Pak Tomo dan Arjuna berpapasan dengan Zaffran dan Damar, kedua adik Ratih diujung jalan saat hampir sampai dirumah. Dua anak lelaki itu segera mencium punggung tangan Pak Tomo dan Arjuna lalu berpamitan untuk pergi ke sekolah. "Pak, kami pamit mau ke sekolah."ucap Zaffran mewakili adiknya. "Ya sudah, hati-hati dijalan."balas Pak Tomo kemudian. "Tunggu, biar mas antar ke sekolah."potong Arjuna cepat. Dirinya tak tega melihat 2 remaja itu ke sekolah dengan berjalan kaki. "Eh, Tidak usah repot-repot mas. Kami terbiasa jalan kaki kok."sahut Damar. "Tidak apa-apa, tunggu sebentar mas ambil mobil dulu."ucap Arjuna berjalan cepat ke rumah untuk mengambil mobil. 5 menit kemudian, mobil Arjuna sudah menghampiri 2 remaja itu. Setelah berpamitan dengan Pak Tomo, juga kedua adik Ratih sudah duduk nyaman dikursi penumpang, Arjuna segera melajukan mobilnya. Zaffran dan Damar nampak sumringah sembari melihat pemandangan dari jendela. Baru kali ini 2 remaja itu merasakan naik mobil mewa
Setelah sampai dipasar, Arjuna memarkirkan mobilnya lalu berjalan mengikuti Ratih. Seumur hidup baru kali ini, Arjuna menginjakkan kaki dipasar. Meski sedikit risih dengan tatapan orang-orang, namun ia tetap mengikuti Ratih dari belakang. "Kalau Tuan capek, sebaiknya menunggu dimobil saja. Apalagi disini tempatnya kotor. Saya lihat Tuan tidak nyaman."ucap Ratih sopan. "Kenapa orang-orang itu menatapku aneh?"tanya Arjuna heran sekaligus risih. "Karna rupa dan penampilan Tuan begitu menawan. Mereka seperti melihat artis masuk pasar."ucap Ratih terkekeh. "Ada-ada saja."gumam Arjuna acuh. Setelah membeli bumbu-bumbu dapur pesanan ibunya, Ratih menghampiri penjual sayur. Tangannya dengan cekatan memilih berbagai sayuran. Setelah membayar, ia segera beranjak untuk pulang. Arjuna tak sampai hati membiarkan Ratih membawa belanjaannya sendiri. Tangannya kini mengambil alih 2 kresek besar itu. Orang-orang dipasar masih saja menatap kagum pada Arjuna. Bahkan sampai ada yang memotret
Setelah berpamitan dengan temannya juga ibunya Reno, Ratih bergegas pulang. Ia melangkah cepat, dengan sedikit berlari. Hatinya kebat kebit takut akan kemarahan Arjuna. "Maaf Tuan, tadi saya mengobrol dengan teman saya sampai lupa waktu."ucap Ratih setelah sampai dihadapan Arjuna. Arjuna mendengkus kesal tanpa berkata. Gegas ia menemui orangtua Ratih untuk berpamitan. Tak lupa ia menyelipkan amplop cokelat sebagai ucapan terima kasih karna bersedia menerima dirinya dengan hangat layaknya keluarga sendiri. Setelah Ratih duduk dengan benar dikursi yang ada disampingnya, Arjuna segera melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan diisi dengan kebisuan. Ratih sendiri sungkan untuk memulai pembicaraan. Ia lebih memilih melihat ke arah jendela, melihat pemandangan yang dilaluinya. *** Menjelang adzan isya mereka baru tiba dirumah megah Arjuna. Reno dan Bu Siti menyambut kedatangan mereka. Karna sudah sangat lelah, Arjuna memilih segera membersihkan diri. Sedangkan Ratih, mengambil alih
Seperti pesan Arjuna, Ratih telah bersiap sebelum Arjuna pulang. Tak ingin membuat malu, kali ini Ratih memakai pakaian terbaiknya. Begitu suara deru mobil milik Arjuna, berhenti dihalaman, Ratih segera beranjak menuju pintu utama. "Selamat sore, Tuan. Saya telah bersiap seperti yang anda perintahkan."ucap Ratih sesaat setelah membuka pintu. Arjuna mengamati penampilan Ratih dari atas hingga bawah, lalu berdecak. Sudah pasti dirinya akan ditertawakan oleh mamanya, kalau sampai membawa Ratih ke rumah utama dengan penampilan Ratih yang seperti saat ini. "Tak berlama-lama, Arjuna segera memanggil Reno, tangannya merogoh dompet lalu mengeluarkan uang tunai yang ada." "Reno, ambil uang ini. Bawa Ratih ke butik, pilihankan gaun yang elegan. Setelah itu antar Ratih ke salon, ubah penampilan Ratih menjadi wanita berkelas."perintah Arjuna sembari mengulurkan uang pada Reno. Reno mengangguk patuh lalu mengajak Ratih untuk segera berangkat. Begitu mobil berlalu, Arjuna beranjak masuk.
