Home / Rumah Tangga / Mahligai yang terkoyak / Bab 05. Mulai tertarik

Share

Bab 05. Mulai tertarik

Author: Rafansya
last update Last Updated: 2023-01-12 10:28:43

Setelah memastikan mobil Gladis menghilang. Gilang memilih menemui Indah. Indah sedang melamun memandang mereka dari atas.

Indah menghela nafas berat memikirkan masalah kehidupannya yang tak tahu mau dibawa ke mana.

"Indah," sapa Gilang. Dia berdiri menghampiri istri keduanya yang tak berani menatapnya dari samping.

"Iya, Pak." Indah memutar tubuh ingin masuk kembali. Dia masih syok pada perdebatan tadi. Terlihat Gilang sangat mencintai istrinya. Bahkan tak rela dengan pernikahan kedua ini.

"Aku sedang bicara. Mengapa kamu menunduk begitu? Jika suami mengajak bicara seharusnya menatap. Bukan di tekuk begitu," sindirnya. Gilang memberanikan diri meraih lengan kecil gadis yang kini status menjadi istri keduanya menuju tempat tidur.

"M-a-af. Bapak mau membawa aku ke mana?"

"Menurutmu? Bukankah kau ingin dipercepat? Aku juga sudah lelah dengan ini semua. Mari kita lakukan!" Gilang memberanikan diri memandang Indah. Jantungnya memompa cepat. Dia menghela nafas panjang. Apakah mungkin ia akan melakukan hubungan ini pada anak didiknya sendiri? Bagaimana tanggapan mereka jika tahu akan ulahnya? Semua ia pikir dengan matang. Tak semudah membalik telapak tangan.

"Bapak yakin?" tanya Indah. Dia merasa Gilang belum siap. Indah memilih ke kamar kecil untuk berwudhu. Mengingat adzhan magrib telah berkumandang. Dia sholat di sana. Sementara Gilang memilih duduk memandang istrinya yang sedang melakukan ibadah.

"Gadis ini memang berbeda. Rasanya aku tak tega untuk menghancurkan hidupnya hanya demi keegoisanku," batin Gilang.

Setelah Indah melaksanakan sholat. Dia melihat Gilang sedang membenarkan posisi karena ketahuan diam-diam memandang istrinya. Raut wajahnya yang memerah berubah menjadi redup. Suasana juga terlihat tenang. Indah meletakkan mukena dan menyerahkan sajadah kepada Gilang.

"Jika hati Bapak merasa tak tenang. Sebaiknya lakukan sholat. Di sana akan Bapak dapat sebuah ketenangan yang tak sebanding dengan uang," ujar Indah sambil tersenyum. Kini ia ingin belajar lagi memahami tabiat suaminya. Meski ini hanya pernikahan siri. Namun, ia akan berusaha melayani suaminya dengan baik.

Gilang mendongak melihat tangan putih yang terulur. Dia tak menyangka, Indah akan memperlakukan ia seperti ini. Dia meraih sajadah tanpa berkata. Gilang membentangkan di lantai. Kemudian berlalu menuju kamar mandi di sana. Dia berwudhu sambil tak henti memikirkan ulah Indah barusan.

"Sajadahnya terbalik Pak," tegur Indah. Dia memberanikan diri memperbaiki posisi sajadah tersebut. Indah tak ingin mengikuti cara Gladis lagi. Dia merasa, jika Gilang sudah mulai luluh karena akhlaknya bukan sikap kegenitan yang seperti Gladis ajarkan padanya waktu itu.

Setelah sholat, Indah memilih turun. Dia menyediakan makan malam. Indah terlihat tenang. Dia melakukan rutinitas sebagai seorang istri seutuhnya. Meski saat ini Gilang belum bisa dipastikan menerima.

Gilang juga memilih turun. Dia penasaran apa yang dilakukan Indah di bawah. Ternyata Indah sedang menyusun lauk pauk di meja.

