuna gusar. "Tadi Ratih pamit sama Mama mau pulang ke desa. Orangtuanya sudah rindu katanya." "Oh shit! Ratih pergi karna salah paham padaku, Ma. Itu semua gara-gara Angela!" "Apa maksudmu, Juna? Jelaskan pada Mama!"titah Bu Prapti tegas. "Angela d

  • Majikan dan Pelayan   Bab 43

    Baru beberapa jam berpisah dengan istri dan anaknya, Arjuna sudah dilanda rindu yang besar. Tak sabar menunggu sampai jam pulang, Arjuna menghubungi istrinya dan memintanya untuk membawakan makan siang ke kantor. Dengan cekatan, Ratih memasak makanan kesukaan suaminya. Satu jam kemudian, beberapa menu telah matang dan siap untuk dibawa ke kantor Arjuna. Selesai berganti pakaian dan berdandan ala kadarnya, Ratih meminta sopir untuk mengantarnya ke kantor Arjuna. Namun sebelumnya, Althaf telah ia titipkan pada ibu mertuanya. *** Sementara itu, Arjuna berulangkali melihat jam diponselnya. Merasa kesal karna waktu seolah bergerak lambat, padahal ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istri cantiknya. Ketukan dipintu mengalihkan perhatian Arjuna. Setelah menyimpan ponselnya disaku jasnya, ia beranjak untuk membuka pintu. Dan begitu pintu terbuka, Arjuna terpaku menatap tamu yang ada dihadapannya. "Arjuna, aku sangat merindukanmu."ucap wanita cantik, tinggi semampai yang

  • Majikan dan Pelayan   Bab 42

    Arjuna menatap kesal pada anaknya yang belum juga mau tidur. Mata bocah gembul itu malah terbuka lebar dan bersinar terang seperti lampu 100 watt. Bayi tampan itu sepertinya ingin mengerjai daddy nya. Bibir mungilnya dengan semangat masih saja menghisap ASI dari dada ibunya meski sudah kenyang. "Sayang, Mas sudah tidak tahan."ucap Arjuna memelas. Ia kesulitan menelan salivanya sendiri saat matanya menatap aset kembar milik istrinya yang terpampang di depannya karna sedang menyusui putranya. "Tunggu anak kita tidur dulu, Mas."sahut Ratih sembari menepuk-nepuk pantat anaknya supaya cepat tidur. Bahu Arjuna merosot mendengar jawaban istrinya. Dengan gelisah ia menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan untuk meredam hasratnya yang kian memuncak. *** Lega rasanya setelah bisa menyalurkan hasratnya. Istrinya yang kelelahan dan juga sudah sangat mengantuk tertidur lelap di sampingnya. Melongok ke box bayi, putra gembulnya tidur pulas. Arjuna membetulkan selimut yang bergeser

  • Majikan dan Pelayan   Bab 41

    Arjuna terbangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Perlahan ia mulai mengumpulkan kesadaran. Dirinya sontak bangkit duduk saat melihat keadaan tubuhnya yang hanya memakai daleman nyaris telanjang. Padahal seingatnya, ia tidak melepas pakaiannya. "Ada yang berniat buruk sama Tuan. Tapi Tuan tenang saja, semua sudah diurus oleh Tuan Damian."ucap Reno menjelaskan saat melihat Arjuna yang kebingungan. "Katakan dengan jelas, Reno!"ujar Arjuna tidak paham. "Nona Devana yang ada dibalik semua ini Tuan. Tuan menyantap hidangan yang telah dicampur dengan obat tidur. Setelah memastikan anda tertidur pulas, nona Devana masuk ke dalam kamar ini menggunakan kunci cadangan dari pelayan hotel yang telah ia suap. Selanjutnya anda pasti tau, Nona Devana melucuti pakaian yang anda kenakan dan melucuti dirinya sendiri. Namun sebelum niat buruknya terealisasi, saya sudah lebih dulu sampai disini."ucap Reno menjelaskan dari awal. "Astaga aku bodoh sekali, memakan hidangan dari

  • Majikan dan Pelayan   Bab 40

    Arjuna menatap makanan yang ada diatas meja, semua terlihat lezat dan menggiurkan, membuat perutnya yang lapar semakin meronta. "Lebih baik aku mengisi perut dulu baru kemudian menelpon Ratih."gumam Arjuna mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Setelah kenyang, ia meneguk minuman dingin yang sepaket dengan makanan yang ada diatas meja. Baru saja tangannya memegang ponsel ingin menghubungi istrinya, tiba-tiba rasa kantuk datang menyerang dan membuatnya tertidur pulas. *** Devana melangkah menuju kamar yang ada di sebelahnya dengan kunci cadangan yang ia dapat dari pelayan hotel yang telah ia bayar mahal. Kakinya melangkah anggun memasuki kamar yang ditempati Arjuna. Senyum licik tersungging dari bibirnya, tatkala melihat Arjuna tertidur pulas karna efek obat tidur yang ia campurkan dalam makanan Arjuna. "Malam ini kau milikku seutuhnya, Arjuna Nayendra."ucap Devana culas. *** Ratih mondar-mandir di kamarnya. Perasaannya tidak enak karna ponsel Arjuna sejak tadi tidak bi

  • Majikan dan Pelayan   Bab 39

    Pagi ini Arjuna ogah-ogahan bangun. Rasanya mau tidur terus sembari memeluk anak dan istrinya. Namun semua keinginannya itu harus buyar saat teriakan mamanya menggema didepan pintu kamarnya. "Junaaaa, keluar kamu! Menantu sama cucu mama jangan kamu kurung terus didalam kamar!" Brak brak brakk! tak mempan dengan teriakan, Bu Prapti dengan semangat menggedor-gedor pintu. Membuat Arjuna mau tak mau melepaskan pelukan pada istrinya. Dalam hitungan detik, istrinya itu sudah berdiri membuka pintu dengan menggendong Arjuna junior. Begitu pintu terbuka, Bu Prapti segera mengambil alih Althaf yang ada dalam gendongan Ratih. "Biar mama yang urus anak tampan ini. Kamu urus bayi besar yang nakal itu!"ucap Bu Prapti melirik sinis pada Arjuna. "Baik, Ma."jawab Ratih sopan. Ratih kembali menghampiri suaminya yang kembali tidur itu. Benar-benar payah bapak satu anak itu. Anaknya yang masih bayi saja sudah bangun dan sudah mandi, eh bapaknya malah masih tidur nyenyak. "Mas, bangun! Sudah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status