Di depan pintu rumah sakit, Johan tampak sangat frustasi menunggu hasil pemeriksaan Anya.Bahkan saat perawat mengatakan jika dia juga butuh dirawat intensif tapi dia menolak.“Obati luka saya saja disini.” Ucap Johan dengan dingin.Dia tak bisa tenang jika belum mendengar kabar nyonyanya, bahkan dia belum bisa menghubungi David karena masih dalam penerbangan.Johan duduk di ruang tunggu dengan wajah penuh kecemasan dan rasa sakit yang terus mendera punggungnya. Perawat membersihkan dan merawat lukanya sebisanya di tempat, meskipun mereka berulang kali mengingatkan bahwa Johan seharusnya dirawat secara intensif.Beberapa waktu kemudian, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri Johan. "Pak Johan?" panggilnya.Johan segera berdiri meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa. "Bagaimana keadaannya, Dokter?"Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Nyonya Anya mengalami benturan yang cukup keras, saya sudah berusaha mempertahankan janinnya. Tapi sayangnya tidak
Silau lampu di rumah sakit membuat Anya yang baru sadar sedikit menyipitkan matanya karena cahaya terlalu banyak masuk di pandangannya.Seluruh tubuhnya terasa remuk hingga ingatannya kembali pada kecelakaan yang dia alami.Saat dia merasakan ada tangan yang terus menggenggamnya, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat David yang tidur sambil duduk di sampingnya.“M-mas..” Suaranya sangat serak karena tenggorokannya yang sangat kering.David terbangun mendengar suara serak Anya. Dia segera menatap istrinya dengan penuh kekhawatiran dan kelegaan. "Sayang, kamu sudah sadar," ucapnya dengan lembut, menggenggam tangan Anya lebih erat.Anya mengangguk pelan, mencoba mengingat kejadian terakhir yang dialaminya. "Mas, apa yang terjadi? Aku... aku merasa sakit sekali, seluruh tubuhku seperti akan remuk" ucapnya dengan suara lemah.David menghela napas, berusaha menenangkan dirinya sebelum memberikan penjelasan. "Kamu mengalami kecelakaan, sayang. Rem mobil tidak berfungsi. Kamu terluka c
“Tuan, saya sudah menemukan pelakunya.” Bisik Johan pada David saat masih di ruang rawat inap Anya.David yang mendengar itu mengangguk sedangkan Johan pergi dari sana.“Ada apa?’ Tanya Anya dengan penasaran.David tersenyum, “Ada urusan pekerjaan, apa kamu tak masalah aku tinggal sebentar?”Anya mengangguk meskipun sedikit cemas. "Tidak masalah, Mas. Pergilah. Aku akan baik-baik saja di sini."David memberikan ciuman lembut di dahi Anya sebelum meninggalkan kamar. "Aku akan segera kembali. Istirahatlah, sayang."David mengikuti Johan ke ruangan yang lebih tenang. "Ceritakan semuanya," perintahnya dengan suara rendah tapi tegas.Johan mengeluarkan beberapa dokumen dan foto. "Ini adalah bukti yang saya temukan, Tuan. Rem mobil itu sengaja dirusak. Pelakunya adalah Dimas dan Anggun. Mereka bekerja sama dengan seorang mekanik yang dibayar untuk merusak rem mobil kita."David menatap foto-foto itu dengan mata yang berkilat marah. "Jadi, mereka benar-benar melakukannya. Mereka mencoba memb
“Mas, kamu akan pergi lagi?” Tanya Regina saat melihat David keluar dari ruang kerjanya kemudian ingin menuju pintu keluar.David yang mendengar itu langsung menghentikan langkah kakinya dan melirik ke arah Regina, “Setelah ini angkat kakimu dari rumah ini dan bawa anak dan mantumu keluar.” Ucap David dengan dingin.Regina terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mas, apa maksudmu? Kamu tidak bisa mengusir kami begitu saja. Ini rumahku juga."David menatap Regina dengan dingin. "Rumah ini milikku, bukan milikmu. Kau sudah melewati batas dengan mencoba membunuh istri dan anakku. Aku tidak akan mentolerir kejahatanmu lagi."“Anak? Anya hamil?” Tanya Regina dengan terkejut karena dia tak tahu tentang hal itu.
