“Sudah menentukan tanggal pernikahan,” sahut Damar dengan cepat.
Sontak semua yang ada di ruangan tersebut menoleh ke pria berwajah manis itu. Tentu saja Bu Tika terkejut dengan jawaban Damar. Padahal, mereka belum membahas hal itu, tapi mengapa Damar tiba-tiba berseru keras.
“Benarkah, Damar?” tanya Bu Tika.
Damar tersenyum menganggukkan kepala sambil memperhatikan orang tuanya. Kemudian Damar menoleh ke Aina sambil menggenggam tangannya dengan lembut.
“Benarkan, Sayang? Kita sudah menentukan tanggal pernikahan?” Kini malah Damar bertanya ke Aina untuk menjawab pertanyaan Bu Tika.
Aina tersenyum sekilas kemudian menganggukkan kepala. Setelahnya dia tampak menunduk. Aina sengaja menghindar dari tatapan tajam milik pria tampan yang sedang berdiri tak jauh darinya. Mata siapa lagi kalau bukan Fakhri.
Tak ayal semua yang ada di ruangan tersebut bersorak kegirangan, hanya Fakhri saja yang membisu.
&ldqu
“Siapa, Bu?” tanya Fakhri.Selama ini Fakhri memang sangat penasaran, tapi siapa pun orangnya rasanya tidak akan mengubah perasaannya pada Aina. Dia sudah memaafkan kesalahan Aina, sayangnya hal yang sama tidak berlaku pada Aina.Andai saja mereka berdua saling terbuka dan mendengar dengan baik, pasti tidak akan berlarut seperti ini masalahnya. Fakhri masih sabar menunggu, tapi bukannya jawaban yang terdengar malah suara keras seperti benda jatuh yang terdengar.“BU!!! IBU!!!” seru Fakhri panik.Robby juga ikut panik sekarang. Ia terus bertanya ke Fakhri, tapi pria tampan itu belum juga menjawab.“Den, Nyonya jatuh pingsan.” Sebuah suara yang beda terdengar di seberang sana dan Fakhri tahu itu suara asisten rumah tangganya.Tanpa banyak bicara, Fakhri langsung menyambar kunci mobilnya dan berjalan tergesa keluar ruangan. Robby ikut berlarian mengejar di belakang Fakhri. Robby sudah mengenal baik Bu Rahma,
“Nyonya sangat terkejut, tapi tidak bereaksi saat itu. Baru ketika Bu Tika pulang, beliau menelepon Aden dan langsung pingsan,” imbuh sang ART.Fakhri hanya terdiam membisu usai mendengar penjelasannya. Ia selama ini tidak tahu siapa ayah kandung Zafran. Bahkan saat tempo hari Fakhri bertanya ke Aina, ia tidak mau memberitahu. Fakhri sangat terkejut usai mendengar hal ini. Kenapa juga dugaannya benar? Jadi memang benar jika Aina sudah berselingkuh dengan Damar. Itu juga sebabnya Aina mau menerima pinangan Damar.“Den, saya bawa baju kotornya pulang, ya?” Ucapan sang Art membuyarkan lamunan Fakhri.Fakhri menoleh sambil menganggukkan kepala. Kemudian sang Art berpamitan untuk pulang, menyisakan Fakhri seorang diri di dalam ruangan tersebut.Ia masih terhenyak dengan semua informasi yang baru saja didapatnya. Seharusnya Fakhri merasa sakit atau kecewa. Namun, entah mengapa dia tidak merasakan hal itu. Semua terasa biasa saja bahkan l
