Share

Bab 244 Cerita Damar

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 11:00:59

“Kamu terlalu sempurna sebagai lelaki, Fakhri,” jawab Damar.

Fakhri terdiam, matanya sudah menatap tajam ke arah sepupunya. Tidak disangka Damar akan memberinya pujian seperti ini. Berangsur-angsur, Fakhri tersenyum bahkan sudah menggelengkan kepala sambil menepuk kasur tempat Damar terbaring.

“Ternyata gara-gara kecelakaan, kamu jadi ngelantur ngomongnya,” ucap Fakhri.

Damar menggeleng sambil tersenyum. “Aku gak ngelantur. Aku memang berkata jujur. Aku iri padamu, Fakhri.”

Seketika Fakhri terdiam, matanya kini menatap tajam Damar. Aina yang duduk di samping Fakhri berdiri tidak berani berkomentar. Ia hanya memperhatikan interaksi mereka berdua.

“Hidupmu begitu sempurna. Kamu tampan, kaya, pintar kemudian dilimpahi banyak kasih sayang dari keluargamu. Tidak hanya itu, banyak wanita yang tergila padamu. Berbanding terbalik dengan aku.”

Damar menunduk, menjeda kalimatnya. Sekilas Aina melihat ada

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fafaah
next thor ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 245 Suka Setelah Duka

    “Siapa? Apa Wulan pelakunya?” sergah Fakhri.Matanya sudah menyalang penuh amarah bertanya ke Damar. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam sambil menatap pria itu tampak kedip.“Iya, Wulan pelakunya,” jawab Damar.“Tepat dugaanku,” geram Fakhri.Ia berkata sambil menggenggam tangan kanan dan memukulkan ke telapak tangan kiri.“Dia memang tidak mengaku, tapi aku sempat mengancamnya tempo hari. Sepertinya dia ketakutan dan menyuruh orang untuk menabrakku.”Fakhri dan Aina tercengang sambil menatap Damar.“Jadi Wulan juga yang menjadi dalang di balik kecelakaanmu ini?” tanya Aina.Damar mengangguk. “Iya. Aku sudah hapal permainannya dan ini adalah ulah Wulan.”Fakhri berdecak sambil menggelengkan kepala.“Kita harus menjebloskan dia ke penjara, kalau perlu seumur hidup!!” Fakhri berkata sambil menggigit giginya. Ia terlihat ger

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 246 Satu Titik Terang

    “Fakhri, kamu dari mana saja? Sampai lumutan aku menunggumu,” seru Robby menyambut Fakhri.Fakhri tampak terkejut begitu masuk ke dalam rumah sudah melihat Robby di ruang tamu rumahnya. Matanya beredar sedang mencari Bu Rahma ke seluruh penjuru. Fakhri yakin kedatangan Robby kali ini berhubungan dengan pencarian terhadap anak kandungnya dan Fakhri belum mengatakan hal ini ke ibunya.“Ibumu baru saja keluar. Jadi, kamu tenang saja. Beliau tidak akan tahu.”Fakhri menghela napas panjang sambil mengurut dadanya, kemudian mengajak Robby ke ruang kerjanya. Di sana mereka lebih bebas untuk berbicara.“Bagaimana? Apa ada info, Rob?”Fakhri langsung bertanya to the point begitu mereka masuk ke ruang kerja. Robby tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Iya, aku minta beberapa temanku untuk membantu penyelidikan ini. Di hari yang sama saat itu memang ada beberapa kelahiran. Dua bayi perempuan dan empat bayi laki-laki, salah satunya putramu.”Fa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 247 Terpaksa Bohong

    “Kenapa … kenapa Zafran ngomong seperti itu?” tanya Aina.Dia tidak menduga Zafran akan berkata seperti ini. Bisa jadi selama ini, bocah itu tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Bisa juga dia paham tentang test DNA yang dilakukannya beberapa waktu lalu.Memang usia Zafran masih tujuh tahun lebih, baru empat bulan lagi dia menginjak delapan tahun. Namun, Zafran bukan anak bodoh. Dia sudah bisa mengakses internet apalagi di sekolahnya juga sering menggunakan media tekhnologi. Rasanya tidak akan kesulitan untuk menemukan apa saja di sana.“Zafran … kenapa Zafran tidak menjawab?”Aina kembali bertanya saat melihat Zafran hanya diam. Zafran mendongak, matanya kini menatap Aina. Aina terdiam mengamatinya. Mata Zafran sangat mirip mata Fakhri. Apa mungkin kalau dia bukan darah dagingnya? Hanya itu yang masih sulit diterima Aina hingga kini.“Zafran dengar saat Oma Tika ke sini, Bunda. Zafran dengar semuany