"Aku udah menyediakan makan malam untuk Bapak. Besok akan ada ujian di kampus," ujar Indah mengingatkan.

"Iya, aku hampir lupa." Gilang baru teringat. Dia menarik kursi. Baru saja ingin mengisi nasi. Dengan cepat, Inda meraihnya," Biar aku saja."

Lagi-lagi sikap Indah menggetarkan jiwa seorang pria. Tutur kata yang terucap benar-benar Indah sesuai nama panggilannya. Gilang terkesima oleh istri keduanya ini.

Mereka menikmati makan bersama. Keduanya tampak diam. Tak ada obrolan yang dibahas. Usai menikmati makan bersama. Gilang memilih ke atas. Dia ingin mengerjakan tugasnya yang tak selesai karena memikirkan masalahnya dengan Gladis.

"Bagaimana ini? Mana lembaran soal ujian belum aku buat. Jika bukan karena Gladis, mungkin aku tak seceroboh ini," batin Gilang. Dia merasa lelah. Pikirannya juga tak bisa fokus pada pekerjaan. Dia pun mencoba menyelesaikan pekerjaan yang tertunda tadi. Akibat kelelahan, Gilang tertidur di meja kerja.

Indah baru saja berencana ingin tidur. Dia melihat Gilang tak ada di kamar. Diapun bersegera mencari. Tenyata Gilang sedang terlelap di atas lembaran soal yang sedang ia kerjakan. Indah merasa kasihan. Dia menyelimuti suaminya dengan selimut. Kemudian meraih laptop tersebut.

"Jadi soalnya belum diketik?" gumam Indah. Perlahan, Indah menarik lembaran kertas yang melekat di lengan tangan dosennya itu. Dia tersenyum kecil melihat raut Gilang yang begitu lucu ketika sedang tidur. Bahkan terdengar dengkuran kecil.

"Maaf ya Pak, laptop aku pinjam dulu," ucap pelannya sambil mengulum senyum. Dia mengetik soal dan memprint sesuai jumlah anak didik di sana. Usai melakukan itu, Indah memilih tidur. Dia tak membangunkan Gilang mengingat takut jika singa itu bangun.

Indah terbangun dari tidur. Dia terkejut melihat Gilang sudah tertidur di sampingnya. Dia bergegas menyingkap selimut. Hati kecilnya mulai takut. Bagaimana jika Gilang diam-diam melakukan itu? Dia belum siap meskipun ia berusaha bersikap santai di hadapan Gilang. Indah bangkit dari tidur menuju kamar mandi. Dia ingin mencuci muka. Ketika ia keluar dari sana. Ternyata Gilang sudah berdiri sambil melipat tangan menghadapnya.

Related chapters

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 06. Keunikan Indah

    Indah menyentuh dada ketika menyadari sosok suaminya tengah menatapnya. Dia merasa takut. Indah jadi cecegukan. Kebiasaan yang baru terlihat."Ini kenapa? Mulai deh," gumam Indah. Dia memaling wajah seakan tak ada masalah. Padahal Gilang hanya ingin bertanya masalah tadi malam."Tunggu!""Ada apa ya Pak?" Indah bertanya sambil sesekali cecegukan, dan Gilang merasa heran. Matanya yang tadinya melebar perlahan mengecil karena keunikan istrinya."Tak jadi. Kau kenapa?" Gilang meraih air putih di meja dan menyerahkan pada istrinya. Indah merasa ilfeel karena ia sangat ingat, itu minum bekas bibir suaminya yang sengaja ia siapkan untuk Gilang. Sebuah kebiasaan di pagi hari, Gilang ketika bangun tidur. Bahkan suhu air masih terasa hangat dan tinggal setengah."Tak perlu Pak. Nanti juga hilang sendiri," tolaknya.Gilang mendengus napas kesal. Indah berani menolak permintaannya. Padahal terlihat tidak baik-baik saja. Indah bersegera menuju lemari. Tak lupa meletakkan kembali gelas tadi. Sesek

    Last Updated : 2023-01-15
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 07.

