“Bebaskan Regina dan Dimas malam ini.” Titah David dengan dingin pada bawahannya.Bawahannya cukup terkejut dengan perintah tersebut, “Tuan apakah anda yakin? Anda sudah sangat berusaha untuk menjebloskan mereka ke penjara dan anda akan membebaskannya begitu saja? Mohon pertimbangkan lagi keputusan anda.”David menatap bawahannya dengan tatapan dingin yang penuh ketegasan. "Anya adalah prioritas utama. Tidak ada yang lebih penting dari keselamatan istriku. Aku tidak peduli seberapa keras aku telah berusaha untuk menjebloskan mereka, aku tidak akan membiarkan Anya terluka lebih jauh," ujarnya dengan suara yang penuh determinasi.Bawahannya menelan ludah, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Baik, Tuan. Kami akan mengurus pembebasan Regina dan Dimas malam ini. Kami juga akan memastikan bahwa kita memiliki rencana cadangan untuk menangani situasi ini."David mengangguk, matanya masih dipenuhi dengan ketegangan. "Pastikan mereka dibebaskan tanpa ada penundaan. Dan pastikan kita melaca
“Bos, di depan ada polisi1” Amartampak panik saat markas mereka telah dikepung polisi saat ini.Mendengar itu Tyo terkejut, “Dia berani-beraninya bermain denganku, apa dia tak tahu nyawa istrinya ada di tanganku sekarang.” Ucapnya dengan dingin.Tyo merasa kemarahan membakar dirinya, dan dia menatap Anya yang masih terikat di kursi dengan tatapan dingin. "Sepertinya suamimu tidak menghargai nyawamu, Anya," ucapnya dengan nada mengancam. Amar yang panik mulai beraksi, "Bos, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka akan segera masuk ke dalam!" Dia mendesak Tyo untuk segera membuat keputusan.Tyo mengambil napas dalam-dalam, mencoba mempertimbangkan langkah berikutnya. "Kita harus membuat David tahu bahwa aku tidak main-main. Jika dia ingin bermain kotor, kita akan memberi pelajaran yang tidak akan dia lupakan."Dia berjalan mendekati saklar listrik yang terhubung ke kursi tempat Anya duduk. "Beri tahu polisi untuk mundur, atau aku akan menghidupkan arus ini," perintahnya kepada Ama
“Bagaimana keadaannya?” Tanya David segera setelah dokter keluar.“Nyonya Anya baik-baik saja, tuan namun sepertinya beliau masih shock dengan kejadian yang baru menimpanya. Tolong buat dia merasa aman, mungkin akan membantu pemulihannya.” Ucap dokter tersebut dengan tenang.David mengangguk, merasa sedikit lega mendengar bahwa Anya secara fisik baik-baik saja. Namun, dia tahu trauma emosional dari kejadian itu mungkin akan membutuhkan waktu untuk sembuh. "Terima kasih, Dokter," ucapnya dengan tulus sebelum memasuki kamar Anya.Di dalam, Anya tampak berbaring di tempat tidur, wajahnya masih terlihat pucat dan matanya sedikit kosong, seolah-olah masih terjebak dalam bayang-bayang ketakutan yang baru saja dialaminya. David mendekat perlahan, memastikan tidak mengejutkannya."Sayang, aku di sini," ucap David dengan lembut, duduk di samping tempat tidurnya. Dia meraih tangan Anya dengan penuh kasih sayang, memberikan sentuhan lembut untuk meyakinkan bahwa semuanya sudah berakhir.Anya per
“Selamat atas kerja samanya, nyonya Amelia, tuan David. Saya harap kinerja kalian tak mengecewakan kami.” Ucap tuan Abraham dengan puas saat selesai melakukan rapat pembahasan proyek lebih lanjut.Amelia yang mendengar itu mengangguk. “ tentu saja tuan Abraham, saya dan David akan bekerja keras bersama untuk memberikan yang terbaik untuk anda.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.David mengangguk, menambahkan, "Kami akan memastikan proyek ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan ekspektasi Anda, Tuan Abraham. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada kami."Setelah rapat selesai, para karyawan mulai berkemas untuk pergi, namun Amelia menatap David dengan tatapan penuh arti. "Kau tampak terburu-buru, David. Ada sesuatu yang mendesak?" tanyanya dengan nada yang tampak tak sepenuhnya tulus.David, dengan wajah yang tetap tenang, menjawab, "Aku hanya ingin kembali ke rumah sakit dan memastikan Anya baik-baik saja."Amelia tersenyum tipis, “Tapi kita masih ada rapat internal lagi, kau belu