“Mama bilang begitu?” sergah Damar.Pria berwajah manis itu semakin tercengang usai mendengar penuturan Bu Tika. Padahal selama ini, ia dan Aina berusaha menutupi identitas Zafran dari keluarga Fakhri. Kenapa juga mamanya dengan mudah mengatakan hal itu.“Iya, memangnya kenapa, sih?” Bu Tika malah balik bertanya dan mengungkapkannya tanpa rasa bersalah.Damar berdecak sambil menggelengkan kepala. Sementara Aina hanya diam sembari menundukkan kepala. Sebenarnya ia sangat terkejut sekaligus kesal dengan ulah Bu Tika. Namun, dia juga tidak berhak marah kali ini.Damar menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.“Harusnya Mama tidak perlu mengatakan hal itu ke Tante Rahma,” gumam Damar.“Iya, Tika. Kenapa kamu gak sabaran sekali? Nanti takutnya akan menimbulkan rumor dan tentu saja tidak baik untuk pernikahan mereka ke depannya.” Kini Bu Maya ikut bersuara.Bu Tika tampa
“KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pa
“ENGGAK, MAS!!! Aku gak mau!!” seru Aina.Fakhri tidak menggubris seruan Aina. Ia malah langsung mengibaskan kaki agar Aina melepas pelukannya. Tanpa berkata apa pun, Fakhri berjalan keluar kamar. Aina gegas bangkit mengejar Fakhri. Ia tidak mau pernikahannya berakhir seperti ini. Ini kesalahannya dan Aina akan menjelaskan semuanya malam ini.“MAS!! TUNGGU!!” Aina menarik lengan Fakhri.Namun, Fakhri malah menepis tangan Aina bahkan mengibaskannya hingga Aina terpental.“Cukup, Aina!!! Aku tidak mau dengar lagi. Kamu sudah dengar ucapanku, kan?”Aina menggeleng, wajahnya semakin berantakan. Riasannya pudar dengan rambut hitam kelamnya yang acak-acakan. Aina tidak menyerah, dia mengekor langkah Fakhri.“Aku gak mau, Mas. Aku gak mau cerai. Kamu dengar dulu penjelasanku. Aku ---”Fakhri mengangkat tangannya ke udara dan menatap Aina dengan tajam. Sontak kalimat Aina terjeda, bibirnya bergetar hebat. Air matanya semakin luber. Namun, pria tampan di depan Aina ini hanya membisu. Wajahnya
“Hamil? Istri saya hamil?” ucap Fakhri mengulang keterangan dokter tadi.“Iya, benar, Tuan. Sepertinya sudah jalan tiga minggu,” kata sang Dokter menambahkan.Fakhri hanya diam dan tercenung untuk beberapa saat. Ia melirik ke arah Aina yang sedang terbaring di atas brankar. Wanita cantik itu tampak masih memejamkan mata dengan infus yang tertancap di tangannya.Pukul delapan pagi saat Aina membuka mata. Ia melihat Fakhri sedang duduk di samping brankar. Kepalanya menunduk dengan tumpuan tangan yang bersandar di tepi brankar tempat Aina terbaring. Aina tersenyum saat tahu suaminya mau menjaga sepanjang malam ini. Ia pikir Fakhri akan meninggalkannya, tapi ternyata tidak.Hati-hati, Aina mengulurkan tangan dan membelai lembut rambut suaminya. Banyak kerinduan yang sedang Aina tumpahkan. Gara-gara kebodohannya, ada jurang lebar yang terbentang di antara dia dan suaminya. Rambut Fakhri yang sedikit gondrong terasa lembut di tangan Aina.Dulu Fakhri paling suka jika dibelai seperti itu, sa
“APA??!!” tanya Aina.Alih-alih menuruti keinginan Fakhri, Aina malah mengajukan pertanyaan. Aina tahu ini hari pernikahan kedua Fakhri dengan Wulan. Kenapa malah Fakhri datang kepadanya? Lebih parah lagi malah meminta jatah padanya.“Kamu tuli atau gimana, sih? Buruan buka bajumu!!” ulang Fakhri.Aina masih bergeming di tempatnya. Ia ingat jika suaminya masih marah padanya. Jangankan untuk melakukan hubungan suami istri, memandangnya saja tidak mau. Mengapa kini malah ingin meminta jatah?“Duh, lelet banget, sih.”“Tapi, Mas ---"Fakhri tidak menggubris ucapan Aina malah langsung mencium bibir Aina dengan kasar. Aina berulang menolak, menepis wajahnya, tapi Fakhri terus memaksanya membuat Aina tak berdaya. Sejujurnya Aina memang merindukan sentuhan Fakhri, tapi tidak seperti ini juga.Setelah beberapa saat, Fakhri menjeda kecupannya. Matanya menatap aneh ke arah Aina. Aina bahkan bingung mengartikan tatapan suaminya. Kemudian Fakhri bangkit dan melucuti semua bajunya. Ia tersenyum me