    Satria berjalan cepat. Dia menahan pundak gadis yang sedang ingin melangkah cepat. "Mau ke mana?"Satria menyerahkan sesuatu pada Indah. Sebuah tas kecil anyaman. sejak kecil, keduanya pernah terlibat kerajinan tangan. "Hah, mau ke toilet, Pak. Ini untukku?" Pelangi meraih paperbag tersebut. Dia bisa mengerti, jika Satria berusaha untuk mengingat kenangan masa kecilnya."Silahkan dibuka!" "I-ya Pak." Indah tampak gugup. Perlahan paperbag tersebut terbuka. Indah mengintip sekilas, lalu menutup cepat."Bagaimana? Apa kamu suka?"Indah mengangguk pelan. Tak ingin berlama di sana. Dia berpamitan untuk segera menghilang dari sana. Tak sengaja melihat Gilang yang ternyata mencarinya. Ketiga netra mereka saling memandang. Untung saja, ada Luna yang membantunya."Indah! Mari kita pulang!""Iya Lun, mari! Kami duluan ya, Pak. Terimakasih atas hadiahnya," ucap Indah dengan sopan. Dia memutar mata badan sambil merangkul pundak sang sahabat menuju parkiran. Gilang memaling wajah. Dia juga iku

    Last Updated : 2023-01-25
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 01 . Terpaksa menerima

    Indah sedang berlari menuju kelas. Dia berlari dengan kuat. Namun, lagi-lagi ia terlambat. “Kamu lagi, kamu lagi,” sindir Gilang. Dia melipat tangan berdiri memandang gadis yang sudah basah dengan keringat. “Maaf Pak,” lirih Indah. Dia tersenyum lebar sambil menangkup tangan. Gilang yang memandangnya merasa kesal. Jiwanya meronta ketika melihat mata hazel itu melemas seakan meminta belai kasihan. Gadis ini benar-benar membuatnya begitu emosi karena aliran darah pada jantungnya memompa kencang. Siapa gadis ini? Mengapa setiap melihat Indah. Hatinya tak mampu melawan. Pesona Indah mengugurkan sifat setia yang selama ini ia pegang dengan susah payah. Indah tersenyum ketika pria (37 tahun) ini bernapas panjang, tanda menyerah. Indah menarik kursi dan duduk menghadapnya. Dia membuka tas meraih tugas untuk diserahkan kepada Gilang."Ini Pak."Gilang meraih dan mengeceknya. Ia tak menyangka tugas yang Indah kerjakan begitu sempurna. Wajar saja, Indah mendapat beasiswa untuk bisa menunt

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 02. Menikah

    Gladis sedang duduk manis di gerbang. Dia tersenyum manis ketika melihat sang suami berlari menuju kearahnya. Gilang terlihat begitu perhatian. Dia meraih tangan sang istri lalu mencium lama di sana.“Maaf, lama. Tadi aku sedang mengoreksi nilai ujian para peserta didik di sini. Bagaimana kalo kita langsung berangkat saja? Ini juga sudah siang,” pinta Gilang. Dia merangkul pundak sang istri dengan lembut menuju mobil yang terparkir rapi di sudut sana. Keduanya terlihat begitu bahagia. Saling melengkapi satu sama lain. Gilang tak henti menatap sang istri. Sudah seminggu mereka tak bertemu karena adanya tugas keluar kota. Mengingat Gladis seorang Designer yang cukup populer kala itu. Sementara Indah dan Luna juga menuju tempat yang sama. Langkah Indah terhenti ketika melihat Gladis dan Gilang menuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Bahkan matanya tak bisa berkedip karena terpana pada keromantisan mereka. Dia tak habis pikir pada Gladis yang meminta ia menjadi istr