Bu Prapti mengamati gadis muda yang dibawa putranya ke rumah. Gadis itu begitu cantik juga santun. Bu Prapti merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun lupa dimana. "Dimana kalian saling mengenal?"tanya Bu Prapti sesaat setelah menghidangkan minuman ke atas meja. Tak mau menutupi, Arjuna menjawab apa adanya. "Ratih ini tetangga Reno dari desa yang bekerja dirumahku, ma. Aku menyukainya dan akan segera menikahinya."ucap Arjuna tanpa beban. "Kamu serius dengan keputusanmu itu, Arjuna?"hardik Bu Prapti emosi, membuat Ratih yang duduk disebelah Arjuna menunduk takut. "Sudahlah, Ma. Tak perlu dipermasalahkan! Yang penting aku menikah dan mama punya menantu."ujar Arjuna enteng. "Tapi tidak dengan pelayan juga, Arjuna Nayendra!"pekik Bu Prapti frustasi. Bagaimana mungkin keluarga Nayendra yang kaya raya dan terhormat bermenantukan seorang pelayan. Mau ditaruh dimana mukanya, kalau sampai rekan bisnisnya tau. "Lebih baik menikah dengan Della saja. Della cantik, pintar, dan
Bu Prapti mengamati gadis muda yang dibawa putranya ke rumah. Gadis itu begitu cantik juga santun. Bu Prapti merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun lupa dimana. "Dimana kalian saling mengenal?"tanya Bu Prapti sesaat setelah menghidangkan minuman ke atas meja. Tak mau menutupi, Arjuna menjawab apa adanya. "Ratih ini tetangga Reno dari desa yang bekerja dirumahku, ma. Aku menyukainya dan akan segera menikahinya."ucap Arjuna tanpa beban. "Kamu serius dengan keputusanmu itu, Arjuna?"hardik Bu Prapti emosi, membuat Ratih yang duduk disebelah Arjuna menunduk takut. "Sudahlah, Ma. Tak perlu dipermasalahkan! Yang penting aku menikah dan mama punya menantu."ujar Arjuna enteng. "Tapi tidak dengan pelayan juga, Arjuna Nayendra!"pekik Bu Prapti frustasi. Bagaimana mungkin keluarga Nayendra yang kaya raya dan terhormat bermenantukan seorang pelayan. Mau ditaruh dimana mukanya, kalau sampai rekan bisnisnya tau. "Lebih baik menikah dengan Della saja. Della cantik, pintar, dan
Arjuna beranjak, meski masih sangat kesal dengan mamanya. Dengan malas ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai berpakaian dan merapikan rambutnya, ia segera turun ke lantai bawah untuk menemui mamanya. "Ada apa mama kemari?"tanya Arjuna tanpa basa basi. "Mama ingin membahas tentang masalah yang semalam." "Kalau tujuan mama ke sini untuk menjodohkanku dengan gadis pilihan mama, lupakan saja! karna keputusanku sudah bulat."sahut Arjuna cepat. "Mama sangat tau, kalau kamu itu keras kepala. Oke mama akan merestui, tapi dengan syarat!"tukas Bu Prapti tegas. "Maksud mama apa?" "Mama merestuimu menikahi pelayan itu. Tapi dengan syarat menyembunyikan asal usulnya! Kamu harusnya juga memahami posisi keluarga kita Arjuna. Setidaknya kamu bisa menjaga nama baik keluarga kita."ucap Bu Prapti menjelaskan. "Karna itu ma, aku ingin segera memperbaiki rumah yang ditinggali keluarga Ratih, juga memperbaiki perekonomian keluarga Ratih. Agar tidak dipandang remeh or
