“Regina kemana?” Tanya Anya pada David saat mereka sarapan tapi Regina tak kunjung keluar.“Mungkin belum pulang.” Ucap David dengan tenang seolah tak peduli kemana wanita itu pergi.“Belum pulang? Memang kemana dia, Mas?” Tanya Anya dengan bingung.Tapi sebelum David menjawab, suara pintu terbuka yang membuat mereka langsung menoleh. Anya dan David bisa melihat tampilan Regina tampak tidak rapi dan dengan mata jeli Anya bisa melihat ada bekas tanda merah di leher wanita itu yang membuatnya curiga.Regina berusaha berjalan dengan tenang, meskipun merasa tatapan Anya dan David tertuju padanya. Dia menundukkan kepala sedikit, mencoba menghindari tatapan langsung dari mereka.“Pagi,” ucap Regina dengan suara yang sedikit serak, berusaha terdengar santai.David hanya mengangguk singkat sebagai balasan, sementara Anya terus menatap Regina dengan curiga. "Kamu tidak tidur di rumah semalam?" tanya Anya dengan nada sedikit curiga.Regina menghela napas, mencoba mencari alasan yang masuk akal.
Di dapur, Regina tampak sangat sibuk dengan bi Narsih yang sudah pulang dari kampungnya. Mereka seperti sedang membuat sesuatu yang membuat Anya penasaran.Tapi dia tak bertanya dan mengamati mereka, hingga saat David datang Regina langsung mendekati pria itu.“Mas, aku buatkan ayam kecap kesukaanmu.” Ucapnya dengan nada yang begitu manis yang membuat Anya mengerutkan dahinya dengan bingung.David tersenyum tipis menanggapi Regina, tetapi tatapannya beralih kepada Anya yang berdiri di dekat pintu dapur. "Ya. Terima kasih. Tapi aku ingin tahu pendapat Anya juga. Apakah dia sudah mencoba masakanmu?"Anya yang mendengar percakapan itu merasa semakin curiga. Regina yang selama ini tidak pernah mau repot-repot di dapur tiba-tiba menunjukkan perhatian. Namun, dia tetap tenang dan mendekat ke meja."Terima kasih, Regina. Kamu terlihat sangat sibuk di dapur. Apa ada sesuatu yang istimewa hari ini?" tanya Anya dengan nada datar.Regina tersenyum tipis, berusaha menampilkan wajah tanpa rasa ber
“Mereka dimana, bi?” Tanya Regina yang baru keluar dari kamar tapi tak melihat adanya David dan Anya di rumah.Bi Narsih yang tadinya membereskan rumah langsung berhenti dan berbalik, “Saya kurang tahu, nyonya. Tapi tuan tadi terlihat buru-buru pergi bersama nyonya Anya.” Ucap bi Narsih.Regina mengerutkan kening, merasa penasaran. "Buru-buru pergi bersama Anya? Ada apa?" gumamnya sendiri.Dia berjalan menuju ruang tamu, mencoba menghubungi David melalui ponselnya, tetapi tidak ada jawaban. Dengan perasaan tidak tenang, Regina memutuskan untuk menunggu di rumah, berharap mendapatkan jawaban segera.Sementara itu, David dan Anya sedang dalam perjalanan menuju ke rumah mereka setelah pulang dari rumah sakit.“Aku akan mengatakan pada bi Narsih nanti untuk memasakkan masakan yang sehat untukmu.” Ucap David saat mereka masih di dalam mobil."Terima kasih, Mas. Aku akan sangat berterima kasih untuk itu," balas Anya sambil tersenyum.Mobil mereka melaju pelan memasuki halaman rumah. Ketika
“Minum ini.” Ucap David dengan lembut saat masuk ke dalam kamar Anya sambil membawakan segelas susu ibu hamil untuknya.Anya menggeleng, “Perutku tidak nyaman, rasanya aku ingin memuntahkan segala makanan yang masuk ke dalam perutku.” Ucap Anya.David duduk di tepi tempat tidur, menatap Anya dengan penuh perhatian. "Aku mengerti, sayang. Tapi kamu perlu nutrisi untuk dirimu dan bayi kita. Cobalah minum sedikit demi sedikit, oke?"Anya menghela napas, tetapi menerima gelas susu itu. "Baiklah, aku akan mencoba," katanya, mengambil sedikit tegukan. Wajahnya meringis sejenak, tetapi dia memaksakan diri untuk minum lebih banyak.David mengusap punggung Anya dengan lembut. Di luar kamar, Regina mengintip dengan rasa cemburu yang semakin membesar. Dia merasa semakin terpinggirkan di rumahnya sendiri. "Aku harus menemukan cara agar bisa tetap di sini tanpa terus-menerus merasa seperti orang luar," pikir Regina dalam hati.David dan Anya tidak menyadari bahwa Regina sedang mengamati mereka.
