“Nersa, Mila.” Panggil Anya saat menghampiri mereka.“Eh Anya, tuan David.” Ucap Mila dan Nersa bersamaan.David hanya tersenyum singkat di samping istrinya.“Kau bersama siapa? Apakah kekasihmu yang baru?” Tanya Anya dengan ramah sambil menatap pria tampan dan tinggi di sebelah Nersa.Nersa yang mendengar kekasih langsung menggeleng, “Bukan, dia bukan kekasihku. Dia sahabatku dari kecil, namanya Axel.” Ucap Nersa memperkenalkan Axel.Anya mengangguk lalu mengulurkan tangan, “Halo Axel, aku Anya dan ini suamiku, David.”“Halo nyonya Baskara, senang bertemu dengan anda langsung. Nersa bercerita banyak tentang anda.” Ucap Axel dengan ramah.“Kau dari keluarga Desmond kan? Putra dari George Desmond?” Tanya David karena tampak tak asing dengan Axel yang sedikit memiliki kemiripan dengan rekan kerjanya.Axel tersenyum dan mengangguk. "Ya, benar sekali. George Desmond adalah ayah saya. Saya tidak menyangka Anda mengenalnya."David mengangguk kembali, tampak sedikit terkejut namun senang. "A
“Tapi aku sudah punya ibu, tante.” Ucap Misella dengan polos.Anya tersenyum getir, dia tak tahu kata-kata apa yang bisa menjelaskan jika ibu gadis ini telah meninggal."Nak," panggil Anya dengan lembut, "tante ada sesuatu yang harus disampaikan. Ibumu sangat kuat, dia sudah berjuang dengan sekuat tenaga, tapi... Tuhan punya rencana lain. Ibumu sudah tidak sakit lagi sekarang, dia sudah tenang di surga."Gadis kecil itu menatap Anya dengan bingung, lalu perlahan matanya mulai dipenuhi air mata saat dia mulai menyadari arti dari kata-kata Anya. "Ibu... sudah tidak ada lagi?" tanyanya dengan suara gemetar.Anya mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Iya, sayang. Tapi kita di sini bersamamu, kamu tidak sendirian."Gadis kecil itu mulai menangis, dan Anya langsung merengkuhnya dalam pelukan, mencoba memberikan kenyamanan sebanyak mungkin dalam momen penuh kesedihan itu. "Ibumu akan selalu ada di hatimu, Misella. Meskipun sekarang dia tidak bisa bersamamu secara fisik, dia akan selalu menjaga
“Selamat siang, Anya. Senang bertemu denganmu hari ini.” Ucap Matthew dengan ramah.Mereka saat ini berada di sebuah restoran mewah di dalam hotel, tempat pertemuan mereka membahas pekerjaan bersama.“Siang, Matt. Maaf aku sedikit terlambat. Ada kendala dijalan.” Ucap Anya yang berusaha bersikap profesional disini.Matthew tersenyum lembut, menandakan bahwa dia tidak mempermasalahkan keterlambatan Anya. "Tidak masalah, Anya. Aku mengerti. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu hari ini," katanya, mengisyaratkan pelayan untuk mendekat.Setelah mereka memesan makanan, Matthew kembali berbicara, kali ini dengan nada yang sedikit lebih serius. "Aku sangat tertarik dengan ide-ide yang kau ajukan untuk proyek ini. Aku yakin kita bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa bersama."Anya mengangguk, fokus pada topik pekerjaan yang diangkat oleh Matthew. "Aku juga merasa optimis dengan kolaborasi kita. Aku sudah mempersiapkan beberapa konsep untuk dibahas, tapi sebelum kita mulai, ada
Di mansion yang penuh canda tawa ditambah keceriaan Misella di tengah keluarga itu membuat suasana semakin hidup.“Tan- eh mama, apa boleh Misel tambah ayam gorengnya?” Tanya Misella pada Anya.Walaupun disini dia sudah satu minggu, namun rasanya masih sungkan untuk memanggil Anya mama.Anya yang mendengar itu tersenyum, “Tentu, jika kamu suka boleh dihabiskan semua.” Ucap Anya sambil menaruh satu potong paha ayam di piring anak tersebut.David juga tersenyum mendengar itu, “Misella, papa lupa bertanya padamu. Apakah kamu pernah masuk taman kanak-kanak sayang?”“Taman kanak-kanak?” Beo Misella seolah asing dengan kata itu.David mengangguk, lalu menjelaskan dengan lembut. "Iya, taman kanak-kanak. Itu adalah tempat di mana anak-anak sepertimu pergi untuk bermain dan belajar bersama teman-teman. Kamu akan belajar banyak hal baru dan membuat banyak teman di sana."Misella mengerutkan kening sejenak, mencoba memahami. "Misel belum pernah, Papa. Tapi Misel ingin belajar dan punya banyak te