Lima bulan kemudian. Rumah gubuk yang menjadi hinaan tetangga itu, kini berdiri kokoh dua lantai. Arjuna memang tak pernah setengah-setengah dalam membantu orang. Semua harus sempurna seperti keinginannya. Beberapa hektar sawah yang digarap oleh Pak Tomo pun sebentar lagi sudah siap untuk dipanen. Diperkirakan hasil panennya akan melimpah dan mendapat untung berkali-kali lipat. Bu Prapti yang sudah tidak sabar untuk menimang cucu, selalu mendesak Arjuna untuk segera menikah. Apalagi sekarang keadaan perekonomian dikeluarga Ratih sudah lebih baik. Arjuna yang lelah selalu direcoki mamanya, memutuskan untuk melamar Ratih secara resmi pada akhir pekan ini. *** Pagi ini keluarga Pak Tomo sibuk menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Arjuna yang akan melamar Ratih secara resmi. Sedangkan Ratih, sudah pulang ke rumah orangtuanya 2 hari sebelum hari H. Ratih memakai gaun yang dibelikan oleh Arjuna. Lalu memoles wajahnya ala kadarnya. Rambut panjangnya yang biasanya di kucir
Reno mencari Ratih yang ternyata sudah berlari keluar dari area kantor. Tatapan Reno memindai jalanan sekitar, ia berharap masih bisa menemukan Ratih. Hatinya lega kala matanya menangkap keberadaan Ratih di sudut jalan. Di sampingnya, ada Pak Damian dan Bu Prapti yang terlihat tengah menenangkannya. "Maafkan aku Ratih, sudah membujukmu untuk kembali ke sini. Aku tidak menyangka kalau Tuan Arjuna sebrengsek itu."batin Reno penuh penyesalan. Kakinya melangkah mendekat. "Kali ini, biarkan aku kembali ke desa, Ma. Hatiku sakit, aku ingin kembali ke pelukan keluargaku. Aku janji akan membuka pintu lebar, jika nanti mama dan papa berkunjung ke sana. Apapun yang terjadi, Althaf tetap cucu mama dan papa."ucap Ratih lirih dengan berurai air mata. Pak Damian dan Bu Prapti turut merasa bersalah atas kelakuan anaknya. Mereka tak mau egois dengan menahan Ratih tetap disini. "Baiklah nak, maafkan kami yang tidak bisa mendidik Arjuna. Apapun keputusanmu, kami akan mendukungmu. Semua keka
Dihari ketiga, Reno kembali datang berkunjung ke rumah Ratih. Reno menyampaikan kabar bahwa Bu Prapti sedang dirawat dirumah sakit karna terlalu merindukan Althaf, cucunya. Tentu saja hal itu membuat Ratih dirundung rasa bersalah, dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah keluarga Nayendra. Tanpa menunggu lama, Reno segera menyampaikan kabar baik itu pada Pak Damian dan juga Bu Prapti. Bu Prapti yang saat itu tengah dirawat dirumah sakit karna kondisinya yang masih lemah, langsung meminta pulang agar bisa menyambut kedatangan menantu dan cucunya. Raut wajahnya yang beberapa hari ini terlihat pucat, kini berubah berbinar cerah. Ah, sebesar itu Althaf menguasai hatinya. Cucunya itu ibarat mood booster baginya. *** Sementara itu, Arjuna yang tinggal Ratih tiga hari didesa, terlihat begitu kacau dan uring-uringan. Karyawannya yang tidak becus dalam mengerjakan tugas, menjadi pelampiasan amarahnya. Tak terlihat lagi Arjuna Nayendra yang biasanya rapi. Penampilannya kini begit
Kereta yang ditumpangi oleh Ratih dan Reno sampai didesa pukul 11 malam. Reno yang diberi amanat untuk menjaga Ratih dan juga Althaf dengan siaga membawakan tas milik Ratih, lalu mengajak Ratih untuk mencari taxi online. Satu jam kemudian, Ratih telah sampai dirumah orangtuanya. Meski awalnya kaget, karna sebelumnya tidak memberi kabar. Namun akhirnya, orangtua Ratih menyambut hangat kedatangan anak dan cucunya. Karna capek, Ratih segera merebahkan diri ke atas ranjang disebelah anaknya. Tak