BRUK!!Fakhri langsung melepaskan cengkramannya sembari mendorong tubuh Aina hingga ia terjatuh ke lantai. Fakhri melihat Aina dengan sudut matanya, lalu tanpa berkata apa-apa sudah berlalu pergi meninggalkan Aina.Aina terdiam, menahan sakit di dada sambil mengelus pipinya yang memerah. Buliran bening berjatuhan tak tertahan. Ini salahnya. Wajar jika suaminya bersikap seperti itu. Mana ada suami yang diam saja saat tahu istrinya punya anak dengan benih orang lain.Aina menarik napas sambil menyeka air mata. Ini kebodohannya dan mulai hari ini dia harus mulai menikmati semua imbas dari kesalahannya.“Bunda … .”Suara Zafran tiba-tiba menyeruak masuk ke kamar Aina. Aina mendongak dan melihat putranya tampak menatap Aina dengan sendu. Untung dia sudah menghapus air matanya tadi.“Iya, Sayang. Ada apa? Ini masih malam, kenapa Zafran bangun?”Zafran terdiam sambil menatap Aina. Aina langsung bangkit menghampiri dan memeluknya. Aina menggiring Zafran duduk di sofa dalam kamarnya. Bocah ber
“Mama bilang begitu?” sergah Damar.Pria berwajah manis itu semakin tercengang usai mendengar penuturan Bu Tika. Padahal selama ini, ia dan Aina berusaha menutupi identitas Zafran dari keluarga Fakhri. Kenapa juga mamanya dengan mudah mengatakan hal itu.“Iya, memangnya kenapa, sih?” Bu Tika malah balik bertanya dan mengungkapkannya tanpa rasa bersalah.Damar berdecak sambil menggelengkan kepala. Sementara Aina hanya diam sembari menundukkan kepala. Sebenarnya ia sangat terkejut sekaligus kesal dengan ulah Bu Tika. Namun, dia juga tidak berhak marah kali ini.Damar menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.“Harusnya Mama tidak perlu mengatakan hal itu ke Tante Rahma,” gumam Damar.“Iya, Tika. Kenapa kamu gak sabaran sekali? Nanti takutnya akan menimbulkan rumor dan tentu saja tidak baik untuk pernikahan mereka ke depannya.” Kini Bu Maya ikut bersuara.Bu Tika tampa
“Nyonya sangat terkejut, tapi tidak bereaksi saat itu. Baru ketika Bu Tika pulang, beliau menelepon Aden dan langsung pingsan,” imbuh sang ART.Fakhri hanya terdiam membisu usai mendengar penjelasannya. Ia selama ini tidak tahu siapa ayah kandung Zafran. Bahkan saat tempo hari Fakhri bertanya ke Aina, ia tidak mau memberitahu. Fakhri sangat terkejut usai mendengar hal ini. Kenapa juga dugaannya benar? Jadi memang benar jika Aina sudah berselingkuh dengan Damar. Itu juga sebabnya Aina mau menerima pinangan Damar.“Den, saya bawa baju kotornya pulang, ya?” Ucapan sang Art membuyarkan lamunan Fakhri.Fakhri menoleh sambil menganggukkan kepala. Kemudian sang Art berpamitan untuk pulang, menyisakan Fakhri seorang diri di dalam ruangan tersebut.Ia masih terhenyak dengan semua informasi yang baru saja didapatnya. Seharusnya Fakhri merasa sakit atau kecewa. Namun, entah mengapa dia tidak merasakan hal itu. Semua terasa biasa saja bahkan l
