Seluruh ballroom hotel telah penuh dengan tamu undangan yang merupakan relasi milik Nersa saat ini.Nersa dan Anya berjalan menuju red karpet yang sudah dipersiapkan, Nersa tampak sangat bahagia disana melihat banyak dukungan bahkan karangan bunga untuk mengucapkan selamat atas perilisan produknya minggu ini.Anya yang berjalan di samping Nersa pun ikut bangga, hingga saat mereka sampai di depan podium, Anya melepaskan tangan Nersa yang menaut ke tangannya untuk memberikan ruang bagi wanita itu untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan dan dibukanya pesta pada malam hari ini.Nersa melangkah ke podium dengan anggun, sorot lampu mengikuti setiap langkahnya. Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi ballroom, memberikan semangat lebih pada Nersa. Anya, yang berdiri sedikit di belakang, tersenyum bangga melihat sahabatnya bersinar di malam ini.Nersa mengangkat mikrofon, tersenyum lebar kepada tamu-tamu yang hadir. "Selamat malam, semuanya. Terima kasih atas kehadiran dan duku
Langkah Amelia dengan tegas mendekati Matthew dan Anya yang sedang mengobrol bersama dengan yang lainnya.Hati Amelia terasa terbakar hingga tiba-tiba tangan seseorang menceganya.“Amelia?” Suara pria yang cukup akrab membuat Amelia terkejut.Dia langsung tersenyum saat yang dia lihat adalah Roy, teman sekelas saat kuliah dulu.“Kamu juga disini?” Tanya Amelia seolah melupakan amarahnya tadi sehingga menyambut hangat Roy yang sudah lama tidak dia temui.Roy tersenyum hangat sambil menggenggam tangan Amelia. "Ya, kebetulan aku punya relasi bisnis yang diundang ke acara ini. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama."Amelia mengangguk, mencoba mengendalikan emosinya. "Senang juga bertemu denganmu, Roy. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di acara seperti ini."Roy melirik ke arah Matthew dan Anya yang sedang bercakap-cakap, lalu kembali memandang Amelia. "Aku lihat putramu sudah besar sekarang. Bagaimana kabarnya?"Amelia tersenyum bangga. "Matthew tumb
“Kau sahabatnya juga?” Matthew tampak membuka percakapan dengan Nersa saat dan mengantarkan wanita itu pulang, dimana mereka memang satu arah yang sama.“Iya.” Ucap Nersa dengan tersenyum.“Kebetulan sekali, aku bisa minta kontaknya?” Tanya Matthew yang tampaknya sangat begitu semangat.Nersa bingung dengan hal ini, disatu sisi dia senang diantar oleh pria yang sudah lama dia sukai dan satu sisi juga kecewa saat Matthew malah lebih menaruh perhatiannya ke sahabatnya.“Matthew, apa kau tahu jika dia sudah menikah?” Tanya Nersa dengan pelan.Matthew yang sebelumnya begitu semangat langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.Matthew menatap Nersa dengan ekspresi terkejut dan bingung. "Menikah? Apa kamu bercanda?"Nersa menggeleng pelan, terlihat sedikit enggan. "Tidak, Matthew. Anya sudah menikah dengan David Baskara, seorang pengusaha sukses. Mereka memiliki hubungan yang sangat harmonis dan bahagia."Matthew terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. Setelah beberapa de
Suara pintu utama terbuka membuat Anya yang sedang membaca novel di sofa langsung teralihkan.Senyumnya terangkat saat melihat suaminya pulang dari dinas di luar kota.Tanpa menunggu lama dia langsung berlari menuju ke arah David lalu melompat untuk memeluk pria itu.David, yang baru saja masuk, tersenyum hangat melihat istrinya yang bersemangat. Dia menangkap Anya dalam pelukannya, tertawa kecil saat dia memeluknya erat."Sayang, aku merindukanmu," ucap Anya sambil mencium pipi suaminya."Aku juga merindukanmu," balas David, menurunkan tasnya dan mencium kening Anya. "Bagaimana hari-harimu?""Baik, tapi rasanya sepi tanpa kamu di sini," jawab Anya dengan manja.David tertawa kecil, kemudian menggandeng tangan Anya menuju ruang tamu. Mereka duduk di sofa, dan Anya memperhatikan suaminya yang terlihat sedikit lelah."Kamu tampak lelah, Mas. Bagaimana perjalananmu?" tanya Anya dengan khawatir."Memang melelahkan, tapi semuanya berjalan lancar," jawab David, mencoba menghibur istrinya. "
