POV JAKAAku kira setelah aku melangsungkan pernikahan dengan Saskia hidupku akan bahagia. Nyatanya malah kebalikannya, hidupku menjadi sial.padahal belum ada hitungan hari aku menikahi Saskia,disini nasibki sekarang mendekam di hotel prodeo atas dugaan pemalsuan identitas.Saskia kemarin hanya menjadi saksi jadi dia tidal ditahan, ini semua gegara aku yang menuruti kemauan ibu. Hidupku berantakan, seharuanya sekarang aku sedang mengecap malam indah bersama Saskia, bukan disiniMenurut polisi aku harus menunggu Kinan sebagai pelapor untuk memberikan keterangan.Kinan, Mas rindu kamu. Mas minta maaf sudah mengkhianati kamu, batinku dengan penuh penyesalan.Kalau ibu tidak memaksaku untuk menikahi Saskia tentu aku masih menikmati keluarga yang harmonis. "Pak Jaka ada yang datang berkunjung," ujar polisi yang tadi memeriksaku, kalau tidak salah namanya Pak Santoso."Siapa Pak?" tanyaku yang merasa malas untuk bertemu siapapun hari ini."Ibu dan adik anda," jawab Pak Santoso seraya menga
Keesokan harinya Kinan sudah siap untuk berangkat menuju sidang cerai pertamanya. Sesungguhnya kalau boleh jujur saat ini Kinan sangat gugup. Apalagi setelah itu dia akan ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.Dia hari ini hanya didampingi oleh Mahira, sejak Kinan diketahui hamil dia meminta sang Nenek untuk mengijinkan Mahira menjadi asistennya. Nenek Arini tentu saja langsung menyetujui ide dari Kinan tersebut. Maka dari itu Kinan selalu ditemani Mahira dalam berbagai kondisi termasuk saat ini."Kinan gimana udah siap kan?" tanya Mahira ketika mereka bertemu di depan ruang sidang."Insha Allah siap tidak siap harus kujalani kan?" jawab Kinan sambil tersenyum. Dia sudah pasrah dengan takdir rumah tangganya yang ternyata harus berakhir dengan jalan seperti ini.Pak Tudi sebagai pengacara yang akan mendampingi Kinan di dalam sidang kali ini pun sudah datang dan menunggunya di depan ruang sidang."Pagi Pak Rudi, hari ini saya pasrahkan semua kepada Bapak ya. Saya rasa tidak perlu
"Lalu apakah karena saya belum bisa memberikan Mas Jaka keturunan, lalu Ibu dengan mudahnya membuat Mas Jaka menghamili wanita lain yang bahkan belum resmi dinikahinya. Apa ibu sudah cukup bekal ke akhirat sehingga tidak mengingat dosa?" sindir Kinan."Ibu macam apa yang bisa bahkan membiarkan begitu saja anaknya untuk berbuat zina dengan yang bukan muhrimnya padahal anak lelakinya masih berstatus sah menjadi suami orang lain," lanjut Kinan yang semakin membuat Ibu Jaka malu sekaligus emosi mendengarnya.Semua yang ada di ruangan tersebut menahan nafas mendengar sindiran telak dari Kinan. Terutama Jaka yang merasa aibnya dikuliti habis-habisan oleh istrinya itu."Hei kamu jangan menuduh kami berzina ya, jangan sembaramgan kalau ngomong atau kamu akan saya tuntut," teriak Saskia.Kinan hanya tertawa mendengar Saskia meneriakinya."Hei Mbak pelakor, apa namanya kalau ketahuan hamil duluan sebelum menikah kalau bukan karena berzina?" sahut Kinan."Saya ada bukti kok yang menjelaskan den
Kinan sudah sampai di cafe setelah mencari rujak buah yang diinginkan. Mahira masih setia mengikuti dari belakang. Dia sudah berjanji untuk menjaga Kinan dan adek bayi yang sedang dikandung sepenuh hatinya."Hira, ini rujaknya yuk makan barengam," ucap Kinan sambil asik mencomot mangga muda kegemarannya selama hamil.Tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, dan terlihat sang nenek muncul lalu duduk di kursi tamu yang memang terdapat di ruang kerja Kinan untuk menerima tamu."Gimana Kinan sidangnya lancar?" tanya sang nenek begitu duduk di kursi."Alhamdulillah lancar Nek, tadi Kinan juga sudah datang ke penjara dan membuat Mas Jaka menyetujui perjanjian bahwa tidak akan mempersulit sidang cerai kami," jelas Kinan panjang lebar."Syukurlah kalau begitu. Berarti sekarang Jaka sudah bebas? Apa tidak masalah kalau dia bebas begitu saja Kinan?" tanya Nenek Arini."Biar saja Nek, paling tidak dia sudah pernah merasakan rasanya bermalam di penjara," jelas Kinan."Lagipula Nek, meskipun Mas Ja