“Siapa, Bu?” tanya Fakhri.Selama ini Fakhri memang sangat penasaran, tapi siapa pun orangnya rasanya tidak akan mengubah perasaannya pada Aina. Dia sudah memaafkan kesalahan Aina, sayangnya hal yang sama tidak berlaku pada Aina.Andai saja mereka berdua saling terbuka dan mendengar dengan baik, pasti tidak akan berlarut seperti ini masalahnya. Fakhri masih sabar menunggu, tapi bukannya jawaban yang terdengar malah suara keras seperti benda jatuh yang terdengar.“BU!!! IBU!!!” seru Fakhri panik.Robby juga ikut panik sekarang. Ia terus bertanya ke Fakhri, tapi pria tampan itu belum juga menjawab.“Den, Nyonya jatuh pingsan.” Sebuah suara yang beda terdengar di seberang sana dan Fakhri tahu itu suara asisten rumah tangganya.Tanpa banyak bicara, Fakhri langsung menyambar kunci mobilnya dan berjalan tergesa keluar ruangan. Robby ikut berlarian mengejar di belakang Fakhri. Robby sudah mengenal baik Bu Rahma,
“Sudah menentukan tanggal pernikahan,” sahut Damar dengan cepat.Sontak semua yang ada di ruangan tersebut menoleh ke pria berwajah manis itu. Tentu saja Bu Tika terkejut dengan jawaban Damar. Padahal, mereka belum membahas hal itu, tapi mengapa Damar tiba-tiba berseru keras.“Benarkah, Damar?” tanya Bu Tika.Damar tersenyum menganggukkan kepala sambil memperhatikan orang tuanya. Kemudian Damar menoleh ke Aina sambil menggenggam tangannya dengan lembut.“Benarkan, Sayang? Kita sudah menentukan tanggal pernikahan?” Kini malah Damar bertanya ke Aina untuk menjawab pertanyaan Bu Tika.Aina tersenyum sekilas kemudian menganggukkan kepala. Setelahnya dia tampak menunduk. Aina sengaja menghindar dari tatapan tajam milik pria tampan yang sedang berdiri tak jauh darinya. Mata siapa lagi kalau bukan Fakhri.Tak ayal semua yang ada di ruangan tersebut bersorak kegirangan, hanya Fakhri saja yang membisu.&ldqu
“Apa kamu bilang?” sergah Aina.Fakhri tersenyum sambil menatap Aina dengan lembut, berbanding terbalik dengan Aina yang sedang menatapnya tajam.“Aku tahu salah telah menuduhmu yang tidak-tidak. Semua yang kulakukan padamu di masa lalu adalah sebuah kesalahan. Itu sebabnya aku minta kamu pertimbangkan dulu pilihanmu ini, Aina. Aku tidak ingin kamu melakukan hal yang sama seperti aku dulu.”Alis Aina terangkat keduanya menatap Fakhri penuh tanya. Perlahan ia sudah bisa mencerna maksud kalimat Fakhri kali ini.“Apa maksudmu, aku menerima Damar karena ingin membalas kamu, begitu?” tebak Aina.Fakhri tidak menjawab, tapi matanya sudah memberi isyarat membenarkan dugaan Aina. Aina sontak mendengkus sambil menggelengkan kepala.“Astaga!! Kamu pikir aku masih mencintaimu, Mas? Kamu pikir aku tidak bisa move on darimu dan menganggap Damar pelarianku, begitu?”Lagi-lagi belum ada jawaban dari Fa
Sontak Fakhri menoleh dan mendongak menatap tiga sosok yang telah berdiri di depannya. Ada Bu Tika, Damar dan seorang wanita cantik lagi yang sangat dikenal Fakhri. Senyum Bu Tika mengembang lebar dan tampak sangat bahagia. Sama halnya dengan dua sosok yang berdiri di samping wanita paruh baya itu.Hanya Fakhri yang kini terdiam membisu sambil menatap sosok cantik di depannya tanpa kedip. Untuk beberapa detik mata Fakhri bersiroboh dengan mata Aina, tapi wanita cantik itu buru-buru memalingkan wajah.“Ayo, Aina kenalan dulu!! Mereka juga kerabat Tante.” Suara Bu Tika kembali mendominasi.Aina hanya mengangguk tersenyum sekilas kemudian sudah berjalan menghampiri Bu Rahma, Wulan dan Fakhri. Bu Rahma tersenyum lebar sambil menatap Aina penuh cinta. Sebelumnya Bu Rahma memang sudah memberi restu jika Aina menjalin asmara dengan Damar. Wanita paruh baya itu begitu sayang pada mantan menantunya dan menginginkan kebahagiaan untuknya.“Selamat