Liburan kali ini Anya memilih destinasi wisata di pulau Derawan, meskipun jauh dari tempat tinggal mereka David menuruti keinginan istrinya tersebut.Hamil muda tak membuat semangat Anya menurun, bahkan dia terlihat sangat senang.“Airnya sangat biru, Mas. Aku tidak salahkan memilih tempat?” Ucapnya dengan semangat.David tersenyum melihat kegembiraan Anya. "Kamu tidak salah pilih, sayang. Tempat ini memang indah sekali," katanya sambil memandang laut yang biru jernih di depan mereka.Mereka tiba di resor di Pulau Derawan, di mana pemandangan pantai yang menakjubkan menyambut mereka. David membantu Anya turun dari kapal dan memastikan semua barang bawaan mereka dibawa ke kamar yang telah mereka pesan.Setelah check-in dan beristirahat sejenak di kamar mereka yang nyaman dengan pemandangan langsung ke laut, David mengajak Anya berjalan-jalan di sekitar pulau. "Ayo kita lihat-lihat sekeliling. Pasti banyak tempat indah yang bisa kita kunjungi," ajak David.Anya mengangguk antusias, "Ayo
“Mas, hati-hati yaa. Semoga penerbanganmu bisa lancar dan selamat sampai jakarta.” Ucap Anya dengan lembut sambil memegang tangan David.David tersenyum meskipun ada sedikit keraguan untuk meninggalkan Anya sendiri disini dengan kondisi hamil muda.“Apa kamu yakin tak ingin ikut ke jakarta? Jujur aku ragu meninggalkanmu sendiri.”Anya mengangguk sambil tersenyum lembut. "Aku yakin, Mas. Aku akan baik-baik saja. Ini hanya beberapa hari, dan aku butuh waktu untuk menyelesaikan rencana ku terhadap Dimas. Kamu tahu ini penting bagiku."David menghela napas, masih merasa cemas. "Baiklah, tapi aku ingin kamu selalu waspada. Jangan biarkan siapa pun mendekatimu terlalu dekat, terutama Regina."Anya mengangguk dengan serius. "Aku mengerti, Mas. Aku akan sangat berhati-hati. Aku juga akan menghubungimu setiap saat untuk memberi kabar."David mencium kening Anya dengan lembut. "Aku akan selalu menghubungimu. Jika ada apa-apa, segera beri tahu aku. Jangan ragu untuk meminta bantuan.""Baik, Mas.
Di depan pintu rumah sakit, Johan tampak sangat frustasi menunggu hasil pemeriksaan Anya.Bahkan saat perawat mengatakan jika dia juga butuh dirawat intensif tapi dia menolak.“Obati luka saya saja disini.” Ucap Johan dengan dingin.Dia tak bisa tenang jika belum mendengar kabar nyonyanya, bahkan dia belum bisa menghubungi David karena masih dalam penerbangan.Johan duduk di ruang tunggu dengan wajah penuh kecemasan dan rasa sakit yang terus mendera punggungnya. Perawat membersihkan dan merawat lukanya sebisanya di tempat, meskipun mereka berulang kali mengingatkan bahwa Johan seharusnya dirawat secara intensif.Beberapa waktu kemudian, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri Johan. "Pak Johan?" panggilnya.Johan segera berdiri meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa. "Bagaimana keadaannya, Dokter?"Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Nyonya Anya mengalami benturan yang cukup keras, saya sudah berusaha mempertahankan janinnya. Tapi sayangnya tidak
Silau lampu di rumah sakit membuat Anya yang baru sadar sedikit menyipitkan matanya karena cahaya terlalu banyak masuk di pandangannya.Seluruh tubuhnya terasa remuk hingga ingatannya kembali pada kecelakaan yang dia alami.Saat dia merasakan ada tangan yang terus menggenggamnya, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat David yang tidur sambil duduk di sampingnya.“M-mas..” Suaranya sangat serak karena tenggorokannya yang sangat kering.David terbangun mendengar suara serak Anya. Dia segera menatap istrinya dengan penuh kekhawatiran dan kelegaan. "Sayang, kamu sudah sadar," ucapnya dengan lembut, menggenggam tangan Anya lebih erat.Anya mengangguk pelan, mencoba mengingat kejadian terakhir yang dialaminya. "Mas, apa yang terjadi? Aku... aku merasa sakit sekali, seluruh tubuhku seperti akan remuk" ucapnya dengan suara lemah.David menghela napas, berusaha menenangkan dirinya sebelum memberikan penjelasan. "Kamu mengalami kecelakaan, sayang. Rem mobil tidak berfungsi. Kamu terluka c
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m