"Ibu ih malu-maluin sekali masak arisan saja nunggak, mending nggak usah ikut arisan kalau nggak bisa bayar Bu," celetuk Saskia pada ibu mertuanya yang tentu saja membuat kesal Bu Lina."Jaka gimana ini?" tanya Bu Lina pada anaknya."Apanya yang gimana Bu? Ya dibayar aja donk Bu, kan Jaka sudah kasih Ibu uang bulan ini," jawab Jaka yang semakin membuat Bu Lina kesal."Jaka kamu itu, uang Ibu kan sudah dipakai buat bayar yang teman ibu kemarin itu. Kamu mana kasih Ibu uang sih buat ngurus semua itu," geram Bu Lina mengeluarkan kekesalannya.Jaka terperangah mendengar jawab ibunya itu, dia memang lupa tidak memberikan ibunya uang untuk mengurus status palsunya itu. Sekarang ibunya malah merongrong uangnya untuk bayar arisan."Jaka lagi nggak ada tabungan Bu, kan habis buat beli seserahan kemarin pas nikahan," jawab Jaka dengan tertunduk."Saskia tolong Ibu, pinjamin dulu uangmu nanti aku ganti kalau sudah gajian," ucap Jaka akhirnya meminta tolong pada istrinya itu.Saskia mendecak seba
Dia baru mengetahui bahwa Saskia yang selalu terlihat paripurna itu ternyata masakannya parah. Berbeda sekali dengan Kinan yang meskipun tampil sederhana tapi dia tidak pernah meyajikan makanan yang gagal untuknya. Jaka jadi mulai menyesali keputusannya untuk berpisah dengan Kinan.Ternyata penyesalan memang selalu datang di akhir. Jaka perlahan mulai memikirkan kembali pernikahannya dengan Kinan yang sudah tidak dapat dia selamatkan lagi.Tapi kalau aku bisa membujuk Kinan untuk membatalkan perceraian mungkin pernikahanku bisa diselamatkan. Jadi nantinya aku akan punya dua istri, Kinan akan mengurus kebutuhanku dan Saskia akan mengurus bagian kebutuhan batinku, ah indahnya. Batin Jaka mengkhayal.Jaka lupa bahwa Kinan adalah orang yang kalau sudah memutuskan sesuatu tidak akan mudah untuk merubahnya kembali. Karena bagi Kinan memutuskan hal penting seperti perceraian pasti sudah melalui banyak pertimbangan yang diambil.Jaka segera masuk ke kamar dan mengambil ponselnya untuk menelep
Sementara itu di Cafe Alamanda, Kinan bukannya tidak tahu kalau Jaka berkali-kali meneleponnya. Tapi dia memang sengaja tidak ingin membuat komunikasi dalam bentuk apapun dengan Jaka. Dia hanya ingin segera terbebas dari Jaka agar bisa fokus mengurus adek bayi yang sedang dikandungnya.Tok..tok..tokk..Suara ketukan pintu terdengar dan begitu pintu dibuka terlihatlah sosok Bu Hasna yang rupanya sedang mampir mengunjungi Kinan. Tentu saja Bu Hasna juga ingin melihat Mahira yang kini sudah bekerja menjadi asisten Kinan."Assalamualaikum," sapa Bu Hasna."Waalaikumsalam, ayo duduk Bu. Kok nggak bilang mau mampir?" jawab Kinan sambil mempersilahkan Bu Hasna untuk duduk di kursi sofa yang sudah disediakan jika ada tamu yang berkunjung." iya tadi Ibu pergi belanja kebutuhan pantiz terus sekalian saja ibu mampir kesini. Mau lihat kamu dan Mahira," jelas Bu Hasna sambil tersenyum."Eh tapi Mahira sedang ikut nenek rapat di cafe lain. Ibu mau minum apa?" tanya Kinan."Apa aja asal tidak merep
Jaka tiba-tiba tercetus ide menarik bagaimana dia merayu Kinan agar membatalkan perceraiannya. Jaka gegas menghubungi Bu Hasna, kepala panti tempat Kinan tinggal.Tuuuuttt.. Tuuuuttt.."Hallo assalamualaikum," terdengar suara salam terdengar dari ujung telepon."Waaialaikumsalam Bu Hasna. Ini Jaka, boleh saya meminta tolong kepada ibu?" tanya Bu Hasna dari ujung telepon.Jaka pun segera memberitahu tujuannta menelepon Bu Hasna. Tentu saja dengan dibumbui sedikit tangisan agar Bu Hasna merasa kasihan kepadanya dan mau membantu Jaka. Pada awalnya Bu Hasna menolak permintaan Jaka. Tapi Jaka tidak patah arang, dia kembali memohon hingga Bu Hasna pun luluh dan bersedia membantunyaJaka tersenyum mengingat percakapannya dengan Bu Hasna. Dia yakin pasti saat ini Bu Hasna sedang membujuk Kinan dan Jaka juga yakin bahwa Kinan akan bersedia membatalkan perceraiannya."Mas kenapa senyum-senyum?" tanya Saskia membuyarkan lamunan Jaka."Apa sih siapa juga yang senyum?" jawab Jaka."Aku liat loh ka
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar