" Bernapaslah
Hirup udara sesaki rongga dada Telan jerit hati Anda Sesap lagi kopi keduaRanum rona surai jelanga
Selang seling suara renjana Menutup harsa senja Dengan satu lagi cerita "ーOptimusrain.
.
..' Senyuman itu hanyalah menunda luka yang tak pernah kuduga '
Kepulan asap Macchiato dalam genggaman nampak begitu menenangkan. Sehangat peluknya dan senyaman dekapannya. Pemuda itu hanya menunduk memandangi kopi hangatnya. Bingung hendak merespon apa atas senyuman yang lebih tua di hadapannya."Jimin-ah?"
Mendengar namanya disebut setelah beberapa saat saling tutup mulut ia lantas mendongak. Mematri senyuman kecil di bibir tebalnya. Hanya gumaman pelan terdengar sebagai balasan. Yoongi menyeruput sedikit Americano dalam paper cup-nya sebelum kembali berbicara.
"Aku yakin kau sudah mendengarnya dari Namjoon. Jadi aku rasa kita harus berhenti disini"
Kelu. Lidahnya sedang kehilangan fungsi. Begitu juga dengan suara indahnya. Ia hanya membuka mulut tanpa suara apa-apa. Genggamannya pada cangkir biru itu ia eratkan. Jimin kembali menundukkan kepala.
' Dan bila akhirnya kau harus dengannya '
"Aku tau Hyung. Jeongguk juga sudah bercerita padaku"
Kekehan kecil ia selipkan dalam ucapnya. Gerakan santai Jimin saat meminum kopi tak lepas dari mata tajam Yoongi. Ia diam menunggu Jimin kembali bicara. Namun beberapa saat ia menunggu, tak satupun kata terucap dari ranumnya.
"Baguslah jika kau sudah tau. Jadi? Keputusanmu?"
Jimin melipat kedua tangannya di atas meja. Mendongak lalu menatap Yoongi dengan wajah datar luar biasa.
"Jika sejak dulu kau sudah digariskan untuk menikah dengan Suran kenapa kau dekati aku?"
Yoongi diam. Posisi berubah sekarang. Kali ini dia yang kelu. Tak tau hendak menjawab apa. Tak tau harus bereaksi bagaimana. Terlalu tiba-tiba Jimin bertanya. Pertanyaan Jimin-nya diluar prediksi.
' Aku t'lah tau kita memang tak mungkin. Tapi mengapa kita selalu bertemu '
Jimin membuang muka. Beruntung kursinya tepat di samping jendela. Ia bisa dengan bebas memandangi apapun. Apapun itu selain Yoongi."Harusnya aku mendengarkan ucapan Namjoon Hyung. Aku tau harusnya sejak lama aku berhenti mengikuti permainanmu. Harusnya aku tau. Apa kau tau kenapa aku tak bisa berhenti Hyung?"
Ia dengan tiba-tiba menatap ke arah Yoongi. Sedangkan Yoongi hanya terdiam canggung. Tak berani menjawab. Membuka mulut saja rasanya susah.
' Aku t'lah tau hati ini harus menghindar. Namun kenyataan ku tak bisa '
Jimin dengan santai meminum kopinya. Sepertinya dia telah bersiap. Persiapan penuh untuk menghadapi ini. Mengabaikan yang lebih tua digeluti kecanggungan, ah- atau penyesalan?"Sejak awal sudah ku katakan padamu"
Yoongi mendongak dengan mulut terbuka kecil. Pemudanya berubah. Ia tak lagi sama. Yoongi tau dia terluka. Ia kembali melukai Jimin-nya.
"Aku bukan mainan. Tidak satupun bagian dari diriku itu mainan. Tidak tubuhku, hidupku, terutama hatiku. Aku bodoh karena terlanjur mencintaimu"
"Jimin-"
"Tidak. Kali ini saja. Sebelum aku pergi jauh darimu, dengarkan aku. Untuk terakhir kalianya aku ingin didengarkan bukan sebaliknya"
Jimin kembali menunduk. Sesak dan sakit. Dia bisa membohongi orang lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Ia tak bisa menipu dirinya sendiri. Jimin terluka. Terluka parah karena cintanya.
' Bila memang hatimu untuk aku, salahkah ku berharap? Berharap kau memilih diriku '
Macchiato miliknya dingin. Tidak ada lagi kehangatan dari kepulan abu itu. Ia masih bisa meminumnya. Cukup enak dan pantas untuk lidahnya. Lagipula kopi ini tidak lebih dingin dari hatinya. Ia kehilangan matahari. Apalagi yang dia harapkan selain gelap dan lembab?