“Tangkap!!” Aditnya melempar bola mainan ke arah Misella.Di tengah taman bermain itu mereka tampak sangat fokus bermain tanpa menyadari jika mereka menjadi pusat perhatian.“Apakah mereka adik dan kakak? Atau malah ayahnya?” Ibu-ibu yang melihat itu mulai bergosip, terlebih Aditnya merupakan pria yang muda hampir matang dan sangat tampan.“Iya, aku juga baru melihat mereka hari ini. Apakah mereka orang baru?” Ibu-ibu yang lain menyahuti.Aditya dan Misella terus bermain tanpa menyadari bisikan para ibu-ibu di sekitar mereka. Tawa Misella yang ceria menggema di taman saat Aditya berlari mengejarnya, bola mainan di tangan."Ayo, Misella, lebih cepat!" Aditya tertawa sambil pura-pura mengejar Misella yang berlari kecil dengan penuh semangat.Sementara itu, ibu-ibu di sekitar taman semakin penasaran. "Anaknya cantik sekali, dan laki-laki itu kelihatan sangat sayang padanya. Pasti keluarga yang harmonis," salah satu ibu berkomentar."Iya, aku juga penasaran siapa mereka," sahut ibu lainn
“Mama! Papa!” Misella langsung berlari saat melihat David dan Anya sedang duduk bersantai di ruang keluarga.“Sudah pulang? Dimana kak Aditya?” Tanya Anya sambil merapikan rambut gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.“Tadi kakak bilang jika ada urusan, jadi cuma mengantar Sella sampai pintu.” Ucap Misella.“Anak itu tak tau sopan santun.” Gumam David dengan tajam.Anya langsung menyentuh tangan David dan tersenyum, “Abaikan saja, mungkin dia memang dalam kondisi yang mendesak. Dan dia juga mengantarkan Misella balik dengan selamat kan?”David menghela napas, kemudian mengangguk setuju dengan Anya. "Iya, kamu benar. Yang penting Misella sudah kembali dengan selamat," ucapnya, sambil tersenyum pada putri kecil mereka.Anya lalu mengalihkan perhatiannya kepada Misella. "Kamu senang bermain di taman tadi, Sayang?" tanyanya sambil memeluknya.Misella mengangguk dengan antusias. "Iya, Mama! Tadi Sella main bola sama Kak Aditya, tapi ada anak-anak lain yang ingin merebut bola Sella," uc
“Seragamnya sangat cocok untuk Misella..” Puji Anya dengan bahagia melihat gadis itu menggunakan seragam TK tersebut.Misella tampak menggemaskan apalagi dengan kucir dua di rambutnya, membuatnya terlihat menjuntai.“Apa Misella nanti dapat teman banyak?” Anya mengangguk, “Tentu saja, yang penting Misella jangan ceritakan tentang ibu dan ayahmu ya. Cukup mama dan papa saja yang tahu, karena jika mereka tahu kamu anak adopsi mama takut kamu dijahati oleh mereka.” Ucap Anya sambil membenarkan anakan rambut Misella dengan lembut.Misella menatap Anya dengan mata yang besar dan penasaran, kemudian mengangguk pelan. "Baik, Mama. Misella janji tidak akan cerita ke teman-teman."Anya tersenyum lembut, merasa lega melihat kepatuhan Misella. "Bagus sekali, Sayang. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri, bersikap ramah, dan nikmati waktu bermainmu di sekolah. Mama dan Papa akan selalu ada untukmu."David, yang telah memperhatikan dari dekat, ikut tersenyum dan menepuk pundak Misella dengan penu
“Nyoya Amelia.” Panggil Anya dengan tenang saat dia berjalan mendekati meja yang telah mereka pesan.Amelia langsung tersenyum menyambut Anya. “Sepertinya kau sangat sibuk ya, ternyata selebram sepertimu juga memiliki jadwal yang padat.” Ucap Amelia dengan ramah, namun Anya tahu jika Amelia tak benar-benar tulus.Tapi dia penasaran apa yang akan dibahas wanita yang mengejar cinta suaminya ini sekarang.“Tidak sibuk, hanya saja saat kau menelpon tadi aku sedang bekerja dan sudah libur beberapa hari karena mood ibu hamil selalu berubah-ubah.” Ucap Anya sambil duduk di depan kursi Amelia.Amelia tersenyum tipis, meskipun matanya sedikit berkilat mendengar Anya menyebut dirinya hamil."Oh, selamat ya. Aku baru tahu kau hamil. Pasti David sangat bahagia."Anya mengangguk pelan, tetap waspada dengan kata-kata Amelia. "Ya, kami sangat bersyukur."Amelia memainkan cangkir kopinya sebentar, seolah mempertimbangkan bagaimana memulai percakapan ini. "Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kubicaraka
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m