Home / Rumah Tangga / Mahligai yang terkoyak / Bab 06. Keunikan Indah

Share

Bab 06. Keunikan Indah

Author: Rafansya
last update Last Updated: 2023-01-15 16:32:10

Indah menyentuh dada ketika menyadari sosok suaminya tengah menatapnya. Dia merasa takut. Indah jadi cecegukan. Kebiasaan yang baru terlihat.

"Ini kenapa? Mulai deh," gumam Indah. Dia memaling wajah seakan tak ada masalah. Padahal Gilang hanya ingin bertanya masalah tadi malam.

"Tunggu!"

"Ada apa ya Pak?" Indah bertanya sambil sesekali cecegukan, dan Gilang merasa heran. Matanya yang tadinya melebar perlahan mengecil karena keunikan istrinya.

"Tak jadi. Kau kenapa?" Gilang meraih air putih di meja dan menyerahkan pada istrinya. Indah merasa ilfeel karena ia sangat ingat, itu minum bekas bibir suaminya yang sengaja ia siapkan untuk Gilang. Sebuah kebiasaan di pagi hari, Gilang ketika bangun tidur. Bahkan suhu air masih terasa hangat dan tinggal setengah.

"Tak perlu Pak. Nanti juga hilang sendiri," tolaknya.

Gilang mendengus napas kesal. Indah berani menolak permintaannya. Padahal terlihat tidak baik-baik saja. Indah bersegera menuju lemari. Tak lupa meletakkan kembali gelas tadi. Sesekali ia menoleh ke belakang demi memastikan Gilang sudah masuk ke kamar.

"Alhamdulillah," ucapnya. Indah bersegera memakai pakaian mengingat ada ujian, dan ia tak boleh terlambat.

Setelah mereka menikmati sarapan bersama. Indah mengulur tangan. Ia ingin berpamitan. Dia tak mau di bilang tak menghormati suami.

"Saya pamit Pak!"

"Iya." Gilang hanya memasang raut cuek. Namun, ia hargai kebaikan Indah yang mau membantu menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga keluar idenya untuk mencari asisten dosen. Selain bisa mengawasi Indah, ia berharap hubungannya dengan Indah bisa berjalan sesuai rencana.

****

Indah sedang membaca buku di kelas. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara Luna yang berbicara sambil berbisik-bisik menggiang dari arah jendela. Kelakuan Luna memang usil. Dia kerab menganggu Indah yang memang sedikit penakut.

"Luna! Jangan usil deh," pinta Indah. Dia menarik kursi, berjalan menuju pintu. Indah memandang sekitaran. Yang terlihat bukannya Luna, malah suaminya, Gilang. Pria itu membawa buku Indah yang ketinggalan.

"Pak Gilang, ada apa ke sini?"

"Ini barangmu ketinggalan di meja," ujar Gilang. Dia menyerahkan sebuah buku yang tertulis ' Diary Indah'. Indah membulat mata sambil menelan saliva. Dia tak ingin buku kecilnya ini, diketahui orang lain. Yang ada bertambah rumit masalahnya. Apalagi kalo Gilang yang membaca.

"Terimakasih."

Bel masuk berbunyi. Semua para mahasiswa-mahasiswi berbondong masuk kelas. Mereka akan memulai ujian akhir semester.

Gilang meraih kertas dan membagi ke para anak didiknya. Kebetulan ia bertugas untuk menjaga selama ujian berlangsung. Kali ini, ia melihat Indah begitu tenang.

Tak terasa waktu ujian selesai. Mereka berbondong mengumpul ke depan. Sementara Indah memilih mengantar terakhir. Dia merasa sedikit berbeda. Apalagi, Gilang tak jadi memarahi karena ulah beraninya yang membantu dalam menyelesaikan pekerjaannya di sekolah.

Luna menarik tangan Indah menuju kantin. Keduanya saling bercanda satu sama lain. Mereka memesan menu makanan. Luna tak henti menatap Indah yang sedikit berbeda. Dia seperti sedang mencari seseorang.

"Kamu cari siapa? Cari Pak Satria ya?" ledek Luna menggodanya.

"Sembarangan."

"Lalu cari siapa lagi? Pak Gilang!" Luna mulai menebak satu persatu dari Satria hingga pria yang pernah mengatakan cinta untuk sahabatnya. Namun, Indah menolak karena pria itu terlihat bukan pria yang sholeh.

"Bicara itu tak usah kuat, kenapa? Kalo dengar orangnya, bagaimana?" celetuknya menahan kesal ulah sahabatnya yang asal bicara.

