Home / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 119 Aku Ingin Berubah

Share

Bab 119 Aku Ingin Berubah

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-01-21 13:00:57

“Sudah, Fakhri. Jangan seperti ini,” ujar Robby.

Pria bermata sipit itu mengelus punggung Fakhri dengan lembut. Robby sudah berteman lama dengan Fakhri. Persahabatan mereka terjalin sejak SMA. Ia sangat mengenal sifat sahabatnya, tapi baru kali ini Robby melihat Fakhri sangat terpuruk.

“Mungkin ini saatnya kamu untuk berubah. Lebih mengendalikan emosimu, mau mendengar orang lain dan lebih tegas dalam mengambil sikap. Aku yakin jika kamu berubah, kamu pasti bisa menghadapi semuanya lebih baik.”

Fakhri membisu tampak sedang mencerna ucapan Robby. Kemudian perlahan dia mendongak menatap mata sipit pria di sampingnya ini.

“Apa mungkin aku juga bisa mendapatkan Aina kembali?”

Robby tidak menjawab. Ia tidak bisa berspekulasi tentang hal itu. Apalagi semua perbuatan Fakhri pada Aina sangat menorehkan luka di hati wanita cantik itu. Bahkan saat Robby bertemu Aina sebelum perceraian dulu masih terlihat luka mendalam di ra

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
kaget ya... pasti kaget ha.. ha.. ha
goodnovel comment avatar
Marshanty Salim
yes hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 120 Kasih Ibu

    “Aina?” ulang Bu Rahma.Wanita paruh baya itu sangat terkejut saat mendengar Bu Tika menyebut nama Aina. Memang sebelumnya Bu Rahma bahkan sudah merestui jika Aina bersama Damar. Hanya saja dia sedikit terkejut saat mendengar penjelasan Bu Tika tadi.Bu Tika tampak mengernyitkan alis memandang Bu Rahma dengan tatapan penuh tanya.“Iya, Aina. Apa kenal?”Bu Rahma hanya tersenyum tanpa memberi jawabab. Sesekali matanya melirik Fakhri. Fakhri tampak terdiam dan kini sudah menundukkan kepala. Samar Bu Rahma melihat wajah putra semata wayangnya itu berubah muram. Fakhri pasti juga shock mendengar hal ini.“Orangnya cantik, rambutnya hitam di bawah bahu, senyumnya menawan, sikapnya pun sangat sopan dan ramah. Aku suka sekali dengannya. Dia … .”Bu Tika kembali meneruskan ceritanya tentang Aina tanpa memperhatikan perubahan reaksi Bu Rahma dan Fakhri. Sepertinya wanita paruh baya itu terpesona dengan Aina.

    Last Updated : 2025-01-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 121 Memperbaiki Hubungan

    “Saya tidak pergi, Bu. Saya hanya ---”Aina menjeda kalimatnya saat matanya tiba-tiba bertemu dengan netra coklat Fakhri. Aina buru-buru memalingkan wajah menghindar dari tatapan Fakhri. Fakhri terdiam, menunduk sambil menahan rasa yang bergejolak di dadanya. Ia tahu Aina masih membencinya dan tatapan mata Aina masih sama seperti terakhir kali bertemu.“Kalau tidak pergi. Ayo, duduk!! Kita sarapan dulu.” Suara Bu Rahma kembali menginterupsi lamunan Aina.Awalnya Aina masih bergeming di posisinya, tapi dia juga tidak enak sendiri. Perlahan Aina berjalan kemudian duduk di kursi makan bersebelahan dengan Zafran. Namun, sayangnya, posisi Aina kini malah berhadapan dengan Fakhri.Entah mengapa suasana meja makan pagi ini terlihat tegang. Hanya Bu Rahma dan Zafran yang tampak menikmati sarapan pagi. Sementara dua orang lainnya sibuk dengan ego mereka masing-masing.“Zafran mau pudding untuk pencuci mulut?” tawar Bu Rah

    Last Updated : 2025-01-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 122 Ancaman Wulan

