Hari berganti bulan, tak terasa usia kandungan Ratih sudah 7 bulan. Arjuna si calon ayah, kini menjelma menjadi suami siaga yang penuh perhatian. Ratih tak boleh ini tak boleh itu, tak boleh begini tak boleh begitu, bahkan makan saja ia yang suapi. Ratih yang dalam kesehariannya biasa bergerak, merasa tersiksa dengan aturan yang Arjuna buat. Ditambah lagi dengan keberadaan Bu Prapti yang menetap dirumah Arjuna sampai cucunya lahir ke dunia. Sebagai calon nenek yang baik, Bu Prapti begitu protektif dengan asupan makanan dan gizi untuk perkembangan janin dalam kandungan Ratih. Bu Prapti dan Arjuna begitu antusias menantikan kehadiran anggota baru dikeluarga Nayendra. *** Tak tahan hanya berdiam diri dikamar, Ratih mengambil kemoceng untuk membersihkan kaca jendela kamarnya yang kotor karna debu. Namun baru sebentar, teriakan Arjuna membuat tangannya berhenti bergerak. "Apa yang kau lakukan, Ratih?"Arjuna berjalan cepat menghampiri istrinya yang berdiri didepan jendela. "I-i
Sudah 30 menit Ratih berjalan mengelilingi taman dirumah besar Arjuna. Walaupun tidak full jalan, 5 menit jalan 5 menit berhenti, begitu seterusnya. Maklumlah, kandungan Ratih sudah besar dan ia keberatan membawa beban tubuhnya. "Mas Juna duduk disana saja, tidak usah ngikutin aku terus."seru Ratih menunjuk ke arah kursi yang ada ditaman. Pasalnya, Arjuna yang ada disampingnya itu malah membuat jalannya jadi lambat karna bergelayut padanya. "Tidak sayang, mas harus siap sedia disampingmu."tolak Arjuna cepat. Ratih mendesah kesal, suaminya itu keras kepala sekali. Dari tadi selalu saja mengikutinya, bahkan saat Ratih ke kamar mandipun juga ikut masuk ke dalam. Dengan dalih takut jika nanti Ratih terpeleset. Ah, terlalu lebay calon bapak yang satu itu. Kesal namun takut dosa kalau memarahi suami, akhirnya Ratih hanya bisa merengut sebal. "Pipinya minta digigit ya sayang?"goda Arjuna mengerling nakal, membuat Ratih bertambah kesal. Istrinya yang sejak hamil berubah sexy itu
"Tolong selamatkan istri dan anak saya, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya. Saya akan bayar berapapun biayanya."ujar Arjuna cemas bercampur panik. "Baik Pak Arjuna. Kami akan melakukan yang terbaik untuk istri dan anak bapak."balas Dokter Ridwan sebelum memasuki ruang operasi. Namun tak berselang lama, Dokter Ridwan kembali keluar untuk memanggil Arjuna. "Pak Arjuna, istri bapak memanggil bapak. Apa bapak bersedia menemani istri saat operasi berlangsung? Support dari bapak sangat dibutuhkan Bu Ratih saat ini."terang Dokter Ridwan menjelaskan. "Ba-baik Dok, saya bersedia."sahut Arjuna cepat disertai kegugupan. Pasalnya, ini pengalaman pertama bagi Arjuna menemani sang istri melahirkan. Perasaannya campur aduk antara takut dan cemas. "Sayang, aku yakin kamu kuat. Kamu dan anak kita akan baik-baik saja."ucap Arjuna menyemangati Ratih yang terbaring lemah menahan sakit. Sesekali tangan Arjuna menghapus peluh diwajah Ratih lalu mengecup keningnya. "Aku takut Mas
Arjuna khawatir melihat Ratih yang menangis sesaat setelah tersadar dari efek obat biusnya. Ketika Arjuna akan beranjak memanggil Dokter, Ratih mencegah dengan menggenggam erat tangan Arjuna. "Sayang."lirih Arjuna bingung. "Ak-aku gapapa Mas, aku hanya, ak-aku terharu punya suami yang begitu setia disisiku."ucap Ratih terbata dengan mata berkaca-kaca. "Astaga sayang, sudah kewajiban Mas untuk selalu mendampingi istri Mas. Apalagi istri Mas yang cantik ini sudah melahirkan malaikat kecil yang sangat tampan untuk Mas. Trima kasih sayang. Mas sangat mencintaimu."ungkap Arjuna memeluk erat Ratih. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan, selain berada disisi orang yang dicintainya. Apalagi dengan kehadiran putra tampan mereka. Melengkapi kebahagiaan dikeluarga besar Nayendra. *** Sudah 3 hari Ratih dirawat dirumah sakit. Banyak kerabat dari keluarga Nayendra yang berdatangan untuk menjenguk, sekaligus penasaran dengan paras tampan anggota baru dikeluarga Nayendra. Arjuna tak p