butuh waktu lama, ia terlelap dengan memeluk Althaf. Setelah mengantar Ratih terlebih dahulu ke rumahnya. Reno berpamitan menuju rumah ibunya. Rumah Reno yang hanya berbeda gang dengan rumah orangtua Ratih, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. *** Adzan subuh berkumandang merdu. Ratih yang baru tidur selama dua jam, masih terlelap dibalik selimut hangatnya. Namun ketukan dipintu membuatnya mau tak mau terpaksa bangun.Tok tok tok "Ratih, bangun nak! Shalat subuh dulu, keburu waktunya ha
Arjuna tergesa-gesa memasuki rumah, lalu berteriak kencang memanggil Ratih. Kakinya melangkah lebar-lebar menuju lantai atas, dimana kamarnya dan Ratih berada. "Ratih Ratihh Ratihhh." Mendapati kamarnya kosong, ia beranjak keluar dengan masih berteriak kencang seperti orang kesurupan. "Ratih Ratihh Ratihhh, dimana kamu." Bu Prapti yang mendengar teriakan Arjuna, tergopoh-gopoh menghampiri. Heran sekali dengan kelakuan anaknya yang bar-bar itu. "Ada apa, Juna? kenapa teriak-teriak?"tanya Bu Prapti sedikit kesal. "Dimana Ratih, Ma?" "Loh, memangnya tidak pamit sama kamu? Ratih barusan ke stasian diantar sama sopir. Althaf ikut bersamanya."tutur Bu Prapti menjelaskan. "Memangnya Ratih membawa Althaf kemana, Ma?"tanya Arjuna gusar. "Tadi Ratih pamit sama Mama mau pulang ke desa. Orangtuanya sudah rindu katanya." "Oh shit! Ratih pergi karna salah paham padaku, Ma. Itu semua gara-gara Angela!" "Apa maksudmu, Juna? Jelaskan pada Mama!"titah Bu Prapti tegas. "Angela d
Baru beberapa jam berpisah dengan istri dan anaknya, Arjuna sudah dilanda rindu yang besar. Tak sabar menunggu sampai jam pulang, Arjuna menghubungi istrinya dan memintanya untuk membawakan makan siang ke kantor. Dengan cekatan, Ratih memasak makanan kesukaan suaminya. Satu jam kemudian, beberapa menu telah matang dan siap untuk dibawa ke kantor Arjuna. Selesai berganti pakaian dan berdandan ala kadarnya, Ratih meminta sopir untuk mengantarnya ke kantor Arjuna. Namun sebelumnya, Althaf telah ia titipkan pada ibu mertuanya. *** Sementara itu, Arjuna berulangkali melihat jam diponselnya. Merasa kesal karna waktu seolah bergerak lambat, padahal ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istri cantiknya. Ketukan dipintu mengalihkan perhatian Arjuna. Setelah menyimpan ponselnya disaku jasnya, ia beranjak untuk membuka pintu. Dan begitu pintu terbuka, Arjuna terpaku menatap tamu yang ada dihadapannya. "Arjuna, aku sangat merindukanmu."ucap wanita cantik, tinggi semampai yang
Arjuna menatap kesal pada anaknya yang belum juga mau tidur. Mata bocah gembul itu malah terbuka lebar dan bersinar terang seperti lampu 100 watt. Bayi tampan itu sepertinya ingin mengerjai daddy nya. Bibir mungilnya dengan semangat masih saja menghisap ASI dari dada ibunya meski sudah kenyang. "Sayang, Mas sudah tidak tahan."ucap Arjuna memelas. Ia kesulitan menelan salivanya sendiri saat matanya menatap aset kembar milik istrinya yang terpampang di depannya karna sedang menyusui putranya. "Tunggu anak kita tidur dulu, Mas."sahut Ratih sembari menepuk-nepuk pantat anaknya supaya cepat tidur. Bahu Arjuna merosot mendengar jawaban istrinya. Dengan gelisah ia menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan untuk meredam hasratnya yang kian memuncak. *** Lega rasanya setelah bisa menyalurkan hasratnya. Istrinya yang kelelahan dan juga sudah sangat mengantuk tertidur lelap di sampingnya. Melongok ke box bayi, putra gembulnya tidur pulas. Arjuna membetulkan selimut yang bergeser
