Detak jantung Tyo berdetak lebih cepat dari biasanya, ini adalah pertama kalinya dia akan bertemu dengan putranya setelah selama ini dia tak mengetahui jika dia telah memiliki putra sebelumnya.“Bos, aku tunggu diluar.” Ucap Amar Tyo mengangguk pada Amar sebelum dia mengambil tempat duduk di depan kaca pembatas. Ruangan itu sunyi, hanya ada suara langkah-langkah yang mendekat dari arah pintu di dalam penjara.Beberapa saat kemudian, Dimas muncul dengan seragam tahanan, wajahnya tampak lelah dan penuh kebencian. Ketika dia melihat Tyo di sisi lain dari kaca, matanya menyipit penuh kecurigaan.Dimas mengambil telepon yang tersedia dan menatap Tyo dengan tajam. "Siapa kamu. Dan Apa yang kamu mau?" tanyanya dengan nada sinis.Tyo menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin bicara denganmu, Dimas. Ada banyak hal yang perlu kamu ketahui."Dimas mengerutkan kening. "Hal apa? Aku tidak punya waktu untuk omong kosong."Tyo menatap Dimas dengan serius. "Ini bukan om
Bandara internasional soekarno-hatta.Pria muda tampan berusia dua puluh tiga tahun dengan paras fisik orang Amerika yang sangat khas turun dari pesawatnya setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang.“Selamat datang, tuan muda Matthew.” Salah seorang pria dengan jas hitam menyambut kedatangan pria muda itu.Matthew hanya mengangguk, dia tak pernah bersikap ramah pada siapapun kecuali bersama dengan ibunya.“where is my mother?” Tanya Matthew dengan dingin.“Nyonya Amelia sedang rapat bisnis pagi ini, siang beliau akan menemui anda di mansion. Apakah ada yang anda butuhkan?”“Nothing.” Jawabnya dengan dingin.Pengawal yang menjemput Matthew segera mengarahkan tuan muda tersebut ke sebuah mobil mewah, mereka melajukan mobilnya membelah hiruk pikuk kota jakarta menuju ke sebuah mansion mewah.Matthew cukup menikmati pemandangan kota jakarta meskipun banyak polusi diluar sana, hingga matanya menangkap ke arah sebuah billboard. Dia cukup lama memandangi gambar seorang wanita disana, wa
“Ouhhh, my baby. Kau akhirnya datang.” Amelia yang baru tiba di mansion langsung menghampiri putranya yang tengah duduk bersantai di sofa.Matthew yang melihat ibunya langsung tersenyum lalu berdiri menyambut pelukan hangat sang ibu.“Ibu terlihat lelah.” Ucap Matthew dengan lembut.Amelia tersenyum lalu mengajak putra semata wayangnya itu untuk duduk kembali di sofa. “Demi masa depanmu, ibu akan melakukan apapun untukmu. Jadi bagaimana, apakah kuliahmu bisa selesai tahun ini?” Tanya Amelia dengan wajah yang tampak bersemangat.Matthew tersenyum, “Ya, tapi aku ingin menyelesaikannya disini.” Ucap Matthew yang membuat Amelia terkejut.“Are you kidding, boy?”Matthew menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Aku serius. Aku merasa lebih dekat dengan rumah, dan aku pikir bisa lebih fokus menyelesaikan kuliahku di sini."Amelia menatap putranya dengan bingung. "Tapi mengapa tiba-tiba, sayang? Bukankah kamu sudah nyaman di luar negeri?"Matthew menghela napas. "Aku merasa ada banyak hal yang aku lewat
Seluruh ballroom hotel telah penuh dengan tamu undangan yang merupakan relasi milik Nersa saat ini.Nersa dan Anya berjalan menuju red karpet yang sudah dipersiapkan, Nersa tampak sangat bahagia disana melihat banyak dukungan bahkan karangan bunga untuk mengucapkan selamat atas perilisan produknya minggu ini.Anya yang berjalan di samping Nersa pun ikut bangga, hingga saat mereka sampai di depan podium, Anya melepaskan tangan Nersa yang menaut ke tangannya untuk memberikan ruang bagi wanita itu untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan dan dibukanya pesta pada malam hari ini.Nersa melangkah ke podium dengan anggun, sorot lampu mengikuti setiap langkahnya. Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi ballroom, memberikan semangat lebih pada Nersa. Anya, yang berdiri sedikit di belakang, tersenyum bangga melihat sahabatnya bersinar di malam ini.Nersa mengangkat mikrofon, tersenyum lebar kepada tamu-tamu yang hadir. "Selamat malam, semuanya. Terima kasih atas kehadiran dan duku