"Aku mengabaikan nasihat Namjoon Hyung bukan tanpa alasan. Aku mencoba. Berjuang untuk cintaku. Kau bahkan tau bagaimana sakitnya Jeongguk ketika aku menolaknya. Apa kau tidak sadar perjuanganku? Aku pernah berhara kau memilihku karena cintaku, buka harta dan kastaku. Jeongguk benar, kau buta"
Tatapan Yoongi melembut, tampak lebih nanar memandang Jimin-nya. Mungkin Jeongguk benar, ia sudah terlalu buta. Ia punya kuasa dan hak menolak. Namun tak digunakan dengan benar. Yoongi terlalu cepat setuju, membayangkan bagaimana jika dua perusahaan besar digabungkan. Kali ini Yoongi salah mengambil keputusan. Harusnya bukan kekayaan, tapi kebahagiaan. Jimin tidak kaya, namun ia memberi Yoongi bahagia.
"Kalau begitu aku mengucapkan selamat lebih dulu untuk pernikahanmu nanti Hyung. Kau tau aku bukan? Jangan berharap melihatku ada di hari bahagiamu dengan Suran. Aku tak akan datang. Seperti kataku tadi, aku akan pergi"
Jimin bicara terlalu santai, seperti hal buruk tak pernah terjadi. Ia masih tertawa, terkekeh pelan disela ucapannya. Mengabaikan Yoongi yang sejak tadi berdiam diri. Hanya menatapnya iba, kasihan, atau apapun itu namanya.
"Aku rasa Namjoon Hyung benar. Aku harus memberikan Jeongguk kesempatan. Dia hanya membahagiakan, tidak menyakiti aku, tidak mempermainkan, apalagi meninggalkan. Jeongguk tulus mencintaiku Hyung. Ah- aku pasti sangat bahagia dengan dia. Kalau begitu aku akan pergi. Mungkin ini pertemuan terakhir kita, aku tidak lagi ingin bertemu denganmu. Jika memang Tuhan merencakan pertemuan, jangan lupa kau bawa Suran atau anakmu barangkali haha- aku pergi Min, selamat tinggal"
Macchiato favoritnya ditinggalkan. Tergesa-gesa ia berjalan keluar. Jeongguk dengan mobil hitamnya menunggu di seberang sana. Ia dengan sigap memeluk Jimin. Merengkuhnya lalu mengusap punggungnya. Seakan tau jika orang yang dicintainya baru saja terluka. Yoongi tidak bodoh sampai ia tidak menyadari tatapan tajam Jeongguk padanya. Ia hanya bisa diam. Kesalahan besar telah ia lakukan. Yoongi menukar bahagianya dengan harta.
Ia terus melihat keluar hingga mobil hitam itu melesat pergi. Entah kemana Jeongguk akan membawa Jimin-nya. Tangan besarnya menarik cangkir berisi kopi dingin milik Jimin. Ia menggenggamnya dengan erat seolah cangkir itu tangan asli Jimin-nya. Yoongi diam sembari mengeratkan genggaman, ia kehilangan kebahagiaan.
' Maafkan aku terlanjur mencinta. Ternyata hati tak sanggup melupa '
.
..[ F I N ]
"Jangan datang lagi cintaBagaimana aku bisa lupaPadahal kau tahu keadaannyaKau bukanlah untukkuJangan lagi rindu cintaKu tak mau ada yang terlukaBahagiakan dia aku tak apaBiar aku yang pura pura lupa"ーPetrus Mahen....Hutan ini masih sama segarnya. Masih sama rimbun dan hijaunya. Aroma kayu tua dengan tanah basah yang merengsek masuk memaksa memenuhi rongga dada. Bukan tidak suka, ini menenangkan, aku begitu menyukainya.Setelah tiga tahun akhirnya aku memberanikan diri kembali ke tempat ini. Tempat rahasia ini hanya aku yang tau, juga dia. Mengingatnya rongga dadaku seketika terhimpit. Menyempit dan udara di dalamnya teramat mencekik. Seingatku aroma hutan dan danau indah ini menenangkan, kenapa kini menyakitkan?Aku mendudukkan tubuh kecilku diujung dermaga ini. Seakan dihantam sesuatu kepalaku tiba-tiba ngilu, pun dengan hatiku. Air danau yang tenang ini punya banyak cerita, banyak kisah, dan kenangan indah lainnya.Aku berdiri, hendak melompat ke dalam air sebelum suara