Arjuna terbangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Perlahan ia mulai mengumpulkan kesadaran. Dirinya sontak bangkit duduk saat melihat keadaan tubuhnya yang hanya memakai daleman nyaris telanjang. Padahal seingatnya, ia tidak melepas pakaiannya. "Ada yang berniat buruk sama Tuan. Tapi Tuan tenang saja, semua sudah diurus oleh Tuan Damian."ucap Reno menjelaskan saat melihat Arjuna yang kebingungan. "Katakan dengan jelas, Reno!"ujar Arjuna tidak paham. "Nona Devana yang ada dibalik semua ini Tuan. Tuan menyantap hidangan yang telah dicampur dengan obat tidur. Setelah memastikan anda tertidur pulas, nona Devana masuk ke dalam kamar ini menggunakan kunci cadangan dari pelayan hotel yang telah ia suap. Selanjutnya anda pasti tau, Nona Devana melucuti pakaian yang anda kenakan dan melucuti dirinya sendiri. Namun sebelum niat buruknya terealisasi, saya sudah lebih dulu sampai disini."ucap Reno menjelaskan dari awal. "Astaga aku bodoh sekali, memakan hidangan dari
Arjuna menatap makanan yang ada diatas meja, semua terlihat lezat dan menggiurkan, membuat perutnya yang lapar semakin meronta. "Lebih baik aku mengisi perut dulu baru kemudian menelpon Ratih."gumam Arjuna mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Setelah kenyang, ia meneguk minuman dingin yang sepaket dengan makanan yang ada diatas meja. Baru saja tangannya memegang ponsel ingin menghubungi istrinya, tiba-tiba rasa kantuk datang menyerang dan membuatnya tertidur pulas. *** Devana melangkah menuju kamar yang ada di sebelahnya dengan kunci cadangan yang ia dapat dari pelayan hotel yang telah ia bayar mahal. Kakinya melangkah anggun memasuki kamar yang ditempati Arjuna. Senyum licik tersungging dari bibirnya, tatkala melihat Arjuna tertidur pulas karna efek obat tidur yang ia campurkan dalam makanan Arjuna. "Malam ini kau milikku seutuhnya, Arjuna Nayendra."ucap Devana culas. *** Ratih mondar-mandir di kamarnya. Perasaannya tidak enak karna ponsel Arjuna sejak tadi tidak bi
Pagi ini Arjuna ogah-ogahan bangun. Rasanya mau tidur terus sembari memeluk anak dan istrinya. Namun semua keinginannya itu harus buyar saat teriakan mamanya menggema didepan pintu kamarnya. "Junaaaa, keluar kamu! Menantu sama cucu mama jangan kamu kurung terus didalam kamar!" Brak brak brakk! tak mempan dengan teriakan, Bu Prapti dengan semangat menggedor-gedor pintu. Membuat Arjuna mau tak mau melepaskan pelukan pada istrinya. Dalam hitungan detik, istrinya itu sudah berdiri membuka pintu dengan menggendong Arjuna junior. Begitu pintu terbuka, Bu Prapti segera mengambil alih Althaf yang ada dalam gendongan Ratih. "Biar mama yang urus anak tampan ini. Kamu urus bayi besar yang nakal itu!"ucap Bu Prapti melirik sinis pada Arjuna. "Baik, Ma."jawab Ratih sopan. Ratih kembali menghampiri suaminya yang kembali tidur itu. Benar-benar payah bapak satu anak itu. Anaknya yang masih bayi saja sudah bangun dan sudah mandi, eh bapaknya malah masih tidur nyenyak. "Mas, bangun! Sudah