“Lihat Anya, suami mu Viral.” Ucap Diana sambil memperlihatkan tayangan Anya naik drastis.Bahkan tayangan tersebut telah dibagikan ribuan kali, dan David di sebut suami idaman wanita.Karena selain tampan dan kaya dia juga sayang mencintai istrinya bahkan mau memasakkan untuknya, hal itu merupakan langka di negara ini karena banyak kasus pria yang patriarki.Anya tersenyum lebar melihat layar ponsel Diana yang memperlihatkan tayangan video David yang viral. "Wah, aku tidak menyangka akan secepat ini," ucap Anya dengan mata berbinar-binar. "David disebut sebagai suami idaman wanita di komentar ini," lanjut Diana, membacakan beberapa komentar dari netizen. "Mereka sangat kagum dengan dedikasi dan cinta yang dia tunjukkan untukmu."Anya tertawa kecil, "Aku nanti akan bilang pada David nanti kalau videonya viral"Diana mengangguk setuju. “Aku akan pulang dulu, tapi kenapa kau tak cuti saja? Aku lihat kau pucat.”Anya tersenyum, “Lalu kau kerja apa? Aku tak ingin membuatmu menjadi pengan
“Nersa, Mila.” Panggil Anya saat menghampiri mereka.“Eh Anya, tuan David.” Ucap Mila dan Nersa bersamaan.David hanya tersenyum singkat di samping istrinya.“Kau bersama siapa? Apakah kekasihmu yang baru?” Tanya Anya dengan ramah sambil menatap pria tampan dan tinggi di sebelah Nersa.Nersa yang mendengar kekasih langsung menggeleng, “Bukan, dia bukan kekasihku. Dia sahabatku dari kecil, namanya Axel.” Ucap Nersa memperkenalkan Axel.Anya mengangguk lalu mengulurkan tangan, “Halo Axel, aku Anya dan ini suamiku, David.”“Halo nyonya Baskara, senang bertemu dengan anda langsung. Nersa bercerita banyak tentang anda.” Ucap Axel dengan ramah.“Kau dari keluarga Desmond kan? Putra dari George Desmond?” Tanya David karena tampak tak asing dengan Axel yang sedikit memiliki kemiripan dengan rekan kerjanya.Axel tersenyum dan mengangguk. "Ya, benar sekali. George Desmond adalah ayah saya. Saya tidak menyangka Anda mengenalnya."David mengangguk kembali, tampak sedikit terkejut namun senang. "A
“Tapi aku sudah punya ibu, tante.” Ucap Misella dengan polos.Anya tersenyum getir, dia tak tahu kata-kata apa yang bisa menjelaskan jika ibu gadis ini telah meninggal."Nak," panggil Anya dengan lembut, "tante ada sesuatu yang harus disampaikan. Ibumu sangat kuat, dia sudah berjuang dengan sekuat tenaga, tapi... Tuhan punya rencana lain. Ibumu sudah tidak sakit lagi sekarang, dia sudah tenang di surga."Gadis kecil itu menatap Anya dengan bingung, lalu perlahan matanya mulai dipenuhi air mata saat dia mulai menyadari arti dari kata-kata Anya. "Ibu... sudah tidak ada lagi?" tanyanya dengan suara gemetar.Anya mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Iya, sayang. Tapi kita di sini bersamamu, kamu tidak sendirian."Gadis kecil itu mulai menangis, dan Anya langsung merengkuhnya dalam pelukan, mencoba memberikan kenyamanan sebanyak mungkin dalam momen penuh kesedihan itu. "Ibumu akan selalu ada di hatimu, Misella. Meskipun sekarang dia tidak bisa bersamamu secara fisik, dia akan selalu menjaga
“Selamat siang, Anya. Senang bertemu denganmu hari ini.” Ucap Matthew dengan ramah.Mereka saat ini berada di sebuah restoran mewah di dalam hotel, tempat pertemuan mereka membahas pekerjaan bersama.“Siang, Matt. Maaf aku sedikit terlambat. Ada kendala dijalan.” Ucap Anya yang berusaha bersikap profesional disini.Matthew tersenyum lembut, menandakan bahwa dia tidak mempermasalahkan keterlambatan Anya. "Tidak masalah, Anya. Aku mengerti. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu hari ini," katanya, mengisyaratkan pelayan untuk mendekat.Setelah mereka memesan makanan, Matthew kembali berbicara, kali ini dengan nada yang sedikit lebih serius. "Aku sangat tertarik dengan ide-ide yang kau ajukan untuk proyek ini. Aku yakin kita bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa bersama."Anya mengangguk, fokus pada topik pekerjaan yang diangkat oleh Matthew. "Aku juga merasa optimis dengan kolaborasi kita. Aku sudah mempersiapkan beberapa konsep untuk dibahas, tapi sebelum kita mulai, ada