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 03. Pengakuan Satria

    Tubuh Indah gemetar hebat. Keringat dingin membasahi pelipis. Dia begitu takut ketika memandang Gilang menatapnya dengan meringas. Hidup Indah benar-benar dibuat terkejut dengan sikap suaminya. "Saya mohon Pak!" Indah menangkup tangan sambil menangis. Dia tak ingin melakukan kegiatan ini dalam keadaan tak sadarkan diri. Gilang sengaja melakukan ini. Semata ingin memberi jera pada Indah yang sudah lancang masuk ke dalam hidupnya."Takut? Baru begitu saja sudah takut. Bagaimana kalo aku melakukan beneran?" Indah memeluk tubuh dengan selimut. Dia tak siap untuk menjalani kehidupan ini. Gilang terlihat pria dewasa yang sudah berpengalaman. Tak lama kemudian, Gilang memilih pergi. Dia tersenyum puas ketika melirik istri keduanya ini ketakutan.Ponsel Indah berdering. Dia melihat nama Luna memanggil. "Bagaimana ini? Aku angkat atau tidak?" ucap Indah. Dia mengambil ponsel miliknya dengan gemetar. Baru ingin mengangkat, Gilang menerobos masuk ke dalam. Ternyata ia ingin mengambil jaket kul

    Last Updated : 2022-12-20
  • Mahligai yang terkoyak   Bab 04. Merasa bersalah

    Gilang meninggalkan Indah. Dia berusaha membuat Indah untuk tidak tinggal serumah dengannya. Namun, Indah tak putus asa. Dia terpaksa melakukan ini semua, demi menjalani yang diperintahkan Gladis. Semakin cepat, maka semakin baik. Dengan begitu, ia bisa bertemu Dira dan Hendra. Hanya mereka satu-satunya keluarga dan sumber kekuatan Indah untuk bertahan menjalani ini semua. Meski kedepannya ia tak tahu harus bagaimana.Indah memilih menaiki taksi menuju alamat tadi. Dia tak peduli lagi jika Gilang akan memaki, mengusir, bahkan mengatakan apapun tentangnya. Dia sudah siap dengan konsekuensi yang terjadi.Setelah membayar ongkos kepada supir. Indah bergegas menuju pintu gerbang. Di sana, ia ditahan oleh Fogi, petugas keamanan di rumah sana."Maaf, kamu siapa? Di sini dilarang masuk selain Pak Gilang dan Ibu Gladis," tegasnya. Sebagai petugas keamanan, Pak Fogi harus lebih mendetail tamu yang masuk. Mengingat itu perintah majikannya.Indah meraih ponsel. Dia menghubungi Gladis untuk menje

    Last Updated : 2022-12-20

Latest chapter

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 07.

    Satria berjalan cepat. Dia menahan pundak gadis yang sedang ingin melangkah cepat. "Mau ke mana?"Satria menyerahkan sesuatu pada Indah. Sebuah tas kecil anyaman. sejak kecil, keduanya pernah terlibat kerajinan tangan. "Hah, mau ke toilet, Pak. Ini untukku?" Pelangi meraih paperbag tersebut. Dia bisa mengerti, jika Satria berusaha untuk mengingat kenangan masa kecilnya."Silahkan dibuka!" "I-ya Pak." Indah tampak gugup. Perlahan paperbag tersebut terbuka. Indah mengintip sekilas, lalu menutup cepat."Bagaimana? Apa kamu suka?"Indah mengangguk pelan. Tak ingin berlama di sana. Dia berpamitan untuk segera menghilang dari sana. Tak sengaja melihat Gilang yang ternyata mencarinya. Ketiga netra mereka saling memandang. Untung saja, ada Luna yang membantunya."Indah! Mari kita pulang!""Iya Lun, mari! Kami duluan ya, Pak. Terimakasih atas hadiahnya," ucap Indah dengan sopan. Dia memutar mata badan sambil merangkul pundak sang sahabat menuju parkiran. Gilang memaling wajah. Dia juga iku

