“Kalian masih berdiskusi? Apa aku datang terlalu cepat?” Suara Amelia terdengar dari belakang membawa beberapa kotak makanan yang berniat untuk dia berikan pada anaknya dan David.David yang melihat itu hanya menatap datar, “Tidak. Ini memang jam istirahat.” Ucapnya dengan tenang.Amelia tersenyum dan meletakkan kotak-kotak makanan di meja. "Bagus, aku membawa beberapa makanan untuk kalian. Aku pikir kalian mungkin lapar setelah berdiskusi panjang."Matthew segera bangkit dari kursinya untuk membantu ibunya dengan kotak-kotak makanan. “Kenapa ibu harus seperti ini, aku bukan anak kecil lagi yang harus diantar makan siang.” Ucap Matthew namun masih membantu ibunya untuk membuka kotak makanan tersebut.Amelia tersenyum namun tak menjawab, lalu melirik ke arah David. “David, ayo makan bersama.”David tampak enggan namun tak ada alasan untuk menolak, dengan sikap tak acuh dia ikut duduk di single sofa dan menerima kotak makan dari Amelia.“Ibu memasak sangat enak, seperti biasa.” Ucap Mat
“Cie yang besok ke ulang tahun mantan pacar.” Ucap Anya dengan tenang saat Nersa telah pulang setelah makan malam bersama di mansion.David menghela nafasnya, menyadari jika istriya sedang marah saat ini.“Ya sudah aku besok tidak datang.” Ucap David mengaku dirinya salah.“Tidak, kau sudah berjanji dengan Nersa jadi harus datang.” Ucap Anya dengan nada sarkasnya.David mendekati Anya, berusaha menenangkan suasana. “Sayang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Itu hanya acara ulang tahun. Aku tidak punya perasaan apa-apa lagi padanya.”Anya mendesah, menatap suaminya dengan tatapan tajam. “Aku tahu, tapi tetap saja. Menurutmu bagaimana perasaanku? Kau dengan cepat berjanji pada Nersa untuk datang ke ulang tahun Amelia itu. Padahal aku harap kau segera menolaknya.” David memeluk istrinya, meskipun mendapatkan perlawanan oleh wanita itu. “Jika begitu aku akan bilang pada Nersa, sudah ya jangan marah. Aku tak ingin kita bertengkar karena masalah Amelia. Karena aku tak mempunyai perasaan
Dalam suasana mansion yang tenang, Anya yang berada di dalam kamar tampak menghias sebuah kotak.David yang baru kembali dan tak di sambut Anya seperti biasa langsung menuju kamar dan melihat Anya disana.“Kau sedang apa?” Tanya David dengan penasaran sambil mendekati Anya.Anya yang melihat suaminya kembali langsung tersenyum, “Hadiah untuk Amelia nanti malam, aku sudah mengemasnya dengan baik.”Mendengar itu David hanya ber-oh tanpa ingin tahu apa yang diberikan oleh istrinya untuk wanita itu.“Jika begitu aku akan mandi, kita akan berangkat jam tujuh bukan?” Tanya David dengan lembut.Anya mengangguk, “Aku sudah mandi dan tinggal berdandan. Aku akan menyiapkan bajumu nanti.” Ucapnya.David tersenyum dan mengecup puncak kepala istrinya, “Baiklah, tapi apakah perutmu masih sakit?”“Tidak, suamiku semalaman tidak tidur untuk merawatku. Bagaimana aku bisa masih sakit?” Ucap Anya sambil bergurau santai.David tertawa mendengar hal itu lalu mengacak rambut Anya, “Kau sekarang bisa berkat
Nyanyian lagu ulang tahun mulai terdengar, semua para tamu bertepuk tangan dengan ikut menyanyikan lagu ulang tahun untuk Amelia.Anya berbisik pada David, “Ini seperti acara ulang tahun anak TK.” Ucapnya.David tersenyum dengan kejulidan istrinya, tapi dia sendiri ikut menyanyikannya.Hingga lilin berhasil ditiup, semua tamu bertepuk tangan.Amelia terlihat bahagia saat ini, apalagi di sampingnya ada putra tampannya.Hingga potongan kue pertamanya dia suapkan untuk putranya, dan potongan kue kedua dia ingin memberikannya pada David.Anya yang melihat itu menaikkan alisnya, melihat Amelia yang dengan berani terang-terangan mendekati suaminya.Tapi siapa sangka jika Amelia tersandung gaunnya sendiri hingga dia limbung, tapi David segera menangkapnya.Anya yang melihatnya terkejut, lalu menatap tajam suaminya. Saat semua orang terfokus pada itu, Anya memilih pergi diam-diam karena tak ingin melihat suaminya yang peduli dengan wanita lain.Tapi siapa yang tahu, jika saat Anya pergi dari