Di mansion yang penuh canda tawa ditambah keceriaan Misella di tengah keluarga itu membuat suasana semakin hidup.“Tan- eh mama, apa boleh Misel tambah ayam gorengnya?” Tanya Misella pada Anya.Walaupun disini dia sudah satu minggu, namun rasanya masih sungkan untuk memanggil Anya mama.Anya yang mendengar itu tersenyum, “Tentu, jika kamu suka boleh dihabiskan semua.” Ucap Anya sambil menaruh satu potong paha ayam di piring anak tersebut.David juga tersenyum mendengar itu, “Misella, papa lupa bertanya padamu. Apakah kamu pernah masuk taman kanak-kanak sayang?”“Taman kanak-kanak?” Beo Misella seolah asing dengan kata itu.David mengangguk, lalu menjelaskan dengan lembut. "Iya, taman kanak-kanak. Itu adalah tempat di mana anak-anak sepertimu pergi untuk bermain dan belajar bersama teman-teman. Kamu akan belajar banyak hal baru dan membuat banyak teman di sana."Misella mengerutkan kening sejenak, mencoba memahami. "Misel belum pernah, Papa. Tapi Misel ingin belajar dan punya banyak te
“Tangkap!!” Aditnya melempar bola mainan ke arah Misella.Di tengah taman bermain itu mereka tampak sangat fokus bermain tanpa menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian.“Apakah mereka adik dan kakak? Atau malah ayahnya?” Ibu-ibu yang melihat itu mulai bergosip, terlebih Aditnya merupakan pria yang muda hampir matang dan sangat tampan.“Iya, aku juga baru melihat mereka hari ini. Apakah mereka orang baru?” Ibu-ibu yang lain menyahuti.Aditya dan Misella terus bermain tanpa menyadari bisikan para ibu-ibu di sekitar mereka. Tawa Misella yang ceria menggema di taman saat Aditya berlari mengejarnya, bola mainan di tangan."Ayo, Misella, lebih cepat!" Aditya tertawa sambil pura-pura mengejar Misella yang berlari kecil dengan penuh semangat.Sementara itu, ibu-ibu di sekitar taman semakin penasaran. "Anaknya cantik sekali, dan laki-laki itu kelihatan sangat sayang padanya. Pasti keluarga yang harmonis," salah satu ibu berkomentar."Iya, aku juga penasaran siapa mereka," sahut ibu lainn
“Mama! Papa!” Misella langsung berlari saat melihat David dan Anya sedang duduk bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Dimana kak Aditya?” Tanya Anya sambil merapikan rambut gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.“Tadi kakak bilang jika ada urusan, jadi cuma mengantar Sella sampai pintu.” Ucap Misella.“Anak itu tak tau sopan santun.” Gumam David dengan tajam.Anya langsung menyentuh tangan David dan tersenyum, “Abaikan saja, mungkin dia memang dalam kondisi yang mendesak. Dan dia juga mengantarkan Misella balik dengan selamat kan?”David menghela napas, kemudian mengangguk setuju dengan Anya. "Iya, kamu benar. Yang penting Misella sudah kembali dengan selamat," ucapnya, sambil tersenyum pada putri kecil mereka.Anya lalu mengalihkan perhatiannya kepada Misella. "Kamu senang bermain di taman tadi, Sayang?" tanyanya sambil memeluknya.Misella mengangguk dengan antusias. "Iya, Mama! Tadi Sella main bola sama Kak Aditya, tapi ada anak-anak lain yang ingin merebut bola Sella," uc
“Seragamnya sangat cocok untuk Misella..” Puji Anya dengan bahagia melihat gadis itu menggunakan seragam TK tersebut.Misella tampak menggemaskan apalagi dengan kucir dua di rambutnya, membuatnya terlihat menjuntai.“Apa Misella nanti dapat teman banyak?” Anya mengangguk, “Tentu saja, yang penting Misella jangan ceritakan tentang ibu dan ayahmu ya. Cukup mama dan papa saja yang tahu, karena jika mereka tahu kamu anak adopsi mama takut kamu dijahati oleh mereka.” Ucap Anya sambil membenarkan anakan rambut Misella dengan lembut.Misella menatap Anya dengan mata yang besar dan penasaran, kemudian mengangguk pelan. "Baik, Mama. Misella janji tidak akan cerita ke teman-teman."Anya tersenyum lembut, merasa lega melihat kepatuhan Misella. "Bagus sekali, Sayang. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri, bersikap ramah, dan nikmati waktu bermainmu di sekolah. Mama dan Papa akan selalu ada untukmu."David, yang telah memperhatikan dari dekat, ikut tersenyum dan menepuk pundak Misella dengan penu