Arjuna menjemput mertua dan adik iparnya di stasiun. Sebenarnya Arjuna sudah akan membelikan mobil untuk mertuanya, namun ditolak karna tidak ada yang bisa mengemudikannya. Berhubung mereka ada disini, Arjuna akan turun tangan sendiri untuk mengajari adik tertua Ratih mengemudikan mobil. Suasana haru mewarnai dua keluarga besar itu. Althaf si bayi tampan itu anteng-anteng saja menjadi rebutan para orangtua untuk digendong. Setelah kondisi Ratih membaik, semua sepakat untuk mengadakan syukuran atas kelahiran Althaf Nayendra. Bu Prapti yang ingin memperkenalkan cucu tercintanya pada publik, menggelar pesta secara besar-besaran dan meriah. *** "Mas, badanku masih melar begini, apa nanti tidak malu-maluin?"tanya Ratih sembari mengamati dirinya didepan cermin. "Kenapa malu-maluin sayang? Istri Mas, sexy begini kok."ucap Arjuna memeluk istrinya dari belakang. "Sungguh, Mas tidak malu punya istri gendut sepertiku?"Ratih berbalik lalu menatap lekat suaminya. Arjuna mengang
Dengan malas-malasan, Arjuna membawa langkahnya memasuki mobil. Sebelum mobil melaju, ia membuka kaca jendela lalu berteriak nyaring dengan tangan membentuk love. "Love you sayangnya daddy." Ah, bapak satu anak itu lebay sekali. Pak Damian yang duduk disebelahnya sampai geleng-geleng kepala, heran dengan perubahan sikap anaknya yang biasanya arogan itu. "Berangkat sekarang, Pak!"titah Pak Damian, sebelum ia semakin stres melihat tingkah Arjuna. "Baik, Tuan!"jawab si sopir patuh. "Aku kerja setengah hari saja, Pa. Aku ingin merawat dan mengurus putraku."ujar Arjuna sembari menyandarkan punggungnya. "Jangan banyak alasan! Dirumah ada banyak orang yang merawat Althaf."seru Pak Damian kesal. "Kamu itu punya anak, bukannya bertambah dewasa malah kekanak-kanakan. Dulu papa juga merasakan punya anak, tapi tidak selebay kamu itu."lanjut Pak Damian menceramahi Arjuna, sedangkan Arjuna sendiri melirik papanya sinis. *** Dipaksa ke kantor saat sedang sayang-sayangnya pada sang putr
Arjuna terlelap dengan memeluk istrinya. Ratih yang terbangun karena tangisan putranya, kaget mendapati suaminya yang tertidur dibelakangnya. "Loh, Mas Juna kok ada disini. Bukannya ini masih jam kantor?"gumam Ratih sembari mengangkat tubuh putranya untuk ia beri asi. Bayi tampan yang baru berusia satu minggu itu, semakin lucu dengan pipi gembulnya. Ratih tidak menyangka, di usianya yang baru menginjak 19 tahun sudah menjadi seorang ibu. Biarpun harus kehilangan masa mudanya, namun Ratih tak menyesalinya. Dirinya sangat bersyukur mendapatkan suami yang begitu baik dan penyayang seperti Arjuna. Setelah meletakkan anaknya yang telah tertidur ke box bayi, Ratih beranjak mendekati suaminya. Ditatapnya pria itu penuh cinta. Tangannya bergerak membelai wajah tampannya, lalu ciuman Ratih mendarat pada pipi kanannya. Saat Ratih akan beranjak, tiba-tiba tangannya ditarik sehingga membuatnya jatuh terhuyung ke ranjang. "Mau kemana sayang?"ucap Arjuna dengan suara serak khas bangun
Pagi ini Arjuna ogah-ogahan bangun. Rasanya mau tidur terus sembari memeluk anak dan istrinya. Namun semua keinginannya itu harus buyar saat teriakan mamanya menggema didepan pintu kamarnya. "Junaaaa, keluar kamu! Menantu sama cucu mama jangan kamu kurung terus didalam kamar!" Brak brak brakk! tak mempan dengan teriakan, Bu Prapti dengan semangat menggedor-gedor pintu. Membuat Arjuna mau tak mau melepaskan pelukan pada istrinya. Dalam hitungan detik, istrinya itu sudah berdiri membuka pintu dengan menggendong Arjuna junior. Begitu pintu terbuka, Bu Prapti segera mengambil alih Althaf yang ada dalam gendongan Ratih. "Biar mama yang urus anak tampan ini. Kamu urus bayi besar yang nakal itu!"ucap Bu Prapti melirik sinis pada Arjuna. "Baik, Ma."jawab Ratih sopan. Ratih kembali menghampiri suaminya yang kembali tidur itu. Benar-benar payah bapak satu anak itu. Anaknya yang masih bayi saja sudah bangun dan sudah mandi, eh bapaknya malah masih tidur nyenyak. "Mas, bangun! Sudah