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 248 Pengakuan Wulan

    Seketika tawa renyah keluar dari bibir Wulan. Fakhri yang duduk di depannya tercengang melihat ulah Wulan. Sementara wanita cantik itu masih sibuk tertawa membuat beberapa pengunjung yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arahnya.“Wulan!! Kamu pikir ini lucu?” Fakhri sudah berseru lagi.Dia sangat kesal melihat reaksi Wulan. Lagi-lagi dia merasa dipermainkan oleh mantan istrinya. Wulan menghentikan tawanya, menyeka air mata yang keluar dari wajahnya kemudian menatap Fakhri dengan sendu.“Apa Damar yang memberitahumu, Mas?”Fakhri mendengkus dengan mata yang tak lepas menatap Wulan. Dia tidak menjawab, tapi dari gestur tubuhnya, Wulan sudah tahu jika tebakannya tepat.Wulan tersenyum, menggelengkan kepala sambil menatap Fakhri dengan sinis.“Apa pentingnya aku sembunyikan anakmu? Tidak ada untungnya sama sekali buatku. Jadi kamu jangan asal tuduh!!”Fakhri geram. Matanya menyalang marah, tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 249 Kenyataan Pahit

    “APA!!!?” Fakhri tercengang kaget usai mendengar ucapan Wulan.Wulan tersenyum mengejek, masih berada di posisinya sambil menatap Fakhri.“Aku yakin kamu tidak akan mau melakukannya. Jadi, silakan kamu cari sendiri di mana anak itu berada, itu pun kalau dia masih hidup!!!”Wulan langsung membalikkan badan dan melenggang dengan iringan dua petugas polisi di kanan kirinya. Fakhri masih bergeming di posisinya menatap punggung Wulan yang sudah menjauh dari ruangan tersebut.Ada sakit yang tiba-tiba mengiris hatinya. Wulan tidak pernah menjadi seorang ibu, dia tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak seperti yang dialami Fakhri kali ini.Dengan langkah gontai, Fakhri meninggalkan kantor polisi. Hatinya berkecamuk hebat, antara marah, benci dan kesal. Ia marah pada semua ulah Wulan yang membuat hidupnya berantakan. Ia benci pernah jatuh cinta pada wanita itu dan Fakhri kesal sejauh ini dia tidak membuat pergerakan bera

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 250 Aku Harus Bagaimana

    “Aku belum bisa pastikan, Fakhri,” jawab Robby.Fakhri terdiam, menghela napas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar. Kepalanya menunduk dengan jemari yang berulang mengetuk lututnya. Perlahan Fakhri menggeleng sambil bersuara lirih.“Gak mungkin yang meninggal itu anakku. Aku masih ingat saat dia lahir. Dia sangat sehat, tangisannya kencang. Kamu pasti salah, Rob.”Tidak ada jawaban dari bibir Robby. Pria bermata sipit itu terdiam sambil sesekali mengolah udara.“Apa kamu sudah bertemu perawat yang bertugas saat itu? Aku yakin dia tahu lebih banyak,” imbuh Fakhri.Robby menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan.“Perawat yang membawa bayimu dan membersihkannya saat itu sudah lama resign. Kata pihak rumah sakit, sebulan setelah itu, dia langsung resign. Padahal dia baru saja meneken kontrak kerja.”Fakhri mengernyitkan alis sambil menatap Robby penuh selidik.&ldqu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 251 Adik Penyayang

    “Dari mana kamu tahu tentang itu, Rin?” tanya Aina.Aina sangat terkejut mendengar pertanyaan Rini kali ini. Dia belum memberitahu siapa pun mengenai hasil test DNA itu. Dia dan Fakhri sepakat menyembunyikannya, bahkan Bu Rahma saja tidak tahu. Kenapa kini Rini malah bertanya padanya?“Aku … aku membantu Pak Robby untuk mengumpulkan informasi tentang bayi yang lahir di waktu dan tempat yang sama dengan Zafran, Mbak.”Aina sontak terdiam. Bibirnya terkatup rapat saat mendengar penjelasan Rini. Aina ingat jika Rini bekerja di kantor Robby. Pastinya Fakhri akan meminta bantuan Robby mencari putra kandung mereka.“Memang Pak Robby tidak memberi tahu untuk apa aku mengumpulkan informasi itu. Namun, tadi siang, aku melihat Mas Fakhri datang ke kantor.”Aina langsung mendongak, menatap Rini dengan mata penuh tanya. Rini menghela napas sambil membalas tatapan kakaknya.“Aku tidak tahu apa yang mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 252 Keingintahuan Bu Rahma