Langkah Amelia dengan tegas mendekati Matthew dan Anya yang sedang mengobrol bersama dengan yang lainnya.Hati Amelia terasa terbakar hingga tiba-tiba tangan seseorang menceganya.“Amelia?” Suara pria yang cukup akrab membuat Amelia terkejut.Dia langsung tersenyum saat yang dia lihat adalah Roy, teman sekelas saat kuliah dulu.“Kamu juga disini?” Tanya Amelia seolah melupakan amarahnya tadi sehingga menyambut hangat Roy yang sudah lama tidak dia temui.Roy tersenyum hangat sambil menggenggam tangan Amelia. "Ya, kebetulan aku punya relasi bisnis yang diundang ke acara ini. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama."Amelia mengangguk, mencoba mengendalikan emosinya. "Senang juga bertemu denganmu, Roy. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di acara seperti ini."Roy melirik ke arah Matthew dan Anya yang sedang bercakap-cakap, lalu kembali memandang Amelia. "Aku lihat putramu sudah besar sekarang. Bagaimana kabarnya?"Amelia tersenyum bangga. "Matthew tumb
“Kau sahabatnya juga?” Matthew tampak membuka percakapan dengan Nersa saat dan mengantarkan wanita itu pulang, dimana mereka memang satu arah yang sama.“Iya.” Ucap Nersa dengan tersenyum.“Kebetulan sekali, aku bisa minta kontaknya?” Tanya Matthew yang tampaknya sangat begitu semangat.Nersa bingung dengan hal ini, disatu sisi dia senang diantar oleh pria yang sudah lama dia sukai dan satu sisi juga kecewa saat Matthew malah lebih menaruh perhatiannya ke sahabatnya.“Matthew, apa kau tahu jika dia sudah menikah?” Tanya Nersa dengan pelan.Matthew yang sebelumnya begitu semangat langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.Matthew menatap Nersa dengan ekspresi terkejut dan bingung. "Menikah? Apa kamu bercanda?"Nersa menggeleng pelan, terlihat sedikit enggan. "Tidak, Matthew. Anya sudah menikah dengan David Baskara, seorang pengusaha sukses. Mereka memiliki hubungan yang sangat harmonis dan bahagia."Matthew terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. Setelah beberapa de
Suara pintu utama terbuka membuat Anya yang sedang membaca novel di sofa langsung teralihkan.Senyumnya terangkat saat melihat suaminya pulang dari dinas di luar kota.Tanpa menunggu lama dia langsung berlari menuju ke arah David lalu melompat untuk memeluk pria itu.David, yang baru saja masuk, tersenyum hangat melihat istrinya yang bersemangat. Dia menangkap Anya dalam pelukannya, tertawa kecil saat dia memeluknya erat."Sayang, aku merindukanmu," ucap Anya sambil mencium pipi suaminya."Aku juga merindukanmu," balas David, menurunkan tasnya dan mencium kening Anya. "Bagaimana hari-harimu?""Baik, tapi rasanya sepi tanpa kamu di sini," jawab Anya dengan manja.David tertawa kecil, kemudian menggandeng tangan Anya menuju ruang tamu. Mereka duduk di sofa, dan Anya memperhatikan suaminya yang terlihat sedikit lelah."Kamu tampak lelah, Mas. Bagaimana perjalananmu?" tanya Anya dengan khawatir."Memang melelahkan, tapi semuanya berjalan lancar," jawab David, mencoba menghibur istrinya. "
“Kalian juga disini?” Suara Amelia yang lembut membuat Anya memutar matanya dengan malas.Amelia yang tengah menggandenga tangan putranya berdiri di hadapan pasangan suami istri itu.“Seperti yang kamu lihat.” Ucap Anya dengan malas.Amelia tersenyum lalu menyuruh Matthew duduk di kursi yang masih kosong di meja itu.“Senang sekali, kita seperti berkumpul.” Ucap Amelia, sedangkan Matthew tak henti-hentinya menatap ke arah Anya.“Kita sudah selesai, ayo sayang kita pergi.” Ucap David dengan datar lalu menarik tangan istrinya.Tapi Matthew segera menahan mereka, “Bukankah kita baru bertemu tuan David? Aku dengar anda adalah teman masa kuliah ibu saya. Saya ingin mengobrol dengan anda.” Ucap Matthew dengan tenang.David menatap Matthew dengan dingin, tapi tetap tenang. "Tentu, kita bisa berbicara sebentar."Anya merasa situasi ini semakin tidak nyaman, tapi dia tetap diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka semua duduk kembali di meja tersebut, dan Amelia segera memula