“Kalian juga disini?” Suara Amelia yang lembut membuat Anya memutar matanya dengan malas.Amelia yang tengah menggandenga tangan putranya berdiri di hadapan pasangan suami istri itu.“Seperti yang kamu lihat.” Ucap Anya dengan malas.Amelia tersenyum lalu menyuruh Matthew duduk di kursi yang masih kosong di meja itu.“Senang sekali, kita seperti berkumpul.” Ucap Amelia, sedangkan Matthew tak henti-hentinya menatap ke arah Anya.“Kita sudah selesai, ayo sayang kita pergi.” Ucap David dengan datar lalu menarik tangan istrinya.Tapi Matthew segera menahan mereka, “Bukankah kita baru bertemu tuan David? Aku dengar anda adalah teman masa kuliah ibu saya. Saya ingin mengobrol dengan anda.” Ucap Matthew dengan tenang.David menatap Matthew dengan dingin, tapi tetap tenang. "Tentu, kita bisa berbicara sebentar."Anya merasa situasi ini semakin tidak nyaman, tapi dia tetap diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka semua duduk kembali di meja tersebut, dan Amelia segera memula
Selama sepekan sosial media Anya semakin bertambah pengikutnya, video-video Anya yang menarik membuat semua orang tertarik untuk mengikuti setiap aktivitasnya.David yang melihat istrinya setiap hari harus sibuk mengedit video merasa tak nyaman.“Apa kau butuh seorang editor, sayang? Lihat matamu begitu lelah.”Anya tersenyum lembut pada suaminya, meskipun jelas terlihat lelah di matanya. "Aku senang melakukannya, Mas. Ini seperti hobiku sekarang. Tapi mungkin kamu benar, aku bisa mempertimbangkan untuk mencari seorang editor agar aku tidak terlalu lelah."David mengangguk, tampak lega dengan jawaban Anya. "Aku akan mencari seseorang yang bisa membantu. Kamu butuh istirahat juga, sayang."Anya mengangguk, "Terima kasih, Mas. Kamu memang selalu tahu yang terbaik untukku."David tersenyum lalu memeluk istrinya dari belakang, “Jadi… Bisakah kau singkirkan laptopmu itu dan memperhatikan suami mu ini hm?” Ucap David dengan lembut dan penuh manja.Anya tertawa kecil dan menutup laptopnya, k
“Kalian masih berdiskusi? Apa aku datang terlalu cepat?” Suara Amelia terdengar dari belakang membawa beberapa kotak makanan yang berniat untuk dia berikan pada anaknya dan David.David yang melihat itu hanya menatap datar, “Tidak. Ini memang jam istirahat.” Ucapnya dengan tenang.Amelia tersenyum dan meletakkan kotak-kotak makanan di meja. "Bagus, aku membawa beberapa makanan untuk kalian. Aku pikir kalian mungkin lapar setelah berdiskusi panjang."Matthew segera bangkit dari kursinya untuk membantu ibunya dengan kotak-kotak makanan. “Kenapa ibu harus seperti ini, aku bukan anak kecil lagi yang harus diantar makan siang.” Ucap Matthew namun masih membantu ibunya untuk membuka kotak makanan tersebut.Amelia tersenyum namun tak menjawab, lalu melirik ke arah David. “David, ayo makan bersama.”David tampak enggan namun tak ada alasan untuk menolak, dengan sikap tak acuh dia ikut duduk di single sofa dan menerima kotak makan dari Amelia.“Ibu memasak sangat enak, seperti biasa.” Ucap Mat
“Cie yang besok ke ulang tahun mantan pacar.” Ucap Anya dengan tenang saat Nersa telah pulang setelah makan malam bersama di mansion.David menghela nafasnya, menyadari jika istriya sedang marah saat ini.“Ya sudah aku besok tidak datang.” Ucap David mengaku dirinya salah.“Tidak, kau sudah berjanji dengan Nersa jadi harus datang.” Ucap Anya dengan nada sarkasnya.David mendekati Anya, berusaha menenangkan suasana. “Sayang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Itu hanya acara ulang tahun. Aku tidak punya perasaan apa-apa lagi padanya.”Anya mendesah, menatap suaminya dengan tatapan tajam. “Aku tahu, tapi tetap saja. Menurutmu bagaimana perasaanku? Kau dengan cepat berjanji pada Nersa untuk datang ke ulang tahun Amelia itu. Padahal aku harap kau segera menolaknya.” David memeluk istrinya, meskipun mendapatkan perlawanan oleh wanita itu. “Jika begitu aku akan bilang pada Nersa, sudah ya jangan marah. Aku tak ingin kita bertengkar karena masalah Amelia. Karena aku tak mempunyai perasaan