Seperti pesan Arjuna, Ratih telah bersiap sebelum Arjuna pulang. Tak ingin membuat malu, kali ini Ratih memakai pakaian terbaiknya. Begitu suara deru mobil milik Arjuna, berhenti dihalaman, Ratih segera beranjak menuju pintu utama. "Selamat sore, Tuan. Saya telah bersiap seperti yang anda perintahkan."ucap Ratih sesaat setelah membuka pintu. Arjuna mengamati penampilan Ratih dari atas hingga bawah, lalu berdecak. Sudah pasti dirinya akan ditertawakan oleh mamanya, kalau sampai membawa Ratih ke rumah utama dengan penampilan Ratih yang seperti saat ini. "Tak berlama-lama, Arjuna segera memanggil Reno, tangannya merogoh dompet lalu mengeluarkan uang tunai yang ada." "Reno, ambil uang ini. Bawa Ratih ke butik, pilihankan gaun yang elegan. Setelah itu antar Ratih ke salon, ubah penampilan Ratih menjadi wanita berkelas."perintah Arjuna sembari mengulurkan uang pada Reno. Reno mengangguk patuh lalu mengajak Ratih untuk segera berangkat. Begitu mobil berlalu, Arjuna beranjak masuk.
Bu Prapti mengamati gadis muda yang dibawa putranya ke rumah. Gadis itu begitu cantik juga santun. Bu Prapti merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun lupa dimana. "Dimana kalian saling mengenal?"tanya Bu Prapti sesaat setelah menghidangkan minuman ke atas meja. Tak mau menutupi, Arjuna menjawab apa adanya. "Ratih ini tetangga Reno dari desa yang bekerja dirumahku, ma. Aku menyukainya dan akan segera menikahinya."ucap Arjuna tanpa beban. "Kamu serius dengan keputusanmu itu, Arjuna?"hardik Bu Prapti emosi, membuat Ratih yang duduk disebelah Arjuna menunduk takut. "Sudahlah, Ma. Tak perlu dipermasalahkan! Yang penting aku menikah dan mama punya menantu."ujar Arjuna enteng. "Tapi tidak dengan pelayan juga, Arjuna Nayendra!"pekik Bu Prapti frustasi. Bagaimana mungkin keluarga Nayendra yang kaya raya dan terhormat bermenantukan seorang pelayan. Mau ditaruh dimana mukanya, kalau sampai rekan bisnisnya tau. "Lebih baik menikah dengan Della saja. Della cantik, pintar, dan
Bu Prapti mengamati gadis muda yang dibawa putranya ke rumah. Gadis itu begitu cantik juga santun. Bu Prapti merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya, namun lupa dimana. "Dimana kalian saling mengenal?"tanya Bu Prapti sesaat setelah menghidangkan minuman ke atas meja. Tak mau menutupi, Arjuna menjawab apa adanya. "Ratih ini tetangga Reno dari desa yang bekerja dirumahku, ma. Aku menyukainya dan akan segera menikahinya."ucap Arjuna tanpa beban. "Kamu serius dengan keputusanmu itu, Arjuna?"hardik Bu Prapti emosi, membuat Ratih yang duduk disebelah Arjuna menunduk takut. "Sudahlah, Ma. Tak perlu dipermasalahkan! Yang penting aku menikah dan mama punya menantu."ujar Arjuna enteng. "Tapi tidak dengan pelayan juga, Arjuna Nayendra!"pekik Bu Prapti frustasi. Bagaimana mungkin keluarga Nayendra yang kaya raya dan terhormat bermenantukan seorang pelayan. Mau ditaruh dimana mukanya, kalau sampai rekan bisnisnya tau. "Lebih baik menikah dengan Della saja. Della cantik, pintar, dan
Arjuna beranjak, meski masih sangat kesal dengan mamanya. Dengan malas ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai berpakaian dan merapikan rambutnya, ia segera turun ke lantai bawah untuk menemui mamanya. "Ada apa mama kemari?"tanya Arjuna tanpa basa basi. "Mama ingin membahas tentang masalah yang semalam." "Kalau tujuan mama ke sini untuk menjodohkanku dengan gadis pilihan mama, lupakan saja! karna keputusanku sudah bulat."sahut Arjuna cepat. "Mama sangat tau, kalau kamu itu keras kepala. Oke mama akan merestui, tapi dengan syarat!"tukas Bu Prapti tegas. "Maksud mama apa?" "Mama merestuimu menikahi pelayan itu. Tapi dengan syarat menyembunyikan asal usulnya! Kamu harusnya juga memahami posisi keluarga kita Arjuna. Setidaknya kamu bisa menjaga nama baik keluarga kita."ucap Bu Prapti menjelaskan. "Karna itu ma, aku ingin segera memperbaiki rumah yang ditinggali keluarga Ratih, juga memperbaiki perekonomian keluarga Ratih. Agar tidak dipandang remeh or
