Liburan kali ini Anya memilih destinasi wisata di pulau Derawan, meskipun jauh dari tempat tinggal mereka David menuruti keinginan istrinya tersebut.Hamil muda tak membuat semangat Anya menurun, bahkan dia terlihat sangat senang.“Airnya sangat biru, Mas. Aku tidak salahkan memilih tempat?” Ucapnya dengan semangat.David tersenyum melihat kegembiraan Anya. "Kamu tidak salah pilih, sayang. Tempat ini memang indah sekali," katanya sambil memandang laut yang biru jernih di depan mereka.Mereka tiba di resor di Pulau Derawan, di mana pemandangan pantai yang menakjubkan menyambut mereka. David membantu Anya turun dari kapal dan memastikan semua barang bawaan mereka dibawa ke kamar yang telah mereka pesan.Setelah check-in dan beristirahat sejenak di kamar mereka yang nyaman dengan pemandangan langsung ke laut, David mengajak Anya berjalan-jalan di sekitar pulau. "Ayo kita lihat-lihat sekeliling. Pasti banyak tempat indah yang bisa kita kunjungi," ajak David.Anya mengangguk antusias, "Ayo
“Mas, hati-hati yaa. Semoga penerbanganmu bisa lancar dan selamat sampai jakarta.” Ucap Anya dengan lembut sambil memegang tangan David.David tersenyum meskipun ada sedikit keraguan untuk meninggalkan Anya sendiri disini dengan kondisi hamil muda.“Apa kamu yakin tak ingin ikut ke jakarta? Jujur aku ragu meninggalkanmu sendiri.”Anya mengangguk sambil tersenyum lembut. "Aku yakin, Mas. Aku akan baik-baik saja. Ini hanya beberapa hari, dan aku butuh waktu untuk menyelesaikan rencana ku terhadap Dimas. Kamu tahu ini penting bagiku."David menghela napas, masih merasa cemas. "Baiklah, tapi aku ingin kamu selalu waspada. Jangan biarkan siapa pun mendekatimu terlalu dekat, terutama Regina."Anya mengangguk dengan serius. "Aku mengerti, Mas. Aku akan sangat berhati-hati. Aku juga akan menghubungimu setiap saat untuk memberi kabar."David mencium kening Anya dengan lembut. "Aku akan selalu menghubungimu. Jika ada apa-apa, segera beri tahu aku. Jangan ragu untuk meminta bantuan.""Baik, Mas.
Di depan pintu rumah sakit, Johan tampak sangat frustasi menunggu hasil pemeriksaan Anya.Bahkan saat perawat mengatakan jika dia juga butuh dirawat intensif tapi dia menolak.“Obati luka saya saja disini.” Ucap Johan dengan dingin.Dia tak bisa tenang jika belum mendengar kabar nyonyanya, bahkan dia belum bisa menghubungi David karena masih dalam penerbangan.Johan duduk di ruang tunggu dengan wajah penuh kecemasan dan rasa sakit yang terus mendera punggungnya. Perawat membersihkan dan merawat lukanya sebisanya di tempat, meskipun mereka berulang kali mengingatkan bahwa Johan seharusnya dirawat secara intensif.Beberapa waktu kemudian, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri Johan. "Pak Johan?" panggilnya.Johan segera berdiri meskipun dengan rasa sakit yang luar biasa. "Bagaimana keadaannya, Dokter?"Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Nyonya Anya mengalami benturan yang cukup keras, saya sudah berusaha mempertahankan janinnya. Tapi sayangnya tidak
Silau lampu di rumah sakit membuat Anya yang baru sadar sedikit menyipitkan matanya karena cahaya terlalu banyak masuk di pandangannya.Seluruh tubuhnya terasa remuk hingga ingatannya kembali pada kecelakaan yang dia alami.Saat dia merasakan ada tangan yang terus menggenggamnya, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat David yang tidur sambil duduk di sampingnya.“M-mas..” Suaranya sangat serak karena tenggorokannya yang sangat kering.David terbangun mendengar suara serak Anya. Dia segera menatap istrinya dengan penuh kekhawatiran dan kelegaan. "Sayang, kamu sudah sadar," ucapnya dengan lembut, menggenggam tangan Anya lebih erat.Anya mengangguk pelan, mencoba mengingat kejadian terakhir yang dialaminya. "Mas, apa yang terjadi? Aku... aku merasa sakit sekali, seluruh tubuhku seperti akan remuk" ucapnya dengan suara lemah.David menghela napas, berusaha menenangkan dirinya sebelum memberikan penjelasan. "Kamu mengalami kecelakaan, sayang. Rem mobil tidak berfungsi. Kamu terluka c