Satria tersenyum ketika melihat Indah sedang duduk bersama Luna. Mereka menyantap pesanan yang baru saja terhidang. Luna tampak tak sabar. Dia sudah kelaparan karena melihat ujian tadi sangat susah dan menguras energinya.

"Indah, menurutmu, ujian tadi susah enggak?"

"Susah, sudah banget malam. Aku saja tak tahu, apa jawaban aku benar apa enggak? Secara Pak Satria memberi soal yang sulit. Mana kemarin aku banyak tak masuk."

"Iya 'kan, susah? Dugaanku benar."

"Pasrah saja. Yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik. Setidaknya nilai kita jangan sampai merah," ujarnya sambil meneguk air.

Luna memainkan mata ketika tak sengaja melihat Satria berjalan kearah mereka. Satria tersenyum kecil. Pria yang satu ini memang ramah pada anak didiknya.

"Matamu kenapa?"

"Pak Satria mendekati kita," bisik Luna.

"Serius?"

Sejak mengetahui bahwa Satria menyukainya. Indah merasa berbeda. Dia tak mau berurusan dengan Satria, kecuali terkait masalah pelajaran. Secara Gilang juga mengetahui akan hal itu. Takutnya, jika ketahuan, persepsi Gilang kepadanya bertambah runyam.

"Iya. Tapi, ada apa ya? Tumben Pak Satria menemui kita. Apa jawaban kita banyak salah?" tebak Luna.

"Sebaiknya aku pergi. Aku duluan ya. Oh ya, ini uang! Tolong bayarkan!"

Indah memutar tubuh dengan cepat. Dia memilih lewat belakang agar tak terjadi kesalahpahaman jika Gilang melihatnya. Indah melakukan ini karena tak ingin masalah hidupnya bertambah rumit.

Related chapters

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 07.

    Satria berjalan cepat. Dia menahan pundak gadis yang sedang ingin melangkah cepat. "Mau ke mana?"Satria menyerahkan sesuatu pada Indah. Sebuah tas kecil anyaman. sejak kecil, keduanya pernah terlibat kerajinan tangan. "Hah, mau ke toilet, Pak. Ini untukku?" Pelangi meraih paperbag tersebut. Dia bisa mengerti, jika Satria berusaha untuk mengingat kenangan masa kecilnya."Silahkan dibuka!" "I-ya Pak." Indah tampak gugup. Perlahan paperbag tersebut terbuka. Indah mengintip sekilas, lalu menutup cepat."Bagaimana? Apa kamu suka?"Indah mengangguk pelan. Tak ingin berlama di sana. Dia berpamitan untuk segera menghilang dari sana. Tak sengaja melihat Gilang yang ternyata mencarinya. Ketiga netra mereka saling memandang. Untung saja, ada Luna yang membantunya."Indah! Mari kita pulang!""Iya Lun, mari! Kami duluan ya, Pak. Terimakasih atas hadiahnya," ucap Indah dengan sopan. Dia memutar mata badan sambil merangkul pundak sang sahabat menuju parkiran. Gilang memaling wajah. Dia juga iku

    Last Updated : 2023-01-25
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 01 . Terpaksa menerima

    Indah sedang berlari menuju kelas. Dia berlari dengan kuat. Namun, lagi-lagi ia terlambat. “Kamu lagi, kamu lagi,” sindir Gilang. Dia melipat tangan berdiri memandang gadis yang sudah basah dengan keringat. “Maaf Pak,” lirih Indah. Dia tersenyum lebar sambil menangkup tangan. Gilang yang memandangnya merasa kesal. Jiwanya meronta ketika melihat mata hazel itu melemas seakan meminta belai kasihan. Gadis ini benar-benar membuatnya begitu emosi karena aliran darah pada jantungnya memompa kencang. Siapa gadis ini? Mengapa setiap melihat Indah. Hatinya tak mampu melawan. Pesona Indah mengugurkan sifat setia yang selama ini ia pegang dengan susah payah. Indah tersenyum ketika pria (37 tahun) ini bernapas panjang, tanda menyerah. Indah menarik kursi dan duduk menghadapnya. Dia membuka tas meraih tugas untuk diserahkan kepada Gilang."Ini Pak."Gilang meraih dan mengeceknya. Ia tak menyangka tugas yang Indah kerjakan begitu sempurna. Wajar saja, Indah mendapat beasiswa untuk bisa menunt