    “WULAN!! Kamu apa-apaan?” seru Fakhri.Fakhri sangat terkejut begitu melihat kehadiran Wulan yang tiba-tiba di rumah ibunya. Memang kemarin Fakhri sempat bilang hendak ke rumah Bu Rahma, tapi dia tidak bilang hendak menginap di sana. Selama ini Fakhri sudah tidak peduli dengan Wulan dan tak pernah berpamitan ke manapun ia pergi.Namun, tanpa sepengetahuan Fakhri. Semalam Wulan mendatangi apartemen Fakhri. Dia sangat terkejut saat tahu apartemen Fakhri kosong. Wulan menunggu semalaman, tapi Fakhri tak kunjung datang. Pagi ini dia memutuskan datang ke rumah Bu Rahma, tak disangka malah bertemu Fakhri sedang berbincang dengan Aina.“Jadi benar dugaanku, kamu sudah menemuinya secara diam-diam di belakangku, Mas!!”Mata Aina membola dengan wajah yang tegang menatap Wulan. Lagi-lagi istri Fakhri ini menuduhnya yang tidak-tidak. Aina sungguh menyesal datang ke rumah Bu Rahma pagi ini.“Kamu salah paham, Wulan. Aku dan Aina ga

    Last Updated : 2025-01-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 123 Ibu versus Anak

    "Aku harap kamu ingat itu, MAS!!" ucap Wulan.Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Fakhri. Ia hanya membisu sambil menatap Wulan dengan penuh amarah. Wulan malah tertawa mengejek melihat reaksi Fakhri. Lagi-lagi dia merasa di atas angin. Tidak diduga semua yang diinginkan Wulan akan begitu mudah ia dapatkan.Tanpa berpamitan, Wulan sudah berlalu pergi meninggalkan Fakhri seorang diri. Mungkin lebih baik begitu dari pada Fakhri harus menahan amarah karena satu kamar dengan istrinya.“Ibu tidak melihat Wulan, Fakhri? Apa dia sedang tidur?” tanya Bu Rahma.Selang beberapa saat, Fakhri dan Bu Rahma tampak sedang asyik menikmati makan siang. Kali ini Bu Rahma bertanya karena hanya melihat Fakhri yang keluar kamar.“Wulan ditelepon mamanya, Bu. Makanya dia langsung ke sana,” jawab Fakhri bohong.Bu Rahma hanya diam sambil menganggukkan kepala, tapi tatapan mata wanita paruh baya itu terlihat penuh selidik ke arah Fakhri

    Last Updated : 2025-01-23
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 124 Bu Hani Tahu

    “Damar!! Aina, buruan suruh masuk!!” Bu Hani sudah menyahut di belakang Aina.Aina tersenyum datar kemudian membuka lebih lebar pintu dan menyilakan Damar masuk. Mereka sudah duduk di ruang tamu saling berhadapan dan saling membisu.“Ibu buatkan minum dulu, ya!” Kembali suara Bu Hani memecah keheningan mereka.Damar tersenyum sambil menganggukkan kepala sementara Aina hanya menatap datar ibunya. Kembali keheningan terasa usai Bu Hani berlalu.“Kamu dari rumah Tante Rahma?” tanya Damar membuka pembicaraan.Aina tidak menjawab hanya menganggukkan kepala. Damar sudah tahu mengenai jadwal rutin Aina dan Zafran. Pria manis itu tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Apa kamu masih marah padaku, Aina?” Kembali Damar bersuara dan mengajukan pertanyaan.Aina mengernyitkan alis dan menggeleng dengan cepat. Aina tahu pasti Damar sedang membahas sikapnya usai pesta ulang tahun Bu Tika. Aina menghel

    Last Updated : 2025-01-23
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 125 Cerita Aina

    “Tidak, Bu. Tidak seperti itu,” sangkal Aina.Aina tidak tahu jika sedari tadi Bu Hani mendengar percakapannya dengan Damar. Bu Hani tadi hendak mengantar minuman untuk Damar, tapi urung ia lakukan saat mendengar pembicaraan mereka.Aina melirik ke atas meja di samping ibunya. Ada sebuah baki berisi secangkir teh dan kudapan manis. Sepertinya Bu Hani hendak menyuguhkan minuman untuk Damar.“Lalu kalau tidak, kenapa Damar berkata seperti itu, Aina?”Aina tidak menjawab hanya menunduk membuat rambut hitamnya terjuntai menutupi sebagian wajahnya.“Selama ini Ibu berpikir Fakhri yang salah. Fakhri yang menyakitimu, tapi ternyata kamu yang lebih dulu melukai Fakhri. Wajar saja jika dia membalasnya. Teganya kamu, Aina. Teganya kamu membohongi kami semua,” imbuh Bu Hani.Belum ada jawaban keluar dari bibir Aina. Ia masih menunduk bahkan bahunya naik turun sibuk mengolah udara. Bisa dipastikan jika wanita cantik i

    Last Updated : 2025-01-23
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 126 Sengkokol Ibu dan Anak

