Bandara internasional soekarno-hatta.Pria muda tampan berusia dua puluh tiga tahun dengan paras fisik orang Amerika yang sangat khas turun dari pesawatnya setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang.“Selamat datang, tuan muda Matthew.” Salah seorang pria dengan jas hitam menyambut kedatangan pria muda itu.Matthew hanya mengangguk, dia tak pernah bersikap ramah pada siapapun kecuali bersama dengan ibunya.“where is my mother?” Tanya Matthew dengan dingin.“Nyonya Amelia sedang rapat bisnis pagi ini, siang beliau akan menemui anda di mansion. Apakah ada yang anda butuhkan?”“Nothing.” Jawabnya dengan dingin.Pengawal yang menjemput Matthew segera mengarahkan tuan muda tersebut ke sebuah mobil mewah, mereka melajukan mobilnya membelah hiruk pikuk kota jakarta menuju ke sebuah mansion mewah.Matthew cukup menikmati pemandangan kota jakarta meskipun banyak polusi diluar sana, hingga matanya menangkap ke arah sebuah billboard. Dia cukup lama memandangi gambar seorang wanita disana, wa
“Ouhhh, my baby. Kau akhirnya datang.” Amelia yang baru tiba di mansion langsung menghampiri putranya yang tengah duduk bersantai di sofa.Matthew yang melihat ibunya langsung tersenyum lalu berdiri menyambut pelukan hangat sang ibu.“Ibu terlihat lelah.” Ucap Matthew dengan lembut.Amelia tersenyum lalu mengajak putra semata wayangnya itu untuk duduk kembali di sofa. “Demi masa depanmu, ibu akan melakukan apapun untukmu. Jadi bagaimana, apakah kuliahmu bisa selesai tahun ini?” Tanya Amelia dengan wajah yang tampak bersemangat.Matthew tersenyum, “Ya, tapi aku ingin menyelesaikannya disini.” Ucap Matthew yang membuat Amelia terkejut.“Are you kidding, boy?”Matthew menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Aku serius. Aku merasa lebih dekat dengan rumah, dan aku pikir bisa lebih fokus menyelesaikan kuliahku di sini."Amelia menatap putranya dengan bingung. "Tapi mengapa tiba-tiba, sayang? Bukankah kamu sudah nyaman di luar negeri?"Matthew menghela napas. "Aku merasa ada banyak hal yang aku lewat
Seluruh ballroom hotel telah penuh dengan tamu undangan yang merupakan relasi milik Nersa saat ini.Nersa dan Anya berjalan menuju red karpet yang sudah dipersiapkan, Nersa tampak sangat bahagia disana melihat banyak dukungan bahkan karangan bunga untuk mengucapkan selamat atas perilisan produknya minggu ini.Anya yang berjalan di samping Nersa pun ikut bangga, hingga saat mereka sampai di depan podium, Anya melepaskan tangan Nersa yang menaut ke tangannya untuk memberikan ruang bagi wanita itu untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan dan dibukanya pesta pada malam hari ini.Nersa melangkah ke podium dengan anggun, sorot lampu mengikuti setiap langkahnya. Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi ballroom, memberikan semangat lebih pada Nersa. Anya, yang berdiri sedikit di belakang, tersenyum bangga melihat sahabatnya bersinar di malam ini.Nersa mengangkat mikrofon, tersenyum lebar kepada tamu-tamu yang hadir. "Selamat malam, semuanya. Terima kasih atas kehadiran dan duku
Langkah Amelia dengan tegas mendekati Matthew dan Anya yang sedang mengobrol bersama dengan yang lainnya.Hati Amelia terasa terbakar hingga tiba-tiba tangan seseorang menceganya.“Amelia?” Suara pria yang cukup akrab membuat Amelia terkejut.Dia langsung tersenyum saat yang dia lihat adalah Roy, teman sekelas saat kuliah dulu.“Kamu juga disini?” Tanya Amelia seolah melupakan amarahnya tadi sehingga menyambut hangat Roy yang sudah lama tidak dia temui.Roy tersenyum hangat sambil menggenggam tangan Amelia. "Ya, kebetulan aku punya relasi bisnis yang diundang ke acara ini. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama."Amelia mengangguk, mencoba mengendalikan emosinya. "Senang juga bertemu denganmu, Roy. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di acara seperti ini."Roy melirik ke arah Matthew dan Anya yang sedang bercakap-cakap, lalu kembali memandang Amelia. "Aku lihat putramu sudah besar sekarang. Bagaimana kabarnya?"Amelia tersenyum bangga. "Matthew tumb