    “Apa Ibu yang mengundang Aina ke sini?” tanya Fakhri.Mereka sedang asyik menikmati sarapan dan Fakhri sudah mengajukan pertanyaan seperti itu. Bu Rahma langsung tersenyum dan menganggukkan kepala.“Iya, Ibu yang memintanya. Kamu pikir Aina datang ke sini karena ingin bertemu kamu?”Bu Rahma malah berkata seperti itu. Sontak wajah Fakhri memerah tanpa sebab. Ia buru-buru menunduk seraya mengumpat dalam hati. Aina yang duduk di sampingnya hanya mengulum senyum melihat reaksi Fakhri.“Nanti kamu antar Zafran!! Ibu mau bicara dengan Aina,” imbuh Bu Rahma.Fakhri mendongak dan langsung bertanya, “Mau bicara apa, Bu?”“Bukan urusanmu dan kamu tidak perlu tahu.”Lagi-lagi jawaban Bu Rahma seolah sedang mengejek Fakhri. Fakhri membisu, jakunnya bergerak menelan saliva sementara matanya sudah menatap jengkel ke Bu Rahma. Bu Rahma pura-pura tak melihat dan tentu saja ulahnya membuat F

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bonus Bab

    “Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Extra Bab

    “Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 325 Happy End

    BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 324 Rebutan Bunda

    “Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 323 Hari Bahagia

    Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 322 Penebusan Wulan

    “TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 321 Keyakinan Rini

    “Sayang … kok kamu ngomong gitu?” tanya Fakhri.Aina tidak menjawab, malah kini yang berganti menundukkan kepala. Dia paham hanya wanita kedua yang datang ke hati Fakhri. Meski pada akhirnya Fakhri lebih memilihnya, tapi setidaknya ada kenangan indah antara Fakhri dan Wulan.“Aku sama sekali gak bermaksud akan membahas ke arah sana. Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya sekedar memberitahumu mengenai keadaan Wulan.” Fakhri menambahkan kalimatnya dan terkesan sedang membuat pembelaan.Aina menghela napas panjang sambil mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan netra coklat Fakhri dan terdiam untuk beberapa saat.“Aku juga sama sekali gak masalah jika kamu mengenang momen dengannya. Dia cinta pertamamu, bagaimanapun ada kenangan indah antara kamu dan dia. Bisa jadi itu yang membuatmu melankolis seperti ini.”Suara Aina terdengar datar, tidak tertangkap dia sedang sedih apalagi cemburu. Hanya saja Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 320 Penyesalan Wulan

    “Sialan!! Bangsat!! Jadi kamu yang menyebabkan kecelakaanku?” sergah Wulan.Damar tersenyum sambil berdiri menjauh dari sisi brankar. Wajah Wulan sudah merah padam dengan bunyi gigi yang saling beradu belum lagi tangannya yang sudah mengepal seakan hendak melayangkan sebuah pukulan ke Damar.“Kalau iya, kenapa? Kamu ingin membalasku, Wulan?”Tidak ada jawaban dari Wulan. Ia duduk bersandar ke bantal dengan dada kembang kempis mengolah amarah dan wajah yang semakin merah.“Bukankah kamu juga yang telah menabrakku tempo hari hingga membuatku tak berdaya.”Wulan membisu dan buru-buru memalingkan wajah.“Aku rasa kita sudah impas, Wulan. Aku akan mencabut gugatanku dan melupakan semua. Sayangnya, kamu tidak bisa melakukan hal yang sama seperti aku.”Wulan belum menjawab, tapi wajahnya sudah meredup bahkan tatapan matanya tampak sayu. Dengan sendu Wulan menatap kaki kanannya yang kini dibabat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 319 Kunjungan Sahabat

    “APA!!! Mama mau bunuh diri?” seru Devi.Amar yang duduk di sebelah Devi tampak terkejut. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Fakhri lebih dulu. Fakhri yang berada di dalam mobil mengabaikannya. Bisa jadi Amar dan Devi punya kepentingan lain yang harus dilakukan.Selang beberapa saat Devi dan Amar sudah tiba di rumah sakit tempat Bu Vita dirawat. Wanita paruh baya itu tampak tergolek lemah di atas brankar dengan kedua pergelangan tangannya di babat perban.Devi baru saja dijelaskan oleh perawat yang bertugas jika Bu Vita berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan cermin di kamarnya. Bu Vita shock saat tahu kenyataan tentang Wulan.“Memangnya siapa yang memberitahu keadaan Kak Wulan ke Mama? Bukannya hanya kita yang diberitahu dokter,” gumam Devi.Ia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Amar yang berdiri di sebelahnya hanya diam sambil menatap Bu Vita dengan iba.“Sebenarnya beberapa saat yang lalu,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status