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 06. Keunikan Indah

    Indah menyentuh dada ketika menyadari sosok suaminya tengah menatapnya. Dia merasa takut. Indah jadi cecegukan. Kebiasaan yang baru terlihat."Ini kenapa? Mulai deh," gumam Indah. Dia memaling wajah seakan tak ada masalah. Padahal Gilang hanya ingin bertanya masalah tadi malam."Tunggu!""Ada apa ya Pak?" Indah bertanya sambil sesekali cecegukan, dan Gilang merasa heran. Matanya yang tadinya melebar perlahan mengecil karena keunikan istrinya."Tak jadi. Kau kenapa?" Gilang meraih air putih di meja dan menyerahkan pada istrinya. Indah merasa ilfeel karena ia sangat ingat, itu minum bekas bibir suaminya yang sengaja ia siapkan untuk Gilang. Sebuah kebiasaan di pagi hari, Gilang ketika bangun tidur. Bahkan suhu air masih terasa hangat dan tinggal setengah."Tak perlu Pak. Nanti juga hilang sendiri," tolaknya.Gilang mendengus napas kesal. Indah berani menolak permintaannya. Padahal terlihat tidak baik-baik saja. Indah bersegera menuju lemari. Tak lupa meletakkan kembali gelas tadi. Sesek

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 05. Mulai tertarik

    Setelah memastikan mobil Gladis menghilang. Gilang memilih menemui Indah. Indah sedang melamun memandang mereka dari atas.Indah menghela nafas berat memikirkan masalah kehidupannya yang tak tahu mau dibawa ke mana. "Indah," sapa Gilang. Dia berdiri menghampiri istri keduanya yang tak berani menatapnya dari samping."Iya, Pak." Indah memutar tubuh ingin masuk kembali. Dia masih syok pada perdebatan tadi. Terlihat Gilang sangat mencintai istrinya. Bahkan tak rela dengan pernikahan kedua ini."Aku sedang bicara. Mengapa kamu menunduk begitu? Jika suami mengajak bicara seharusnya menatap. Bukan di tekuk begitu," sindirnya. Gilang memberanikan diri meraih lengan kecil gadis yang kini status menjadi istri keduanya menuju tempat tidur."M-a-af. Bapak mau membawa aku ke mana?""Menurutmu? Bukankah kau ingin dipercepat? Aku juga sudah lelah dengan ini semua. Mari kita lakukan!" Gilang memberanikan diri memandang Indah. Jantungnya memompa cepat. Dia menghela nafas panjang. Apakah mungkin ia a

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 04. Merasa bersalah

    Gilang meninggalkan Indah. Dia berusaha membuat Indah untuk tidak tinggal serumah dengannya. Namun, Indah tak putus asa. Dia terpaksa melakukan ini semua, demi menjalani yang diperintahkan Gladis. Semakin cepat, maka semakin baik. Dengan begitu, ia bisa bertemu Dira dan Hendra. Hanya mereka satu-satunya keluarga dan sumber kekuatan Indah untuk bertahan menjalani ini semua. Meski kedepannya ia tak tahu harus bagaimana.Indah memilih menaiki taksi menuju alamat tadi. Dia tak peduli lagi jika Gilang akan memaki, mengusir, bahkan mengatakan apapun tentangnya. Dia sudah siap dengan konsekuensi yang terjadi.Setelah membayar ongkos kepada supir. Indah bergegas menuju pintu gerbang. Di sana, ia ditahan oleh Fogi, petugas keamanan di rumah sana."Maaf, kamu siapa? Di sini dilarang masuk selain Pak Gilang dan Ibu Gladis," tegasnya. Sebagai petugas keamanan, Pak Fogi harus lebih mendetail tamu yang masuk. Mengingat itu perintah majikannya.Indah meraih ponsel. Dia menghubungi Gladis untuk menje