" My heart is running on the time- alone on the Snowpiercer. Wanna get to the other side of the earth holding your hand. Wanna put an end to this winter "ー BTS ( Spring Day )...+;' 29 Desember 2016Hembusin angin dingin disertai buliran salju mengudara di langit kelabu hari itu. Kim Taehyung berdiri disana. Di samping lintasan kereta dengan baju rajut biru dari neneknya. Ia melangkah hati-hati menuju rel berselimut putih menanti ketibaan kereta dari Seoul menuju kota kelahirannya.Dari binaran matanya ia melihat kereta itu tiba. Suara khas yang memekakkan telinga disertai goncangan kecil yang turut ia rasakan ketika ia tempelkan sebelah telinganya pada besi dingin tempat kereta itu akan berlalu.Dengan terburu-buru Taehyung bangkit, kembali pada posisi awalnya. Ia melihat gerbong kereta yang melesat cepat dengan seksama. Pada gerbong terakhir Taehyung melihatnya. Beanie Hat dengan pom-pom hijau diujungnya, Si rambut merah jambu yang tertidur sembari menekuk kaki, bagaimana lelaki
" Now it's hard to even see each other's faces. It's only winter here. Even in August, winter is here "ー BTS ( Spring Day )...+;' 19 Desember 2016Mata indah dengan senyum secerah sinar surya terpejam menikmati senja. Ia duduk di atas gerbong kereta tempat pamannya bekerja. Sedikit bebal memang. Namun hal ini dapat mengobati luka hatinya. Hoseok membuka mata perlahan-lahan. Menerima semburat jingga angkasa memenuhi netranya.Mengabaikan angin kencang yang menggoyangkan helaian rambutnya. Ia memeluk kedua lututnya sembari menatap langit sore di atasnya. Butuh perjuangan untuk bisa sampai di atas sini. Melompati pagar pembatas, lalu menyelinap dan menghindari pengawasan pamannya. Berbahaya, sangat berbahaya. Namun ia rela melakukannya.Hoseok mengeluarkan kertas lusuh dan sebuah pena merah muda dari sakunya. Ia mendapatkan itu dari Seokjin Hyung-nya. Hoseok geli melihat pena dengan tinta tersendat-sendat itu. Namun kini ia tau. Benda itu amat sangat berarti. Hoseok duduk bersila di
" Pass your dreams. Camber through the bush and go to the place that becomes clearer. Take my hands now. You are the cause of my euphoria "ー Jungkook ( BTS )...Mata kecilku dengan semangat mematai setiap pergerakannya. Mulutku tak hentinya tersenyum melihat bagaimana dengan lincah ia berlari sembari membawa bola. Kakiku pun tak bisa berhenti bergerak sejak tadi. Ingin rasanya aku melompat turun dan berlari ke tengah lapangan untuk mendukung dan menyeka peluh di kening serta lehernya.Hari ini dia bertanding basket bersama tim kebanggaan. Basket adalah favoritnya. Salah satu hal yang paling ia suka selain tidur, musik, dan aku. Bukan bermaksud sombong atau terlalu percaya diri. Tapi, begitulah adanya.Aku berdiri dan dengan lantang meneriakkan namanya. Lihat keringat itu, nafas yang tersengal, dan lutut yang berkali-kali dipijat pelan. Sejenak aku tenggelam dalam pikiran penuh kekhawatiran. Apa dia baik saja disana?“ Hyung!! Semangaaaat!! “Aku memasang senyum lebar terbaik yang k
" What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'd be the one I was meant to find "ー Zendaya ft. Zac Efron...Ketukan sepatu dengan lantai keramik memenuhi seisi koridor kampus yang lengang itu. Kaki kecil seorang pria mungil terus dipaksa untuk melangkah. Berjalan mengikuti pria pucat berkacamata yang berjalan tepat di hadapannya. Min Yoongi bukan tidak mengerti jika Park Jimin sejak tadi membuntuti tapi dia tidak memiliki keinginan untuk berhenti.Jimin berdecak keras, ia pantang menyerah dan terus melangkah. Sesekali tangan kanannya berusaha meraih bagian belakang kemeja Yoongi meski pada akhirnya gagal juga. Manusia pucat itu berjalan begitu cepat."Hyung, sebentar Hyung- tunggu-"Dengusan malas dikeluarkan Yoongi. Mau apalagi bocah ini. Apa dia tidak lelah terus mengejarnya? Yoongi berusaha menutup telinga. Biarlah ia berpura-pura tuli untuk sementara. JIka dengan itu ia bisa bebas dari si mungil kenapa tidak?"Yoongi Hyung tunggu-"