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 02. Menikah

    Gladis sedang duduk manis di gerbang. Dia tersenyum manis ketika melihat sang suami berlari menuju kearahnya. Gilang terlihat begitu perhatian. Dia meraih tangan sang istri lalu mencium lama di sana.“Maaf, lama. Tadi aku sedang mengoreksi nilai ujian para peserta didik di sini. Bagaimana kalo kita langsung berangkat saja? Ini juga sudah siang,” pinta Gilang. Dia merangkul pundak sang istri dengan lembut menuju mobil yang terparkir rapi di sudut sana. Keduanya terlihat begitu bahagia. Saling melengkapi satu sama lain. Gilang tak henti menatap sang istri. Sudah seminggu mereka tak bertemu karena adanya tugas keluar kota. Mengingat Gladis seorang Designer yang cukup populer kala itu. Sementara Indah dan Luna juga menuju tempat yang sama. Langkah Indah terhenti ketika melihat Gladis dan Gilang menuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Bahkan matanya tak bisa berkedip karena terpana pada keromantisan mereka. Dia tak habis pikir pada Gladis yang meminta ia menjadi istr

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 03. Pengakuan Satria

    Tubuh Indah gemetar hebat. Keringat dingin membasahi pelipis. Dia begitu takut ketika memandang Gilang menatapnya dengan meringas. Hidup Indah benar-benar dibuat terkejut dengan sikap suaminya. "Saya mohon Pak!" Indah menangkup tangan sambil menangis. Dia tak ingin melakukan kegiatan ini dalam keadaan tak sadarkan diri. Gilang sengaja melakukan ini. Semata ingin memberi jera pada Indah yang sudah lancang masuk ke dalam hidupnya."Takut? Baru begitu saja sudah takut. Bagaimana kalo aku melakukan beneran?" Indah memeluk tubuh dengan selimut. Dia tak siap untuk menjalani kehidupan ini. Gilang terlihat pria dewasa yang sudah berpengalaman. Tak lama kemudian, Gilang memilih pergi. Dia tersenyum puas ketika melirik istri keduanya ini ketakutan.Ponsel Indah berdering. Dia melihat nama Luna memanggil. "Bagaimana ini? Aku angkat atau tidak?" ucap Indah. Dia mengambil ponsel miliknya dengan gemetar. Baru ingin mengangkat, Gilang menerobos masuk ke dalam. Ternyata ia ingin mengambil jaket kul

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 04. Merasa bersalah

    Gilang meninggalkan Indah. Dia berusaha membuat Indah untuk tidak tinggal serumah dengannya. Namun, Indah tak putus asa. Dia terpaksa melakukan ini semua, demi menjalani yang diperintahkan Gladis. Semakin cepat, maka semakin baik. Dengan begitu, ia bisa bertemu Dira dan Hendra. Hanya mereka satu-satunya keluarga dan sumber kekuatan Indah untuk bertahan menjalani ini semua. Meski kedepannya ia tak tahu harus bagaimana.Indah memilih menaiki taksi menuju alamat tadi. Dia tak peduli lagi jika Gilang akan memaki, mengusir, bahkan mengatakan apapun tentangnya. Dia sudah siap dengan konsekuensi yang terjadi.Setelah membayar ongkos kepada supir. Indah bergegas menuju pintu gerbang. Di sana, ia ditahan oleh Fogi, petugas keamanan di rumah sana."Maaf, kamu siapa? Di sini dilarang masuk selain Pak Gilang dan Ibu Gladis," tegasnya. Sebagai petugas keamanan, Pak Fogi harus lebih mendetail tamu yang masuk. Mengingat itu perintah majikannya.Indah meraih ponsel. Dia menghubungi Gladis untuk menje

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 05. Mulai tertarik

    Setelah memastikan mobil Gladis menghilang. Gilang memilih menemui Indah. Indah sedang melamun memandang mereka dari atas.Indah menghela nafas berat memikirkan masalah kehidupannya yang tak tahu mau dibawa ke mana. "Indah," sapa Gilang. Dia berdiri menghampiri istri keduanya yang tak berani menatapnya dari samping."Iya, Pak." Indah memutar tubuh ingin masuk kembali. Dia masih syok pada perdebatan tadi. Terlihat Gilang sangat mencintai istrinya. Bahkan tak rela dengan pernikahan kedua ini."Aku sedang bicara. Mengapa kamu menunduk begitu? Jika suami mengajak bicara seharusnya menatap. Bukan di tekuk begitu," sindirnya. Gilang memberanikan diri meraih lengan kecil gadis yang kini status menjadi istri keduanya menuju tempat tidur."M-a-af. Bapak mau membawa aku ke mana?""Menurutmu? Bukankah kau ingin dipercepat? Aku juga sudah lelah dengan ini semua. Mari kita lakukan!" Gilang memberanikan diri memandang Indah. Jantungnya memompa cepat. Dia menghela nafas panjang. Apakah mungkin ia a

    Last Updated : 2023-01-12

Latest chapter

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 07.