“Wah memang Anj*ng ya tuh nenek-nenek! Besok aku dan Nersa terbang ke kalimantan. Aku akan memberikan apa namanya kesengsaraan!!” Umpat Angel melalui panggilan video saat dia mendengar kabar sahabatnya berada di rumah sakit akibat kecelakaan dan parahnya mengalami keguguran.“Tidak perlu, Ngel. Bukannya kamu akan sidang skripsi besok? Lebih baik kamu fokus aja.” Ucap Anya untuk menenangkan sahabatnya itu.“Setelah sidang, aku dan Nersa akan berangkat. Aku tak perlu izin darimu, Anya. Dia telah menghilangkan calon keponakanku yang lucu!!”Anya tersenyum lemah, mengerti betapa marah dan khawatirnya sahabatnya itu. "Angel, aku tahu kamu peduli padaku, tapi aku tidak ingin kamu melewatkan sidang skripsi. Itu sangat penting. Aku sudah merasa lebih baik sekarang, dan David sudah mengambil tindakan untuk mengatasi semua ini."Angel menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu, Anya. Tapi aku tidak bisa hanya diam saja setelah apa yang mereka lakukan padamu. Aku ingin memastikan mereka
“Selamat datang kembali dirumah, istriku.” David membuka pintu untuk Anya.Mendengar sambutan itu membuat Anya tertawa, “Apa sih, Mas. Ayo masuk, disini panas.” Ucap Anya yang langsung di angguki oleh David.“Nyonya Anya, apakah nyonya sudah sembuh?” Tanya Bi Narsih saat ANya masuk ke dalam rumah.“Sudah bi, gimana kabar rumah?” Tanya Anya basa-basi.“Baik, nyonya. Tapi terasa sepi sata nyonya tidak ada.”Mendengar itu Anya tersenyum lalu masuk ke dalam kamarnya. Namun, hal pertama yang membuat dia terkejut saat masuk adalah Lemari miliknya terbuka dengan lebar.“Mas!” Teriak Anya dengan keras yang membuat David yang masih di luar kamar terkejut dan langsung masuk.“Ada apa?” Tanya David dengan khawatir karena takut jika terjadi apa-apa.Anya langsung menuju ke lemarinya yang terbuka, laci yang biasanya dia menyimpan perhiasan tidak ada.“Mas, perhiasanku hilang. Itu adalah mas kawin ku. Gimana mas?” Tanya Anya dengan panik, selain perhiasan itu mahal, itu adalah mas kawinnya yang di
“Ini perhiasanmu, aku berhasil mendapatkannya kembali.” Ucap David dengan lembut.Anya yang menerima itu langsung membuka kotak perhiasan itu, senyumnya merekah akhirnya dia bisa melihat kembali mas kawinnya.“Di mana mas? Apakah pencurinya sudah ditemukan?” Tanya ANya segera.David hanya tersenyum tak menjawab lebih, “Aku juga membelikanmu brankas untuk menyimpannya lebih aman.Anya yang mendengar itu mengangguk, “Terima kasih, Mas.”David mengangguk, “Aku masih ada urusan diluar, apakah tak masalah aku pegi lagi?” Tanya David.Anya mengangguk dan mengerti kesibukan David saat ini. “Pergilah, tapi kamu pulang sebelum malam kan?”David mengangguk, "Iya, sayang. Aku akan pulang sebelum malam. Jangan khawatir, aku akan memastikan semua urusan selesai secepat mungkin."Anya tersenyum, "Baiklah, hati-hati di jalan, Mas."David mencium kening Anya dengan lembut sebelum meninggalkan rumah. Di dalam mobilnya, dia merasa lega karena setidaknya perhiasan Anya sudah kembali. “Tuan, mobil sudah
“Kamu tidak seperti itu kan, Nggun?”Deg!Jantung Anggun terasa seperti berlari maraton sekarang.“M-mas, kamu menuduhku tidur dengan pria lain selain kamu? Kamu kan ingat kamu yang memecah perawanku dulu.” Ucap Anggun dengan pura-pura bersedih karena keraguan Dimas terhadap anak yang dia kandung sekarang.Dimas menghela napas panjang, mencoba meredakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara mereka. "Bukan begitu maksudku, Nggun," ucapnya dengan suara yang lebih lembut. "Aku hanya khawatir, itu saja. Semua yang terjadi akhir-akhir ini membuatku merasa bingung dan cemas."Anggun mengusap perutnya yang membesar dengan lembut, menunduk seakan ingin menghindari tatapan Dimas. "Aku mengerti, Mas. Tapi percayalah, anak ini adalah anak kita. Aku tidak pernah mengkhianatimu."Dimas mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. "Maafkan aku, Nggun. Aku hanya terlalu banyak pikiran."Anggun tersenyum samar, masih dengan ekspresi pura-pura sedih. "Aku paham, Mas. Aku hanya ingin kita fokus pada k