" Melarat melekat luka duka.Pilu ini ku telan sendiri.Merengsek merengek lubangi hati.Merasuk menyatu melebur dalam diri "ー Optimusrain...Bunga hydrangea biru masih segar dalam genggaman. Bahagiaku membuncah tanpa perintah. Tungkaiku terus melangkah melewati setapak di antara rumput hijau segar ini. Cinta, aku kembali.Begitu senang aku melihatnya. Bersiap begitu banyak dan lama di rumah, menuliskan rincian hal yang akan aku curahkan. Namun saat sampai aku hanya diam. Bisu karena rindu. Hal pertama yang aku lakukan tentu saja memindahkan bunga cantik ini ke pangkuannya. Senyumnya indah dalam pikirku. Jiminku selalu tersenyum manis dengan mata segaris saat aku beri bunga ini dengan pelukan. Satu paket lengkap kebahagiaan, kata Jimin diringi tawa."Ume, aku rindu padamu. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik? Ada banyak yang ingin aku ceritakan. Aku berhasil masuk kampus impianku. Coba tebak jurusan apa yang aku pilih? Tentu saja seni. Kau bilang ingin aku terus bermusik dan membuat la
" Pass your dreams. Camber through the bush and go to the place that becomes clearer. Take my hands now. You are the cause of my euphoria "ー Jungkook ( BTS )...Mata kecilku dengan semangat mematai setiap pergerakannya. Mulutku tak hentinya tersenyum melihat bagaimana dengan lincah ia berlari sembari membawa bola. Kakiku pun tak bisa berhenti bergerak sejak tadi. Ingin rasanya aku melompat turun dan berlari ke tengah lapangan untuk mendukung dan menyeka peluh di kening serta lehernya.Hari ini dia bertanding basket bersama tim kebanggaan. Basket adalah favoritnya. Salah satu hal yang paling ia suka selain tidur, musik, dan aku. Bukan bermaksud sombong atau terlalu percaya diri. Tapi, begitulah adanya.Aku berdiri dan dengan lantang meneriakkan namanya. Lihat keringat itu, nafas yang tersengal, dan lutut yang berkali-kali dipijat pelan. Sejenak aku tenggelam dalam pikiran penuh kekhawatiran. Apa dia baik saja disana?“ Hyung!! Semangaaaat!! “Aku memasang senyum lebar terbaik yang k
" Now it's hard to even see each other's faces. It's only winter here. Even in August, winter is here "ー BTS ( Spring Day )...+;' 19 Desember 2016Mata indah dengan senyum secerah sinar surya terpejam menikmati senja. Ia duduk di atas gerbong kereta tempat pamannya bekerja. Sedikit bebal memang. Namun hal ini dapat mengobati luka hatinya. Hoseok membuka mata perlahan-lahan. Menerima semburat jingga angkasa memenuhi netranya.Mengabaikan angin kencang yang menggoyangkan helaian rambutnya. Ia memeluk kedua lututnya sembari menatap langit sore di atasnya. Butuh perjuangan untuk bisa sampai di atas sini. Melompati pagar pembatas, lalu menyelinap dan menghindari pengawasan pamannya. Berbahaya, sangat berbahaya. Namun ia rela melakukannya.Hoseok mengeluarkan kertas lusuh dan sebuah pena merah muda dari sakunya. Ia mendapatkan itu dari Seokjin Hyung-nya. Hoseok geli melihat pena dengan tinta tersendat-sendat itu. Namun kini ia tau. Benda itu amat sangat berarti. Hoseok duduk bersila di
" My heart is running on the time- alone on the Snowpiercer. Wanna get to the other side of the earth holding your hand. Wanna put an end to this winter "ー BTS ( Spring Day )...+;' 29 Desember 2016Hembusin angin dingin disertai buliran salju mengudara di langit kelabu hari itu. Kim Taehyung berdiri disana. Di samping lintasan kereta dengan baju rajut biru dari neneknya. Ia melangkah hati-hati menuju rel berselimut putih menanti ketibaan kereta dari Seoul menuju kota kelahirannya.Dari binaran matanya ia melihat kereta itu tiba. Suara khas yang memekakkan telinga disertai goncangan kecil yang turut ia rasakan ketika ia tempelkan sebelah telinganya pada besi dingin tempat kereta itu akan berlalu.Dengan terburu-buru Taehyung bangkit, kembali pada posisi awalnya. Ia melihat gerbong kereta yang melesat cepat dengan seksama. Pada gerbong terakhir Taehyung melihatnya. Beanie Hat dengan pom-pom hijau diujungnya, Si rambut merah jambu yang tertidur sembari menekuk kaki, bagaimana lelaki
