Nyanyian lagu ulang tahun mulai terdengar, semua para tamu bertepuk tangan dengan ikut menyanyikan lagu ulang tahun untuk Amelia.Anya berbisik pada David, “Ini seperti acara ulang tahun anak TK.” Ucapnya.David tersenyum dengan kejulidan istrinya, tapi dia sendiri ikut menyanyikannya.Hingga lilin berhasil ditiup, semua tamu bertepuk tangan.Amelia terlihat bahagia saat ini, apalagi di sampingnya ada putra tampannya.Hingga potongan kue pertamanya dia suapkan untuk putranya, dan potongan kue kedua dia ingin memberikannya pada David.Anya yang melihat itu menaikkan alisnya, melihat Amelia yang dengan berani terang-terangan mendekati suaminya.Tapi siapa sangka jika Amelia tersandung gaunnya sendiri hingga dia limbung, tapi David segera menangkapnya.Anya yang melihatnya terkejut, lalu menatap tajam suaminya. Saat semua orang terfokus pada itu, Anya memilih pergi diam-diam karena tak ingin melihat suaminya yang peduli dengan wanita lain.Tapi siapa yang tahu, jika saat Anya pergi dari
“Nyonya, ada kiriman dari tuan.” Ucap sang pelayan pada Anya saat dia sedang mereview barang endorsan yang masuk kepadanya.Anya yang melihat seperti kotak perhiasan itu menjadi tertarik.“Terima kasih, kau bisa pergi.” Ucap Anya dengan lembut pada pelayan tersebut.Kemudian ruangan itu kembali hening, karena hanya ada dia disana.Tanpa menunggu lama, Anya membuka kotak perhiasan itu. Di dalamnya berisi anting yang sangat indah dan juga desainnya yang tidak terlalu berlebihan.Didalamnya juga ada pesan dari David. Anya segera membuka dan membacanya.Selamat tiga bulan pernikahan, istriku.Anting ini sangat cantik, tapi lebih cantikan kamu.Aku harap kamu memakainya setiap hari.-Suamimu yang paling tampanAnya tertawa membaca pesan itu, David selalu saja membuatnya terkesan dengan semuanya.Bahkan pernikahan mereka baru tiga bulan, tapi dia merayakannya seolah mereka sudah lama menikah.Tanpa ragu, dia langsung memakai anting itu. Anting dengan mutiara yang sangat cantik dan indah, An
BRUK!Suara tubuh yang terhempas di lantai dingin itu terdengar nyaring. Tubuh Anya yang pingsan tak terbangun sekalipun tubuhnya terasa sakit akibat jatuh terhempas.“Bos, aku sudah membawa target kita.” Ucap Amar dengan puas.Tyo yang melihatnya tersenyum menyeringai, anak buahnya telah bekerja dengan sangat baik.”Bagus, bawa dia ke ruang sandera. Jika dia bangun kabari aku.” Ucapnya dengan tenang.Amar mengangguk dengan patuh, “Baik, bos.”Lalu dia menyeret tubuh Anya tanpa belas kasihan ke ruang sandera, bahkan kulit Anya yang halus menjadi kemerahan dan juga terdapat goresan dari debu yang tajam yang membuat kulitnya lecet.Saat sudah berada di ruangan tanpa ventilasi tersebut, Amar menaruh tubuh Anya disana lalu meninggalkannya dengan pintu terkunci.“Berdoa saja kau agar bos ku tidak menyiksamu.” Ucapnya sambil menyeringai.************“Kita mampir ke toko bunga. Aku ingin membeli mawar untuk istriku.” Ucap David dengan mood yang bagus saat dia sedang dalam perjalanan pulang.