    “Ehmm … kok Zafran sudah bangun?” ucap Aina.Alih-alih menjawab pertanyaan Zafran, Aina malah balik bertanya. Ia sangat terkejut dengan kehadiran Zafran berserta pertanyaannya. Tidak ia duga jika Zafran mendengar pembicaraannya dengan Bu Hani.Zafran berdecak, wajahnya tampak kesal bahkan sudah memajukan bibirnya beberapa senti. Aina yakin Zafran akan kembali bertanya tentang hal yang sama padanya. Namun, tiba-tiba Bu Hani bangkit dan menghampiri Zafran.“Tadi Nenek bikin kue bolu kesukaan Zafran. Zafran mau, gak?”Zafran sontak tersenyum sambil menunjukkan gigi susunya. Kepalanya mengangguk kemudian menurut begitu saja saat Bu Hani membimbingnya meninggalkan Aina.Helaan napas lega lolos keluar dari bibir Aina. Ia bersyukur Bu Hani bisa mengalihkan perhatian Zafran. Mungkin mulai saat ini, dia harus berhati-hati membicarakan hal ini. Zafran memang harus tahu siapa ayahnya, tapi bukan sekarang.Senin pagi saat

    Last Updated : 2025-01-24
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 127 Pertolongan Ibu

    “Eng … bukan apa-apa, Bu,” jawab Fakhri.Dia sangat terkejut dan belum menyiapkan jawaban saat Bu Rahma bertanya padanya. Salah Fakhri juga menyambungkan ponselnya ke audio mobil sehingga Bu Rahma langsung mendengar percakapannya dengan Wulan tadi.“Apa Wulan marah padamu gara-gara kamu tidak ke kantor?” Kembali Bu Rahma bertanya.Fakhri tidak menjawab hanya fokus menatap lalu lintas di depannya. Bu Rahma berdecak sambil menggelengkan kepala, kemudian tampak mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Fakhri meliriknya sekilas.“Ibu telepon siapa?” Fakhri sontak berseru saat melihat ibunya mulai melakukan panggilan kepada seseorang.Bu Rahma mengulas senyum kemudian menatap Fakhri dengan lembut.“Tentu saja istrimu, Wulan. Ibu tidak mau melihat kamu berselisih lagi dengannya seperti kemarin.”“Gak usah, Bu. Nanti biar aku telepon sendiri saja.” Fakhri sudah memohon bahkan m

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 168 Rahasia Damar

    “Sudah saatnya dia tahu, Aina,” lirih Fakhri.Pria tampan itu berkata sambil menundukkan kepala. Entah apa yang sedang disembunyikan Fakhri. Perasaannya atau raut wajah yang tiba-tiba berubah muram dengan buliran bening di sudut matanya.Tidak ada jawaban dari bibir Aina. Ia masih bergeming di posisinya sambil menatap Fakhri dengan trenyuh. Untung saja posisi rumah Aina berada di bagian paling ujung gang dengan area depannya merupakan tanah kosong sehingga tidak akan ada tetangga yang memperhatikan interaksi mereka sepagi ini.“Aku juga ingin melihat kalian bahagia menjadi satu keluarga. Kamu, Damar dan Zafran.”Fakhri kembali menambahkan kalimatnya dan entah mengapa banyak penekanan intonasi di setiap katanya. Suara Fakhri bahkan seperti tercekat menahan isak.“Bahkan aku bersedia pergi dari hidup Zafran agar anak itu hanya mau melihat Damar sebagai ayahnya.”Sontak Aina tercengang kaget mendengar kalimat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 167 Bukan Aku Ayahnya

    “Kok Zafran ngomong gitu? Bukannya Om Damar juga baik,” ujar Fakhri.Ia tidak mau memprovokasi Zafran. Bagaimanapun Zafran harus tahu siapa sebenarnya Damar. Mereka juga harusnya bersatu sebagai satu keluarga, meskipun awalnya kehadiran Zafran karena sebuah kesalahan. Namun, Fakhri sudah mengikhlaskan semuanya.Tidak ada suara yang keluar dari bibir bocah laki-laki itu. Ia hanya menunduk dengan bahu yang naik turun. Fakhri terdiam memperhatikan. Bisa jadi bocah ini sedang menangis.Perlahan Fakhri mengulurkan tangan menarik dagu Zafran dan tepat dugaannya jika bocah laki-laki itu sedang menangis.“Kenapa nangis? Apa Ayah menyakiti Zafran?”Zafran menggeleng, menyeka air matanya kemudian berhambur memeluk Fakhri. Fakhri hanya diam menangkap rangkulan Zafran dan membalasnya dengan erat.“Zafran hanya mau sama Ayah, bukan Om Damar.”Lagi-lagi kalimat itu terlontar dari bibir Zafran. Fakhri tidak bisa m