Lima bulan kemudian. Rumah gubuk yang menjadi hinaan tetangga itu, kini berdiri kokoh dua lantai. Arjuna memang tak pernah setengah-setengah dalam membantu orang. Semua harus sempurna seperti keinginannya. Beberapa hektar sawah yang digarap oleh Pak Tomo pun sebentar lagi sudah siap untuk dipanen. Diperkirakan hasil panennya akan melimpah dan mendapat untung berkali-kali lipat. Bu Prapti yang sudah tidak sabar untuk menimang cucu, selalu mendesak Arjuna untuk segera menikah. Apalagi sekarang keadaan perekonomian dikeluarga Ratih sudah lebih baik. Arjuna yang lelah selalu direcoki mamanya, memutuskan untuk melamar Ratih secara resmi pada akhir pekan ini. *** Pagi ini keluarga Pak Tomo sibuk menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Arjuna yang akan melamar Ratih secara resmi. Sedangkan Ratih, sudah pulang ke rumah orangtuanya 2 hari sebelum hari H. Ratih memakai gaun yang dibelikan oleh Arjuna. Lalu memoles wajahnya ala kadarnya. Rambut panjangnya yang biasanya di kucir
Ratih mendekap erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ah, sekarang ia sudah bukan lagi seorang gadis, melainkan sudah menjadi wanita seutuhnya. Teringat kejadian beberapa jam yang lalu, membuat pipi Ratih merona. Sebenarnya Ratih belum siap untuk menjalankan tugas sebagai istri. Namun Ratih tak mungkin menolak keinginan Arjuna yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Hingga terjadilah malam pertama. Malam panas yang penuh debar dan penuh gelora. Lelaki tampan yang bergelar sebagai suaminya itu kini tidur pulas disampingnya. Tangan kekarnya melingkar diperut Ratih. *** Bunyi alarm membangunkan Ratih dari tidur nyenyaknya. Ratih berniat bangkit setelah sejenak mengumpulkan nyawa, namun sepasang tangan kekar yang melingkar diperutnya membuatnya tidak bisa bergerak. Perlahan Ratih menyingkirkan tangan kekar itu, lalu menggeser tubuhnya. Baru saja kakinya menapak dilantai, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Sehingga tubuhnya jatuh ke ranjang dan kembali mereba
Hari berganti bulan, tak terasa usia kandungan Ratih sudah 7 bulan. Arjuna si calon ayah, kini menjelma menjadi suami siaga yang penuh perhatian. Ratih tak boleh ini tak boleh itu, tak boleh begini tak boleh begitu, bahkan makan saja ia yang suapi. Ratih yang dalam kesehariannya biasa bergerak, merasa tersiksa dengan aturan yang Arjuna buat. Ditambah lagi dengan keberadaan Bu Prapti yang menetap dirumah Arjuna sampai cucunya lahir ke dunia. Sebagai calon nenek yang baik, Bu Prapti begitu protektif dengan asupan makanan dan gizi untuk perkembangan janin dalam kandungan Ratih. Bu Prapti dan Arjuna begitu antusias menantikan kehadiran anggota baru dikeluarga Nayendra. *** Tak tahan hanya berdiam diri dikamar, Ratih mengambil kemoceng untuk membersihkan kaca jendela kamarnya yang kotor karna debu. Namun baru sebentar, teriakan Arjuna membuat tangannya berhenti bergerak. "Apa yang kau lakukan, Ratih?"Arjuna berjalan cepat menghampiri istrinya yang berdiri didepan jendela. "I-i
Sudah 30 menit Ratih berjalan mengelilingi taman dirumah besar Arjuna. Walaupun tidak full jalan, 5 menit jalan 5 menit berhenti, begitu seterusnya. Maklumlah, kandungan Ratih sudah besar dan ia keberatan membawa beban tubuhnya. "Mas Juna duduk disana saja, tidak usah ngikutin aku terus."seru Ratih menunjuk ke arah kursi yang ada ditaman. Pasalnya, Arjuna yang ada disampingnya itu malah membuat jalannya jadi lambat karna bergelayut padanya. "Tidak sayang, mas harus siap sedia disampingmu."tolak Arjuna cepat. Ratih mendesah kesal, suaminya itu keras kepala sekali. Dari tadi selalu saja mengikutinya, bahkan saat Ratih ke kamar mandipun juga ikut masuk ke dalam. Dengan dalih takut jika nanti Ratih terpeleset. Ah, terlalu lebay calon bapak yang satu itu. Kesal namun takut dosa kalau memarahi suami, akhirnya Ratih hanya bisa merengut sebal. "Pipinya minta digigit ya sayang?"goda Arjuna mengerling nakal, membuat Ratih bertambah kesal. Istrinya yang sejak hamil berubah sexy itu