“Tuan, saya sudah menemukan pelakunya.” Bisik Johan pada David saat masih di ruang rawat inap Anya.David yang mendengar itu mengangguk sedangkan Johan pergi dari sana.“Ada apa?’ Tanya Anya dengan penasaran.David tersenyum, “Ada urusan pekerjaan, apa kamu tak masalah aku tinggal sebentar?”Anya mengangguk meskipun sedikit cemas. "Tidak masalah, Mas. Pergilah. Aku akan baik-baik saja di sini."David memberikan ciuman lembut di dahi Anya sebelum meninggalkan kamar. "Aku akan segera kembali. Istirahatlah, sayang."David mengikuti Johan ke ruangan yang lebih tenang. "Ceritakan semuanya," perintahnya dengan suara rendah tapi tegas.Johan mengeluarkan beberapa dokumen dan foto. "Ini adalah bukti yang saya temukan, Tuan. Rem mobil itu sengaja dirusak. Pelakunya adalah Dimas dan Anggun. Mereka bekerja sama dengan seorang mekanik yang dibayar untuk merusak rem mobil kita."David menatap foto-foto itu dengan mata yang berkilat marah. "Jadi, mereka benar-benar melakukannya. Mereka mencoba memb
“Mas, kamu akan pergi lagi?” Tanya Regina saat melihat David keluar dari ruang kerjanya kemudian ingin menuju pintu keluar.David yang mendengar itu langsung menghentikan langkah kakinya dan melirik ke arah Regina, “Setelah ini angkat kakimu dari rumah ini dan bawa anak dan mantumu keluar.” Ucap David dengan dingin.Regina terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mas, apa maksudmu? Kamu tidak bisa mengusir kami begitu saja. Ini rumahku juga."David menatap Regina dengan dingin. "Rumah ini milikku, bukan milikmu. Kau sudah melewati batas dengan mencoba membunuh istri dan anakku. Aku tidak akan mentolerir kejahatanmu lagi."“Anak? Anya hamil?” Tanya Regina dengan terkejut karena dia tak tahu tentang hal itu.
“Wah memang Anj*ng ya tuh nenek-nenek! Besok aku dan Nersa terbang ke kalimantan. Aku akan memberikan apa namanya kesengsaraan!!” Umpat Angel melalui panggilan video saat dia mendengar kabar sahabatnya berada di rumah sakit akibat kecelakaan dan parahnya mengalami keguguran.“Tidak perlu, Ngel. Bukannya kamu akan sidang skripsi besok? Lebih baik kamu fokus aja.” Ucap Anya untuk menenangkan sahabatnya itu.“Setelah sidang, aku dan Nersa akan berangkat. Aku tak perlu izin darimu, Anya. Dia telah menghilangkan calon keponakanku yang lucu!!”Anya tersenyum lemah, mengerti betapa marah dan khawatirnya sahabatnya itu. "Angel, aku tahu kamu peduli padaku, tapi aku tidak ingin kamu melewatkan sidang skripsi. Itu sangat penting. Aku sudah merasa lebih baik sekarang, dan David sudah mengambil tindakan untuk mengatasi semua ini."Angel menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu, Anya. Tapi aku tidak bisa hanya diam saja setelah apa yang mereka lakukan padamu. Aku ingin memastikan mereka
“Selamat datang kembali dirumah, istriku.” David membuka pintu untuk Anya.Mendengar sambutan itu membuat Anya tertawa, “Apa sih, Mas. Ayo masuk, disini panas.” Ucap Anya yang langsung di angguki oleh David.“Nyonya Anya, apakah nyonya sudah sembuh?” Tanya Bi Narsih saat ANya masuk ke dalam rumah.“Sudah bi, gimana kabar rumah?” Tanya Anya basa-basi.“Baik, nyonya. Tapi terasa sepi sata nyonya tidak ada.”Mendengar itu Anya tersenyum lalu masuk ke dalam kamarnya. Namun, hal pertama yang membuat dia terkejut saat masuk adalah Lemari miliknya terbuka dengan lebar.“Mas!” Teriak Anya dengan keras yang membuat David yang masih di luar kamar terkejut dan langsung masuk.“Ada apa?” Tanya David dengan khawatir karena takut jika terjadi apa-apa.Anya langsung menuju ke lemarinya yang terbuka, laci yang biasanya dia menyimpan perhiasan tidak ada.“Mas, perhiasanku hilang. Itu adalah mas kawin ku. Gimana mas?” Tanya Anya dengan panik, selain perhiasan itu mahal, itu adalah mas kawinnya yang di
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m