“Apa ibu benar-benar ingin bersama tuan David?” Tanya Matthew saat mereka tengah makan malam bersama di mansion itu.Amelia yang tadinya sibuk dengan makanannya tiba-tiba menghentikan gerakannya.“Apa kau tidak setuju?” Matthew menggeleng, “Bukan seperti itu. Tapi, kenapa kitatak bekerja sama.”Amelia mengerutkan dahinya dengan bingung. “Kerja sama?”“Aku benar-benar mencintai Anya, bu. Aku tak bisa melupakan dia di hatiku meskipun aku ingin.” Ucap Matthew dengan serius.Amelia menatap serius putranya, apalagi membayangkan jika dia memiliki menantu seperti Anya. Tapi mengingat dia juga sangat mencintai David, tawaran putranya cukup menarik untuknya.Amelia meletakkan sendoknya dengan pelan, menatap Matthew dalam-dalam. "Jadi, kamu ingin kita merebut pasangan kita masing-masing?"Matthew mengangguk, tatapannya penuh keyakinan. "Ibu tahu betapa aku mencintai Anya. Aku tidak bisa terus melihatnya bersama tuan David tanpa merasa tersiksa. Jika kita bekerja sama, kita bisa membuat tuanDa
“Tolong bantu aku untuk dekat dengan Anya di segala situasi.”Kata itu teringat jelas di memori Nersa, dia mencuci wajahnya dengan sangat kasar mengingat perkataan Matthew tadi siang.“Arrgggghhhh. Kenapa ANYA! ANYA! ANYA!!!!” Nersa mencuci wajahnya dengan penuh frustrasi, mencoba mengusir pikiran tentang permintaan Matthew. Hatinya bergejolak antara kesedihan dan amarah. Dia sudah lama menyukai Matthew, dan mendengar nama Anya terus-menerus dari pria yang dia kagumi membuatnya merasa seolah-olah dia tidak pernah memiliki kesempatan."Kenapa harus Anya?!" serunya lagi, suaranya menggema di dalam kamar mandi.Nersa menatap cermin, melihat refleksi dirinya yang dipenuhi kebingungan dan kekecewaan. Dia tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Matthew, yang seharusnya menjadi momen yang menyenangkan, malah berubah menjadi perasaan yang begitu pahit. Perlahan, dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Aku harus tenang," bisiknya pada diri sendiri. "Aku tidak bisa mem
Dengan tampil maksimal untuk bertemu dengan Matthew, Nersa tampil sangat cantik dan fresh.Nersa benar-benar mempersiapkan dirinya dengan sempurna untuk hari ini. Dia menghabiskan lima jam di salon, memastikan penampilannya sempurna untuk bertemu dengan Matthew. Gaun yang dia kenakan elegan namun tetap memancarkan kesegaran, dan wajahnya dirias dengan sangat rapi, menonjolkan kecantikannya. Setiap detail penampilannya dipikirkan dengan matang, mencerminkan betapa pentingnya pertemuan ini baginya.Saat tiba di pameran lukisan, Nersa bisa merasakan aura eksklusif yang mengelilingi acara tersebut. Pameran ini tidak hanya dihadiri oleh para pecinta seni, tetapi juga oleh kalangan elit dan orang-orang berpengaruh yang ingin menikmati karya-karya pelukis terkenal yang sudah diakui hingga mancanegara. Ruangan pameran dipenuhi oleh karya-karya seni yang mengagumkan, dengan setiap lukisan memiliki cerita dan makna yang mendalam.Meskipun dirinya lebih fokus pada rencana bertemu Matthew, Nersa
“Senang kita bisa memiliki waktu bersama di meet and great Anya Baskara di kecantikanmu ada di dalam dirimu. Jadi gini kak Anya, banyak sekali yang penasaran sebenarnya rahasia kulit sehat kakak apa sih?” Tanya moderator pada Anya saat mereka duduk berdua di atas panggung dan di saksikan oleh para penonton yang ada di grand mall tersebut.Anya tersenyum ramah kepada moderator dan penonton yang memenuhi Grand Mall. Dengan sikap yang tenang, dia menghadap ke arah kamera dan mikrofon, siap berbagi rahasia kecantikan kulitnya."Terima kasih banyak, senang sekali bisa berada di sini bersama kalian semua," ujar Anya membuka, suaranya terdengar hangat dan penuh kepercayaan diri. "Rahasia kulit sehatku sebenarnya cukup sederhana. Aku selalu fokus pada rutinitas perawatan kulit yang konsisten, dan pastinya memilih produk yang sesuai dengan jenis kulitku."Anya berhenti sejenak, melihat antusiasme di wajah para penonton yang mendengarkan dengan seksama. "Aku juga selalu ingat untuk menjaga pola