“Euhhh..” Lenguhan saat seluruh tubuh seperti remuk tampak terdengar di ruangan pengap tersebut.Anya yang mulai sadar dari pingsannya melihat ke seluruh ruang, tempat yang remang-remang serta sangat pengap karena tidak ada ventilasi udara.“I-ini dimana.” Gumamnya dengan suara serat, dia teringat terakhir kali dia ingin membantu anak kecil tapi ada seseorang yang membekapnya.Apa dia di culik?Tubuhnya mulai berusaha bangkit dari lantai kotor itu, dia mulai teratih-tatih menuju pintu namun sayangnya pintu telah terkunci dengan rapat.Anya mencoba menahan rasa sakit yang masih menjalar di seluruh tubuhnya saat dia berdiri dengan susah payah. Kegelapan dan pengapnya ruangan membuatnya merasa semakin tertekan. Pikiran tentang apa yang sedang terjadi mulai berputar di kepalanya. Siapa yang menculiknya, dan untuk apa?Dia meraba-raba pintu yang terkunci dengan kuat, mencoba menemukan cara untuk keluar. Namun, tak ada pegangan atau kunci yang bisa dia jangkau. Anya merasa panik mulai menye
“Bebaskan Regina dan Dimas malam ini.” Titah David dengan dingin pada bawahannya.Bawahannya cukup terkejut dengan perintah tersebut, “Tuan apakah anda yakin? Anda sudah sangat berusaha untuk menjebloskan mereka ke penjara dan anda akan membebaskannya begitu saja? Mohon pertimbangkan lagi keputusan anda.”David menatap bawahannya dengan tatapan dingin yang penuh ketegasan. "Anya adalah prioritas utama. Tidak ada yang lebih penting dari keselamatan istriku. Aku tidak peduli seberapa keras aku telah berusaha untuk menjebloskan mereka, aku tidak akan membiarkan Anya terluka lebih jauh," ujarnya dengan suara yang penuh determinasi.Bawahannya menelan ludah, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Baik, Tuan. Kami akan mengurus pembebasan Regina dan Dimas malam ini. Kami juga akan memastikan bahwa kita memiliki rencana cadangan untuk menangani situasi ini."David mengangguk, matanya masih dipenuhi dengan ketegangan. "Pastikan mereka dibebaskan tanpa ada penundaan. Dan pastikan kita melaca
“Bos, di depan ada polisi1” Amartampak panik saat markas mereka telah dikepung polisi saat ini.Mendengar itu Tyo terkejut, “Dia berani-beraninya bermain denganku, apa dia tak tahu nyawa istrinya ada di tanganku sekarang.” Ucapnya dengan dingin.Tyo merasa kemarahan membakar dirinya, dan dia menatap Anya yang masih terikat di kursi dengan tatapan dingin. "Sepertinya suamimu tidak menghargai nyawamu, Anya," ucapnya dengan nada mengancam. Amar yang panik mulai beraksi, "Bos, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka akan segera masuk ke dalam!" Dia mendesak Tyo untuk segera membuat keputusan.Tyo mengambil napas dalam-dalam, mencoba mempertimbangkan langkah berikutnya. "Kita harus membuat David tahu bahwa aku tidak main-main. Jika dia ingin bermain kotor, kita akan memberi pelajaran yang tidak akan dia lupakan."Dia berjalan mendekati saklar listrik yang terhubung ke kursi tempat Anya duduk. "Beri tahu polisi untuk mundur, atau aku akan menghidupkan arus ini," perintahnya kepada Ama
“Bagaimana keadaannya?” Tanya David segera setelah dokter keluar.“Nyonya Anya baik-baik saja, tuan namun sepertinya beliau masih shock dengan kejadian yang baru menimpanya. Tolong buat dia merasa aman, mungkin akan membantu pemulihannya.” Ucap dokter tersebut dengan tenang.David mengangguk, merasa sedikit lega mendengar bahwa Anya secara fisik baik-baik saja. Namun, dia tahu trauma emosional dari kejadian itu mungkin akan membutuhkan waktu untuk sembuh. "Terima kasih, Dokter," ucapnya dengan tulus sebelum memasuki kamar Anya.Di dalam, Anya tampak berbaring di tempat tidur, wajahnya masih terlihat pucat dan matanya sedikit kosong, seolah-olah masih terjebak dalam bayang-bayang ketakutan yang baru saja dialaminya. David mendekat perlahan, memastikan tidak mengejutkannya."Sayang, aku di sini," ucap David dengan lembut, duduk di samping tempat tidurnya. Dia meraih tangan Anya dengan penuh kasih sayang, memberikan sentuhan lembut untuk meyakinkan bahwa semuanya sudah berakhir.Anya per
“Selamat atas kerja samanya, nyonya Amelia, tuan David. Saya harap kinerja kalian tak mengecewakan kami.” Ucap tuan Abraham dengan puas saat selesai melakukan rapat pembahasan proyek lebih lanjut.Amelia yang mendengar itu mengangguk. “ tentu saja tuan Abraham, saya dan David akan bekerja keras bersama untuk memberikan yang terbaik untuk anda.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.David mengangguk, menambahkan, "Kami akan memastikan proyek ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan ekspektasi Anda, Tuan Abraham. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada kami."Setelah rapat selesai, para karyawan mulai berkemas untuk pergi, namun Amelia menatap David dengan tatapan penuh arti. "Kau tampak terburu-buru, David. Ada sesuatu yang mendesak?" tanyanya dengan nada yang tampak tak sepenuhnya tulus.David, dengan wajah yang tetap tenang, menjawab, "Aku hanya ingin kembali ke rumah sakit dan memastikan Anya baik-baik saja."Amelia tersenyum tipis, “Tapi kita masih ada rapat internal lagi, kau belu