“Apa ibu benar-benar ingin bersama tuan David?” Tanya Matthew saat mereka tengah makan malam bersama di mansion itu.Amelia yang tadinya sibuk dengan makanannya tiba-tiba menghentikan gerakannya.“Apa kau tidak setuju?” Matthew menggeleng, “Bukan seperti itu. Tapi, kenapa kitatak bekerja sama.”Amelia mengerutkan dahinya dengan bingung. “Kerja sama?”“Aku benar-benar mencintai Anya, bu. Aku tak bisa melupakan dia di hatiku meskipun aku ingin.” Ucap Matthew dengan serius.Amelia menatap serius putranya, apalagi membayangkan jika dia memiliki menantu seperti Anya. Tapi mengingat dia juga sangat mencintai David, tawaran putranya cukup menarik untuknya.Amelia meletakkan sendoknya dengan pelan, menatap Matthew dalam-dalam. "Jadi, kamu ingin kita merebut pasangan kita masing-masing?"Matthew mengangguk, tatapannya penuh keyakinan. "Ibu tahu betapa aku mencintai Anya. Aku tidak bisa terus melihatnya bersama tuan David tanpa merasa tersiksa. Jika kita bekerja sama, kita bisa membuat tuanDa
“Tolong bantu aku untuk dekat dengan Anya di segala situasi.”Kata itu teringat jelas di memori Nersa, dia mencuci wajahnya dengan sangat kasar mengingat perkataan Matthew tadi siang.“Arrgggghhhh. Kenapa ANYA! ANYA! ANYA!!!!” Nersa mencuci wajahnya dengan penuh frustrasi, mencoba mengusir pikiran tentang permintaan Matthew. Hatinya bergejolak antara kesedihan dan amarah. Dia sudah lama menyukai Matthew, dan mendengar nama Anya terus-menerus dari pria yang dia kagumi membuatnya merasa seolah-olah dia tidak pernah memiliki kesempatan."Kenapa harus Anya?!" serunya lagi, suaranya menggema di dalam kamar mandi.Nersa menatap cermin, melihat refleksi dirinya yang dipenuhi kebingungan dan kekecewaan. Dia tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Matthew, yang seharusnya menjadi momen yang menyenangkan, malah berubah menjadi perasaan yang begitu pahit. Perlahan, dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Aku harus tenang," bisiknya pada diri sendiri. "Aku tidak bisa mem
Dengan tampil maksimal untuk bertemu dengan Matthew, Nersa tampil sangat cantik dan fresh.Nersa benar-benar mempersiapkan dirinya dengan sempurna untuk hari ini. Dia menghabiskan lima jam di salon, memastikan penampilannya sempurna untuk bertemu dengan Matthew. Gaun yang dia kenakan elegan namun tetap memancarkan kesegaran, dan wajahnya dirias dengan sangat rapi, menonjolkan kecantikannya. Setiap detail penampilannya dipikirkan dengan matang, mencerminkan betapa pentingnya pertemuan ini baginya.Saat tiba di pameran lukisan, Nersa bisa merasakan aura eksklusif yang mengelilingi acara tersebut. Pameran ini tidak hanya dihadiri oleh para pecinta seni, tetapi juga oleh kalangan elit dan orang-orang berpengaruh yang ingin menikmati karya-karya pelukis terkenal yang sudah diakui hingga mancanegara. Ruangan pameran dipenuhi oleh karya-karya seni yang mengagumkan, dengan setiap lukisan memiliki cerita dan makna yang mendalam.Meskipun dirinya lebih fokus pada rencana bertemu Matthew, Nersa
“Senang kita bisa memiliki waktu bersama di meet and great Anya Baskara di kecantikanmu ada di dalam dirimu. Jadi gini kak Anya, banyak sekali yang penasaran sebenarnya rahasia kulit sehat kakak apa sih?” Tanya moderator pada Anya saat mereka duduk berdua di atas panggung dan di saksikan oleh para penonton yang ada di grand mall tersebut.Anya tersenyum ramah kepada moderator dan penonton yang memenuhi Grand Mall. Dengan sikap yang tenang, dia menghadap ke arah kamera dan mikrofon, siap berbagi rahasia kecantikan kulitnya."Terima kasih banyak, senang sekali bisa berada di sini bersama kalian semua," ujar Anya membuka, suaranya terdengar hangat dan penuh kepercayaan diri. "Rahasia kulit sehatku sebenarnya cukup sederhana. Aku selalu fokus pada rutinitas perawatan kulit yang konsisten, dan pastinya memilih produk yang sesuai dengan jenis kulitku."Anya berhenti sejenak, melihat antusiasme di wajah para penonton yang mendengarkan dengan seksama. "Aku juga selalu ingat untuk menjaga pola