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 03. Pengakuan Satria

    Tubuh Indah gemetar hebat. Keringat dingin membasahi pelipis. Dia begitu takut ketika memandang Gilang menatapnya dengan meringas. Hidup Indah benar-benar dibuat terkejut dengan sikap suaminya. "Saya mohon Pak!" Indah menangkup tangan sambil menangis. Dia tak ingin melakukan kegiatan ini dalam keadaan tak sadarkan diri. Gilang sengaja melakukan ini. Semata ingin memberi jera pada Indah yang sudah lancang masuk ke dalam hidupnya."Takut? Baru begitu saja sudah takut. Bagaimana kalo aku melakukan beneran?" Indah memeluk tubuh dengan selimut. Dia tak siap untuk menjalani kehidupan ini. Gilang terlihat pria dewasa yang sudah berpengalaman. Tak lama kemudian, Gilang memilih pergi. Dia tersenyum puas ketika melirik istri keduanya ini ketakutan.Ponsel Indah berdering. Dia melihat nama Luna memanggil. "Bagaimana ini? Aku angkat atau tidak?" ucap Indah. Dia mengambil ponsel miliknya dengan gemetar. Baru ingin mengangkat, Gilang menerobos masuk ke dalam. Ternyata ia ingin mengambil jaket kul

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 02. Menikah

    Gladis sedang duduk manis di gerbang. Dia tersenyum manis ketika melihat sang suami berlari menuju kearahnya. Gilang terlihat begitu perhatian. Dia meraih tangan sang istri lalu mencium lama di sana.“Maaf, lama. Tadi aku sedang mengoreksi nilai ujian para peserta didik di sini. Bagaimana kalo kita langsung berangkat saja? Ini juga sudah siang,” pinta Gilang. Dia merangkul pundak sang istri dengan lembut menuju mobil yang terparkir rapi di sudut sana. Keduanya terlihat begitu bahagia. Saling melengkapi satu sama lain. Gilang tak henti menatap sang istri. Sudah seminggu mereka tak bertemu karena adanya tugas keluar kota. Mengingat Gladis seorang Designer yang cukup populer kala itu. Sementara Indah dan Luna juga menuju tempat yang sama. Langkah Indah terhenti ketika melihat Gladis dan Gilang menuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Bahkan matanya tak bisa berkedip karena terpana pada keromantisan mereka. Dia tak habis pikir pada Gladis yang meminta ia menjadi istr

  • Mahligai yang terkoyak   Bab 01 . Terpaksa menerima

    Indah sedang berlari menuju kelas. Dia berlari dengan kuat. Namun, lagi-lagi ia terlambat. “Kamu lagi, kamu lagi,” sindir Gilang. Dia melipat tangan berdiri memandang gadis yang sudah basah dengan keringat. “Maaf Pak,” lirih Indah. Dia tersenyum lebar sambil menangkup tangan. Gilang yang memandangnya merasa kesal. Jiwanya meronta ketika melihat mata hazel itu melemas seakan meminta belai kasihan. Gadis ini benar-benar membuatnya begitu emosi karena aliran darah pada jantungnya memompa kencang. Siapa gadis ini? Mengapa setiap melihat Indah. Hatinya tak mampu melawan. Pesona Indah mengugurkan sifat setia yang selama ini ia pegang dengan susah payah. Indah tersenyum ketika pria (37 tahun) ini bernapas panjang, tanda menyerah. Indah menarik kursi dan duduk menghadapnya. Dia membuka tas meraih tugas untuk diserahkan kepada Gilang."Ini Pak."Gilang meraih dan mengeceknya. Ia tak menyangka tugas yang Indah kerjakan begitu sempurna. Wajar saja, Indah mendapat beasiswa untuk bisa menunt

DMCA.com Protection Status