“Nyonya, ada kiriman dari tuan.” Ucap sang pelayan pada Anya saat dia sedang mereview barang endorsan yang masuk kepadanya.Anya yang melihat seperti kotak perhiasan itu menjadi tertarik.“Terima kasih, kau bisa pergi.” Ucap Anya dengan lembut pada pelayan tersebut.Kemudian ruangan itu kembali hening, karena hanya ada dia disana.Tanpa menunggu lama, Anya membuka kotak perhiasan itu. Di dalamnya berisi anting yang sangat indah dan juga desainnya yang tidak terlalu berlebihan.Didalamnya juga ada pesan dari David. Anya segera membuka dan membacanya.Selamat tiga bulan pernikahan, istriku.Anting ini sangat cantik, tapi lebih cantikan kamu.Aku harap kamu memakainya setiap hari.-Suamimu yang paling tampanAnya tertawa membaca pesan itu, David selalu saja membuatnya terkesan dengan semuanya.Bahkan pernikahan mereka baru tiga bulan, tapi dia merayakannya seolah mereka sudah lama menikah.Tanpa ragu, dia langsung memakai anting itu. Anting dengan mutiara yang sangat cantik dan indah, An
BRUK!Suara tubuh yang terhempas di lantai dingin itu terdengar nyaring. Tubuh Anya yang pingsan tak terbangun sekalipun tubuhnya terasa sakit akibat jatuh terhempas.“Bos, aku sudah membawa target kita.” Ucap Amar dengan puas.Tyo yang melihatnya tersenyum menyeringai, anak buahnya telah bekerja dengan sangat baik.”Bagus, bawa dia ke ruang sandera. Jika dia bangun kabari aku.” Ucapnya dengan tenang.Amar mengangguk dengan patuh, “Baik, bos.”Lalu dia menyeret tubuh Anya tanpa belas kasihan ke ruang sandera, bahkan kulit Anya yang halus menjadi kemerahan dan juga terdapat goresan dari debu yang tajam yang membuat kulitnya lecet.Saat sudah berada di ruangan tanpa ventilasi tersebut, Amar menaruh tubuh Anya disana lalu meninggalkannya dengan pintu terkunci.“Berdoa saja kau agar bos ku tidak menyiksamu.” Ucapnya sambil menyeringai.************“Kita mampir ke toko bunga. Aku ingin membeli mawar untuk istriku.” Ucap David dengan mood yang bagus saat dia sedang dalam perjalanan pulang.
“Euhhh..” Lenguhan saat seluruh tubuh seperti remuk tampak terdengar di ruangan pengap tersebut.Anya yang mulai sadar dari pingsannya melihat ke seluruh ruang, tempat yang remang-remang serta sangat pengap karena tidak ada ventilasi udara.“I-ini dimana.” Gumamnya dengan suara serat, dia teringat terakhir kali dia ingin membantu anak kecil tapi ada seseorang yang membekapnya.Apa dia di culik?Tubuhnya mulai berusaha bangkit dari lantai kotor itu, dia mulai teratih-tatih menuju pintu namun sayangnya pintu telah terkunci dengan rapat.Anya mencoba menahan rasa sakit yang masih menjalar di seluruh tubuhnya saat dia berdiri dengan susah payah. Kegelapan dan pengapnya ruangan membuatnya merasa semakin tertekan. Pikiran tentang apa yang sedang terjadi mulai berputar di kepalanya. Siapa yang menculiknya, dan untuk apa?Dia meraba-raba pintu yang terkunci dengan kuat, mencoba menemukan cara untuk keluar. Namun, tak ada pegangan atau kunci yang bisa dia jangkau. Anya merasa panik mulai menye
“Bebaskan Regina dan Dimas malam ini.” Titah David dengan dingin pada bawahannya.Bawahannya cukup terkejut dengan perintah tersebut, “Tuan apakah anda yakin? Anda sudah sangat berusaha untuk menjebloskan mereka ke penjara dan anda akan membebaskannya begitu saja? Mohon pertimbangkan lagi keputusan anda.”David menatap bawahannya dengan tatapan dingin yang penuh ketegasan. "Anya adalah prioritas utama. Tidak ada yang lebih penting dari keselamatan istriku. Aku tidak peduli seberapa keras aku telah berusaha untuk menjebloskan mereka, aku tidak akan membiarkan Anya terluka lebih jauh," ujarnya dengan suara yang penuh determinasi.Bawahannya menelan ludah, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Baik, Tuan. Kami akan mengurus pembebasan Regina dan Dimas malam ini. Kami juga akan memastikan bahwa kita memiliki rencana cadangan untuk menangani situasi ini."David mengangguk, matanya masih dipenuhi dengan ketegangan. "Pastikan mereka dibebaskan tanpa ada penundaan. Dan pastikan kita melaca
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m