    Satria berjalan cepat. Dia menahan pundak gadis yang sedang ingin melangkah cepat. "Mau ke mana?"Satria menyerahkan sesuatu pada Indah. Sebuah tas kecil anyaman. sejak kecil, keduanya pernah terlibat kerajinan tangan. "Hah, mau ke toilet, Pak. Ini untukku?" Pelangi meraih paperbag tersebut. Dia bisa mengerti, jika Satria berusaha untuk mengingat kenangan masa kecilnya."Silahkan dibuka!" "I-ya Pak." Indah tampak gugup. Perlahan paperbag tersebut terbuka. Indah mengintip sekilas, lalu menutup cepat."Bagaimana? Apa kamu suka?"Indah mengangguk pelan. Tak ingin berlama di sana. Dia berpamitan untuk segera menghilang dari sana. Tak sengaja melihat Gilang yang ternyata mencarinya. Ketiga netra mereka saling memandang. Untung saja, ada Luna yang membantunya."Indah! Mari kita pulang!""Iya Lun, mari! Kami duluan ya, Pak. Terimakasih atas hadiahnya," ucap Indah dengan sopan. Dia memutar mata badan sambil merangkul pundak sang sahabat menuju parkiran. Gilang memaling wajah. Dia juga iku

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 06. Keunikan Indah

    Indah menyentuh dada ketika menyadari sosok suaminya tengah menatapnya. Dia merasa takut. Indah jadi cecegukan. Kebiasaan yang baru terlihat."Ini kenapa? Mulai deh," gumam Indah. Dia memaling wajah seakan tak ada masalah. Padahal Gilang hanya ingin bertanya masalah tadi malam."Tunggu!""Ada apa ya Pak?" Indah bertanya sambil sesekali cecegukan, dan Gilang merasa heran. Matanya yang tadinya melebar perlahan mengecil karena keunikan istrinya."Tak jadi. Kau kenapa?" Gilang meraih air putih di meja dan menyerahkan pada istrinya. Indah merasa ilfeel karena ia sangat ingat, itu minum bekas bibir suaminya yang sengaja ia siapkan untuk Gilang. Sebuah kebiasaan di pagi hari, Gilang ketika bangun tidur. Bahkan suhu air masih terasa hangat dan tinggal setengah."Tak perlu Pak. Nanti juga hilang sendiri," tolaknya.Gilang mendengus napas kesal. Indah berani menolak permintaannya. Padahal terlihat tidak baik-baik saja. Indah bersegera menuju lemari. Tak lupa meletakkan kembali gelas tadi. Sesek

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 05. Mulai tertarik

    Setelah memastikan mobil Gladis menghilang. Gilang memilih menemui Indah. Indah sedang melamun memandang mereka dari atas.Indah menghela nafas berat memikirkan masalah kehidupannya yang tak tahu mau dibawa ke mana. "Indah," sapa Gilang. Dia berdiri menghampiri istri keduanya yang tak berani menatapnya dari samping."Iya, Pak." Indah memutar tubuh ingin masuk kembali. Dia masih syok pada perdebatan tadi. Terlihat Gilang sangat mencintai istrinya. Bahkan tak rela dengan pernikahan kedua ini."Aku sedang bicara. Mengapa kamu menunduk begitu? Jika suami mengajak bicara seharusnya menatap. Bukan di tekuk begitu," sindirnya. Gilang memberanikan diri meraih lengan kecil gadis yang kini status menjadi istri keduanya menuju tempat tidur."M-a-af. Bapak mau membawa aku ke mana?""Menurutmu? Bukankah kau ingin dipercepat? Aku juga sudah lelah dengan ini semua. Mari kita lakukan!" Gilang memberanikan diri memandang Indah. Jantungnya memompa cepat. Dia menghela nafas panjang. Apakah mungkin ia a

