Share

Bab 3

Arjuna uring-uringan karna dasi yang ia cari belum juga ia temukan. Waktu sudah sangat mepet dan ia harus segera berangkat ke kantor. Tiga puluh menit lagi ada rapat yang harus ia hadiri.

Salahnya sendiri hingga diusianya yang hampir menginjak kepala empat belum juga menikah. Seandainya sudah menikah tentu segala keperluannya sudah diurus oleh istrinya, dan ia tidak perlu pusing lagi mencari barang yang ia butuhkan.

Semua orang pasti memiliki impian untuk menikah, begitu pun dengan Arjuna. Namun sayangnya, hingga saat ini Arjuna belum menemukan seseorang yang benar-benar cocok untuknya.

Arjuna turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa gesa. Satu tangannya menjinjing tas kerja, dan satunya lagi memegang ponsel yang sedari tadi berdering.

Ratih dan Bu Siti menunduk hormat saat Arjuna melintas didepan mereka.

"Selamat pagi tuan, sarapan anda telah sudah siap dimeja makan." ucap Bu Siti sopan.

"Aku harus berangkat ke kantor sekarang, sebentar lagi ada rapat penting yang harus aku hadiri. Kirimkan saja sarapannya ke kantor." sahut Arjuna menghentikan langkahnya untuk berbicara dengan pelayannya.

"Baik tuan." jawab Bu Siti dan Ratih serempak.

Saat Arjuna melangkah keluar, Reno sudah menunggunya didalam mobil. Setelah Arjuna duduk dikursi penumpang, Reno bergegas melajukan mobil membelah jalanan menuju kantor.

Sudah sejak tadi Arjuna menahan lapar, setelah rapat selesai ia bergegas kembali ke ruangannya. Rasanya sudah tidak tahan untuk segera mengisi perutnya yang semakin melilit.

"Semoga saja sarapannya sudah dikirim dari rumah" gumam Arjuna mempercepat langkah kakinya.

***

Saat Arjuna membuka pintu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah, Ratih yang duduk disofa dengan beberapa rantang makanan diatas meja. Sedang Ratih sendiri yang melihat tuannya datang segera bangkit dari duduknya lalu mengucap salam dengan membungkukkan badan.

"Selamat siang tuan, saya datang ke sini mengantarkan sarapan untuk tuan." ucap Ratih dengan sopan.

"Hmm," jawab Arjuna singkat.

"Apa tuan ingin sarapan sekarang?" lanjut Ratih.

"Baiklah." balas Arjuna seraya duduk disofa yang berhadapan dengan Ratih.

Ratih mulai membuka rantang, menyusun beberapa lauk ke atas meja, lalu mengambilkan nasi untuk Arjuna. "Silakan tuan" ucap Ratih kemudian.

Arjuna mengangguk pelan lalu mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suapan pertama membuat kening Arjuna mengkerut. Ratih yang sejak tadi memperhatikan menjadi was-was, takut makanan yang ia bawa tidak sesuai dengan selera tuannya.

Selesai menelan Arjuna berkata, "Siapa yang memasak makanan ini?" ia menatap Ratih. Membuat Ratih menjadi gugup.

"Sa-saya tuan." jawab Ratih terbata-bata dengan keringat dingin.

Arjuna terdiam sejenak, lalu kembali menyendok makanan itu. Ia mengunyah perlahan, membuat Ratih semakin cemas.

Setelah beberapa suapan, Arjuna berkata, "Rasanya lezat."

Ratih terlihat lega mendengar pujian Arjuna. Wajahnya yang tadi sedikit pucat kini berubah semringah.

"Trima kasih, tuan. Saya senang jika tuan menyukainya." ucap Ratih tulus.

"Ratih, mulai sekarang kamu yang bertugas memasak. Masaklah beberapa menu yang berbeda. Seperti masakan ini contohnya." ucap Arjuna memberi perintah.

"Baik tuan, saya akan menjalankan perintah tuan dengan sebaik baiknya."

"Apa nama masakan yang saya makan ini Ratih?" tanya Arjuna penasaran.

"Itu gulai daun singkong tuan, didesa saya itu termasuk makanan mewah. Maklum kami orang desa, terbiasa makan hanya dengan ikan asin dan sambal." ucap Ratih dengan rendah hati.

Arjuna mengangguk lalu berkata, "Kalau begitu mulai besok masaklah masakan desa lainnya."

Ratih mengangguk antusias, "Baik tuan, saya akan menyajikan berbagai masakan khas desa untuk anda."

Setelah menyelesaikan acara makannya, Ratih segera membereskannya lalu berpamitan untuk pulang. Namun Arjuna mencegahnya pergi, meminta Ratih untuk menunggu sejenak.

Arjuna mengambil ponselnya untuk menghubungi sopir kantor, memintanya untuk mengantar Ratih pulang. Tak tega rasanya membiarkan Ratih pulang sendirian, apalagi Ratih baru sehari tinggal dikota, yang sudah tentu belum hafal jalan.

Ratih beranjak dari ruangan Arjuna saat sopir telah siap menunggu dibawah. Arjuna memperhatikan punggung Ratih yang perlahan menjauh dengan perasaan aneh. Ada getaran-getaran yang muncul dalam dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status