“IBU!! Tante!! Aku mohon jangan seperti ini,” ucap Aina.Ia benar-benar kebingungan menghadapi tiga orang yang sedang berlutut di depannya. Damar hanya diam menatapnya dengan seksama. Matanya berbinar menawarkan banyak cinta, bibirnya tersungging indah mempermanis rautnya.Banyak kebaikan yang diberikan Damar selama ini, hanya saja Aina selalu menutup matanya. Ia masih menyimpan benci pada pria itu tiap mengingat kejadian malam tak terduga tersebut. Malam penuh dosa yang selalu ingin dilupakan Aina.Namun, tidak ada salahnya jika dia membuka hati dan memberi kesempatan Damar. Ada Zafran yang membutuhkan pria itu. Selain itu, tidak selamanya Aina harus membenci pria ini setelah semua kebaikan yang ia beri.“Aku tahu ini sulit bagimu, Aina. Namun, aku ingin kamu mencobanya. Aku janji tidak akan menyakitimu,” ucap Damar.Kata-katanya terdengar tulus dan penuh penekanan emosi yang mendalam. Entah mengapa hati Aina berdebar saat
“Waalaikumsalam, Tante,” jawab Aina.Aina tersenyum membalas sapaan wanita paruh baya di depannya yang tak lain Bu Tika. Dua hari yang lalu, Aina sempat bertemu dengan Bu Tika di kafe. Bahkan ekspresi wanita paruh baya itu tampak terkejut usai mengetahui status Aina. Namun, mengapa sekarang ekspresi wajahnya berubah ramah dan ceria, seakan tidak terjadi apa-apa.“Boleh Tante masuk?” Pertanyaan Bu Tika membuyarkan lamunan Aina.Aina tampak gugup sekaligus kebingungan. Belum sempat ia menjawab, Zafran sudah keluar dari dalam rumah sambil merapikan topinya.“Bunda, aku sudah siap!!” seru bocah laki-laki itu.Aina menoleh ke arah Zafran dan tersenyum sekilas. Tak disangka Bu Tika juga sedang memperhatikan Zafran. Wanita paruh baya itu mengulas senyum kemudian berjalan mendekat dan mengelus kepala Zafran.“Anak pintar, mau berangkat sekolah, ya?” tanya Bu Tika.Zafran tersenyum sambil menunju
“APA!!!?? Apa maksudmu, Damar?” seru Bu Tika.Damar terdiam, tapi matanya terus mengunci ke wanita paruh baya di depannya. Damar sudah menduga jika Bu Tika akan sangat terkejut mendengar penjelasannya.“Ka—kamu selingkuh dengan Aina, begitu?” imbuh Bu Tika.Damar mendengkus sambil menggelengkan kepala.“Tidak, Ma. Kami berdua hanya berada di tempat dan waktu yang salah hingga melakukan sebuah kebodohan.”Bu Tika tampak kebingungan, tapi dia tidak menambahkan kalimatnya. Perlahan Damar menggeser duduknya kemudian berada sangat dekat di samping Bu Tika dan menceritakan apa yang pernah terjadi di antara dia dengan Aina.“Zafran itu anakku. Jadi apa salahnya jika aku menikahi ibunya? Aku ingin membentuk sebuah keluarga yang utuh, Ma.”Masih tidak ada jawaban keluar dari bibir Bu Tika. Wanita paruh baya itu masih shock usai mendengar penjelasan Damar. Ia masih bingung dengan semua kejadian hari ini.“Sayangnya, hingga kini Aina masih sulit menerimaku. Kemarin saat ulang tahun Mama … .”Kem