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 04. Merasa bersalah

    Gilang meninggalkan Indah. Dia berusaha membuat Indah untuk tidak tinggal serumah dengannya. Namun, Indah tak putus asa. Dia terpaksa melakukan ini semua, demi menjalani yang diperintahkan Gladis. Semakin cepat, maka semakin baik. Dengan begitu, ia bisa bertemu Dira dan Hendra. Hanya mereka satu-satunya keluarga dan sumber kekuatan Indah untuk bertahan menjalani ini semua. Meski kedepannya ia tak tahu harus bagaimana.Indah memilih menaiki taksi menuju alamat tadi. Dia tak peduli lagi jika Gilang akan memaki, mengusir, bahkan mengatakan apapun tentangnya. Dia sudah siap dengan konsekuensi yang terjadi.Setelah membayar ongkos kepada supir. Indah bergegas menuju pintu gerbang. Di sana, ia ditahan oleh Fogi, petugas keamanan di rumah sana."Maaf, kamu siapa? Di sini dilarang masuk selain Pak Gilang dan Ibu Gladis," tegasnya. Sebagai petugas keamanan, Pak Fogi harus lebih mendetail tamu yang masuk. Mengingat itu perintah majikannya.Indah meraih ponsel. Dia menghubungi Gladis untuk menje

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 03. Pengakuan Satria

    Tubuh Indah gemetar hebat. Keringat dingin membasahi pelipis. Dia begitu takut ketika memandang Gilang menatapnya dengan meringas. Hidup Indah benar-benar dibuat terkejut dengan sikap suaminya. "Saya mohon Pak!" Indah menangkup tangan sambil menangis. Dia tak ingin melakukan kegiatan ini dalam keadaan tak sadarkan diri. Gilang sengaja melakukan ini. Semata ingin memberi jera pada Indah yang sudah lancang masuk ke dalam hidupnya."Takut? Baru begitu saja sudah takut. Bagaimana kalo aku melakukan beneran?" Indah memeluk tubuh dengan selimut. Dia tak siap untuk menjalani kehidupan ini. Gilang terlihat pria dewasa yang sudah berpengalaman. Tak lama kemudian, Gilang memilih pergi. Dia tersenyum puas ketika melirik istri keduanya ini ketakutan.Ponsel Indah berdering. Dia melihat nama Luna memanggil. "Bagaimana ini? Aku angkat atau tidak?" ucap Indah. Dia mengambil ponsel miliknya dengan gemetar. Baru ingin mengangkat, Gilang menerobos masuk ke dalam. Ternyata ia ingin mengambil jaket kul

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 02. Menikah

    Gladis sedang duduk manis di gerbang. Dia tersenyum manis ketika melihat sang suami berlari menuju kearahnya. Gilang terlihat begitu perhatian. Dia meraih tangan sang istri lalu mencium lama di sana.“Maaf, lama. Tadi aku sedang mengoreksi nilai ujian para peserta didik di sini. Bagaimana kalo kita langsung berangkat saja? Ini juga sudah siang,” pinta Gilang. Dia merangkul pundak sang istri dengan lembut menuju mobil yang terparkir rapi di sudut sana. Keduanya terlihat begitu bahagia. Saling melengkapi satu sama lain. Gilang tak henti menatap sang istri. Sudah seminggu mereka tak bertemu karena adanya tugas keluar kota. Mengingat Gladis seorang Designer yang cukup populer kala itu. Sementara Indah dan Luna juga menuju tempat yang sama. Langkah Indah terhenti ketika melihat Gladis dan Gilang menuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Bahkan matanya tak bisa berkedip karena terpana pada keromantisan mereka. Dia tak habis pikir pada Gladis yang meminta ia menjadi istr

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 01 . Terpaksa menerima

    Indah sedang berlari menuju kelas. Dia berlari dengan kuat. Namun, lagi-lagi ia terlambat. “Kamu lagi, kamu lagi,” sindir Gilang. Dia melipat tangan berdiri memandang gadis yang sudah basah dengan keringat. “Maaf Pak,” lirih Indah. Dia tersenyum lebar sambil menangkup tangan. Gilang yang memandangnya merasa kesal. Jiwanya meronta ketika melihat mata hazel itu melemas seakan meminta belai kasihan. Gadis ini benar-benar membuatnya begitu emosi karena aliran darah pada jantungnya memompa kencang. Siapa gadis ini? Mengapa setiap melihat Indah. Hatinya tak mampu melawan. Pesona Indah mengugurkan sifat setia yang selama ini ia pegang dengan susah payah. Indah tersenyum ketika pria (37 tahun) ini bernapas panjang, tanda menyerah. Indah menarik kursi dan duduk menghadapnya. Dia membuka tas meraih tugas untuk diserahkan kepada Gilang."Ini Pak."Gilang meraih dan mengeceknya. Ia tak menyangka tugas yang Indah kerjakan begitu sempurna. Wajar saja, Indah mendapat beasiswa untuk bisa menunt

DMCA.com Protection Status