"Jangan datang lagi cintaBagaimana aku bisa lupaPadahal kau tahu keadaannyaKau bukanlah untukkuJangan lagi rindu cintaKu tak mau ada yang terlukaBahagiakan dia aku tak apaBiar aku yang pura pura lupa"ーPetrus Mahen....Hutan ini masih sama segarnya. Masih sama rimbun dan hijaunya. Aroma kayu tua dengan tanah basah yang merengsek masuk memaksa memenuhi rongga dada. Bukan tidak suka, ini menenangkan, aku begitu menyukainya.Setelah tiga tahun akhirnya aku memberanikan diri kembali ke tempat ini. Tempat rahasia ini hanya aku yang tau, juga dia. Mengingatnya rongga dadaku seketika terhimpit. Menyempit dan udara di dalamnya teramat mencekik. Seingatku aroma hutan dan danau indah ini menenangkan, kenapa kini menyakitkan?Aku mendudukkan tubuh kecilku diujung dermaga ini. Seakan dihantam sesuatu kepalaku tiba-tiba ngilu, pun dengan hatiku. Air danau yang tenang ini punya banyak cerita, banyak kisah, dan kenangan indah lainnya.Aku berdiri, hendak melompat ke dalam air sebelum suara
" Bernapaslah Hirup udara sesaki rongga dada Telan jerit hati Anda Sesap lagi kopi kedua Ranum rona surai jelanga Selang seling suara renjana Menutup harsa senja Dengan satu lagi cerita "ーOptimusrain....' Senyuman itu hanyalah menunda luka yang tak pernah kuduga 'Kepulan asap Macchiato dalam genggaman nampak begitu menenangkan. Sehangat peluknya dan senyaman dekapannya. Pemuda itu hanya menunduk memandangi kopi hangatnya. Bingung hendak merespon apa atas senyuman yang lebih tua di hadapannya."Jimin-ah?"Mendengar namanya disebut setelah beberapa saat saling tutup mulut ia lantas mendongak. Mematri senyuman kecil di bibir tebalnya. Hanya gumaman pelan terdengar sebagai balasan. Yoongi menyeruput sedikit Americano dalam paper cup-nya sebelum kembali berbicara."Aku yakin kau sudah mendengarnya dari Namjoon. Jadi aku rasa kita harus berhenti disini"Kelu. Lidahnya sedang kehilangan fungsi. Begitu juga dengan suara indahnya. Ia hanya membuka mulut tanpa
" Melarat melekat luka duka.Pilu ini ku telan sendiri.Merengsek merengek lubangi hati.Merasuk menyatu melebur dalam diri "ー Optimusrain...Bunga hydrangea biru masih segar dalam genggaman. Bahagiaku membuncah tanpa perintah. Tungkaiku terus melangkah melewati setapak di antara rumput hijau segar ini. Cinta, aku kembali.Begitu senang aku melihatnya. Bersiap begitu banyak dan lama di rumah, menuliskan rincian hal yang akan aku curahkan. Namun saat sampai aku hanya diam. Bisu karena rindu. Hal pertama yang aku lakukan tentu saja memindahkan bunga cantik ini ke pangkuannya. Senyumnya indah dalam pikirku. Jiminku selalu tersenyum manis dengan mata segaris saat aku beri bunga ini dengan pelukan. Satu paket lengkap kebahagiaan, kata Jimin diringi tawa."Ume, aku rindu padamu. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik? Ada banyak yang ingin aku ceritakan. Aku berhasil masuk kampus impianku. Coba tebak jurusan apa yang aku pilih? Tentu saja seni. Kau bilang ingin aku terus bermusik dan membuat la
" What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'd be the one I was meant to find "ー Zendaya ft. Zac Efron...Ketukan sepatu dengan lantai keramik memenuhi seisi koridor kampus yang lengang itu. Kaki kecil seorang pria mungil terus dipaksa untuk melangkah. Berjalan mengikuti pria pucat berkacamata yang berjalan tepat di hadapannya. Min Yoongi bukan tidak mengerti jika Park Jimin sejak tadi membuntuti tapi dia tidak memiliki keinginan untuk berhenti.Jimin berdecak keras, ia pantang menyerah dan terus melangkah. Sesekali tangan kanannya berusaha meraih bagian belakang kemeja Yoongi meski pada akhirnya gagal juga. Manusia pucat itu berjalan begitu cepat."Hyung, sebentar Hyung- tunggu-"Dengusan malas dikeluarkan Yoongi. Mau apalagi bocah ini. Apa dia tidak lelah terus mengejarnya? Yoongi berusaha menutup telinga. Biarlah ia berpura-pura tuli untuk sementara. JIka dengan itu ia bisa bebas dari si mungil kenapa tidak?"Yoongi Hyung tunggu-"