Nersa menggigil di bawah selimut bulu tebal yang baru saja disampirkan Axel di sekeliling tubuhnya. Keheningan di antara mereka begitu pekat, hanya diiringi oleh suara hujan yang masih turun dengan deras. Axel menatapnya dengan campuran kekhawatiran dan kemarahan, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya ini."Kenapa tadi kau melamun sampai hampir ditabrak mobil? Apa kau tak berpikir kau tadi bisa saja kehilangan nyawa?" tanyanya dengan nada serius, matanya penuh kecemasan.Nersa menunduk, air mata kembali mengalir di pipinya. Dia merasa lelah, baik fisik maupun emosional. "Aku... aku tidak tahu, Axel," suaranya terdengar lemah, hampir berbisik. "Aku hanya merasa... hancur. Matthew tidak datang, dia tidak peduli..."Axel menghela napas dalam-dalam, merasa prihatin sekaligus frustrasi. "Nersa, kau lebih baik dari ini. Tidak seharusnya kau menggantungkan kebahagiaanmu pada seseorang yang bahkan tidak menghargai perasaanmu."Nersa mendongak, menatap Axel dengan mata y
Bulan berlalu dengan begitu cepat, kehidupan selalu berjalan eskipun tersandung kerikil yang ada di setiap perjalanan.Bahkan David sudah membersihkan masalah Tyo dan Regina dengan cepat dan memasukkan mereka ke dalam penjara dengan hukuman berlapis.Hubungan Anya juga semakin harmonis dengan suaminya dan sekarang dia menjadi selebgram dengan rate card termahal saat ini.“Aku dengar kau akan menikah, Angel?” Tanya Anya saat mereka sedang berkumpul bersama.Mila dan Nersa juga tampak bahagia dengan kabar pernikahan sahabatnya tersebut.“Tentu, jangan lupa datang yaa. Aku juga sudah menyiapkan gaun untuk menjadi bridesmaid. Besok kalian jangan lupa untuk fiting gaunnya ke desainer ku karena minggu depan aku akan menikah.” Ucap Angel dengan bahagia,“Begitu cepat?” Ucap Mila dengan terkejut,“Bagaimana yaa, suamiku orang bule dan orang tuanya hanya bisa minggu depan jadi persiapannya terkesan mendadak.”Anya tersenyum mendengar kabar gembira dari Angel. "Wah, aku senang sekali mendengar
“Anya.” David bergegas masuk ke dalam mansion untuk menjemput istrinya.“Mas.” Ucap Anya sambil bergegas mendekat.“Apakah sudah siap?” Tanya David dan Anya segera mengangguk untuk merespon.Mereka berdua masuk ke dalam mobil berdua, Anya masih sedikit tegang.“Tak perlu dipikirkan, jika tidak positif berarti belum rejeki kita. Atau jika kemungkinan terburuk kita tak memiliki anak aku tak masalah.” Ucap David menggenggam tangan istrinya.“Mas, jangan bicara seperti itu. Aku yakin kita bisa punya anak.” Ucap Anya dengan tegas.David tersenyum lembut dan mengangguk. "Aku tahu, sayang. Aku hanya ingin kau tahu bahwa apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu."Anya menghela napas, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Mas. Aku tahu kau selalu mendukungku."Perjalanan menuju klinik terasa sedikit lebih ringan dengan dukungan David. Setibanya di sana, mereka langsung menuju bagian resepsionis dan mendaftar untuk pemeriksaan. Tak lama kemudian, mereka dipanggil masuk ke ruang do
“Halo, saya David Baskara.” Ucap David dengan kaku di depan kamera.Anya yang melihat di belakang kamera menahan senyumnya.“Hari ini istri saya sedang kurang enak badan, saya ingin memasak untuknya. Mari ikuti saya hari ini.” Ucapnya lagi dengan nada dingin namun terlihat cukup canggung.Apa yang dikatakan oleh David sudah diatur Anya dengan baik, bahkan apron yang dikenakan oleh David adalah apron cantik milik Anya karena tidak ada lagi apron yang bagus selain itu.David mengarahkan pandangan ke meja dapur yang sudah diatur dengan rapi oleh Anya. Bahan-bahan untuk memasak telah disiapkan dengan baik, dan di sinilah David mulai merasakan betapa sulitnya menjadi seorang selebgram yang harus tampil natural di depan kamera.“Baik, pertama-tama kita akan memotong sayuran ini,” kata David dengan nada datar, mencoba mengikuti naskah yang telah Anya siapkan. Tangannya sedikit gemetar saat memegang pisau, dan dia dengan hati-hati mulai memotong sayuran seperti yang telah dia pelajari dari An