“Kau sahabatnya juga?” Matthew tampak membuka percakapan dengan Nersa saat dan mengantarkan wanita itu pulang, dimana mereka memang satu arah yang sama.“Iya.” Ucap Nersa dengan tersenyum.“Kebetulan sekali, aku bisa minta kontaknya?” Tanya Matthew yang tampaknya sangat begitu semangat.Nersa bingung dengan hal ini, disatu sisi dia senang diantar oleh pria yang sudah lama dia sukai dan satu sisi juga kecewa saat Matthew malah lebih menaruh perhatiannya ke sahabatnya.“Matthew, apa kau tahu jika dia sudah menikah?” Tanya Nersa dengan pelan.Matthew yang sebelumnya begitu semangat langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.Matthew menatap Nersa dengan ekspresi terkejut dan bingung. "Menikah? Apa kamu bercanda?"Nersa menggeleng pelan, terlihat sedikit enggan. "Tidak, Matthew. Anya sudah menikah dengan David Baskara, seorang pengusaha sukses. Mereka memiliki hubungan yang sangat harmonis dan bahagia."Matthew terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. Setelah beberapa de
Suara pintu utama terbuka membuat Anya yang sedang membaca novel di sofa langsung teralihkan.Senyumnya terangkat saat melihat suaminya pulang dari dinas di luar kota.Tanpa menunggu lama dia langsung berlari menuju ke arah David lalu melompat untuk memeluk pria itu.David, yang baru saja masuk, tersenyum hangat melihat istrinya yang bersemangat. Dia menangkap Anya dalam pelukannya, tertawa kecil saat dia memeluknya erat."Sayang, aku merindukanmu," ucap Anya sambil mencium pipi suaminya."Aku juga merindukanmu," balas David, menurunkan tasnya dan mencium kening Anya. "Bagaimana hari-harimu?""Baik, tapi rasanya sepi tanpa kamu di sini," jawab Anya dengan manja.David tertawa kecil, kemudian menggandeng tangan Anya menuju ruang tamu. Mereka duduk di sofa, dan Anya memperhatikan suaminya yang terlihat sedikit lelah."Kamu tampak lelah, Mas. Bagaimana perjalananmu?" tanya Anya dengan khawatir."Memang melelahkan, tapi semuanya berjalan lancar," jawab David, mencoba menghibur istrinya. "
“Kalian juga disini?” Suara Amelia yang lembut membuat Anya memutar matanya dengan malas.Amelia yang tengah menggandenga tangan putranya berdiri di hadapan pasangan suami istri itu.“Seperti yang kamu lihat.” Ucap Anya dengan malas.Amelia tersenyum lalu menyuruh Matthew duduk di kursi yang masih kosong di meja itu.“Senang sekali, kita seperti berkumpul.” Ucap Amelia, sedangkan Matthew tak henti-hentinya menatap ke arah Anya.“Kita sudah selesai, ayo sayang kita pergi.” Ucap David dengan datar lalu menarik tangan istrinya.Tapi Matthew segera menahan mereka, “Bukankah kita baru bertemu tuan David? Aku dengar anda adalah teman masa kuliah ibu saya. Saya ingin mengobrol dengan anda.” Ucap Matthew dengan tenang.David menatap Matthew dengan dingin, tapi tetap tenang. "Tentu, kita bisa berbicara sebentar."Anya merasa situasi ini semakin tidak nyaman, tapi dia tetap diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka semua duduk kembali di meja tersebut, dan Amelia segera memula
Selama sepekan sosial media Anya semakin bertambah pengikutnya, video-video Anya yang menarik membuat semua orang tertarik untuk mengikuti setiap aktivitasnya.David yang melihat istrinya setiap hari harus sibuk mengedit video merasa tak nyaman.“Apa kau butuh seorang editor, sayang? Lihat matamu begitu lelah.”Anya tersenyum lembut pada suaminya, meskipun jelas terlihat lelah di matanya. "Aku senang melakukannya, Mas. Ini seperti hobiku sekarang. Tapi mungkin kamu benar, aku bisa mempertimbangkan untuk mencari seorang editor agar aku tidak terlalu lelah."David mengangguk, tampak lega dengan jawaban Anya. "Aku akan mencari seseorang yang bisa membantu. Kamu butuh istirahat juga, sayang."Anya mengangguk, "Terima kasih, Mas. Kamu memang selalu tahu yang terbaik untukku."David tersenyum lalu memeluk istrinya dari belakang, “Jadi… Bisakah kau singkirkan laptopmu itu dan memperhatikan suami mu ini hm?” Ucap David dengan lembut dan penuh manja.Anya tertawa kecil dan menutup laptopnya, k
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m