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 166 Ocehan Zafran

    “Tante Tika??” seru Aina tertahan.Wanita cantik itu terkejut setengah mati dengan kehadiran Bu Tika apalagi ditambah dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Fakhri melihat kepanikan Aina. Perlahan ia menurunkan Zafran dan memintanya masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kemudian Fakhri berjalan menghampiri Bu Tika.“Selamat malam, Tante,” sapa Fakhri dengan sopannya.Bu Tika tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala sambil menatap sinis ke arah Fakhri. Fakhri menyadari kenapa Bu Tika bersikap seperti itu padanya. Pasti wanita paruh baya itu sudah sibuk berpikir banyak hal di benaknya.“Kalian tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Tante?”Kembali Bu Tika bersuara dan tentu saja sorot matanya semakin tajam menginterogasi Aina serta Fakhri.“Pertanyaan apa, Tante? Tentang sebutan ‘ayah’ untukku tadi?”Fakhri yang menjawab dan dengan nada ringan, sama sekali dia tidak menunj

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 165 Siapa yang Berbohong

    “Apa Damar melarang aku bertemu dengan Zafran juga?” tanya Fakhri.Sontak Aina mengangkat kepala dan tak ayal mata mereka bertemu lagi. Hembusan napas kasar keluar dari bibir Aina dibarengi gelengan kepalanya.“Enggak. Aku rasa kamu tahu jika Damar malah yang mengantar Zafran menemuimu tempo hari,” jawab Aina.Fakhri tersenyum menautkan kedua tangannya sambil menatap Aina dengan teduh.“Jadi boleh aku mengantarmu pulang, eh maksudku bertemu dengan Zafran?”Kembali Aina diam sesaat. Ia sedikit ragu, tapi dia sudah bertekad untuk mengubah sikapnya pada Fakhri. Bukankah berteman lebih baik dari pada terus menyulut kebencian.“Iya, baiklah.” Aina berkata sambil menganggukkan kepala. Seketika senyum manis terkembang di bibir Fakhri.Tak lama mereka sudah berada di dalam mobil. Aina duduk di sebelah Fakhri dan tampak sedang melamun memperhatikan kemacetan lalu lintas petang ini. Sesekali Fakhr

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 164 Curi Kesempatan

    “Apa Anda sudah siap?” tanya Dokter tersebut.Damar terdiam sejenak, menatap dirinya kemudian mengangguk dengan mantap. Dokter tampan yang tak lain Rendy, teman sekaligus dokter yang pernah diminta tolong Fakhri itu tersenyum membalas gestur tubuh Damar.“Namun, harus Anda ketahui. Kalau kita akan melakukan operasi beberapa kali. Mungkin dua sampai tiga kali.”Damar mengangguk dengan mantap dan tidak terlihat sama sekali keraguan di wajahnya. Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk. Damar tidak akan mundur lagi. Ia harus meneruskan operasi ini.Apalagi setahun ke depan, dia akan menikah dengan Aina. Damar tidak mau membuat Aina curiga dengan keadaannya. Aina pasti sangat shock jika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Damar tidak mau kehilangan Aina lagi. Banyak yang telah ia korbankan untuk mendapatkan hati Aina dan kali ini dia tidak mau gagal.“Kalau begitu, silakan Anda bersiap. Kita akan operasi besok pa

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 163 Sebuah Rahasia

    “Jadi kamu berpikir Damar selingkuh dengan Wulan, begitu?” tanya Robby.Usai mandi dan mengakhiri pembicaraannya dengan Wulan. Fakhri keluar dari rumah dan mendatangi apartemen Robby. Robby tampak terkejut, tapi sudah memintanya masuk hingga akhirnya mereka duduk berdua di ruang tamu sibuk dengan percakapan ini.Fakhri tidak menjawab hanya menganggukkan kepala.“Aku melihat di rekaman CCTV kamar Wulan yang baru aku pasang, Rob. Sepertinya aku harus lebih sabar kali ini.”Robby menghela napas panjang sambil mengangguk.“Iya. Jangan sampai Wulan tahu kalau kamu sudah memasang CCTV dan mempersiapkan jebakan untuknya. Lagipula bukan Damar, pria yang sering diajak Wulan ke rumah.”Fakhri tidak menjawab hanya menunduk sambil sibuk mengaduk kopinya.“Lalu soal dugaan penggelapan yang dilakukan Wulan, kamu sudah mendapat buktinya?”Fakhri mendongak dan menatap Robby. Ia seakan baru ingat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 162 Mantan yang Berubah

    “Apa yang dilakukan Damar di kamar Wulan? Apa dia pria yang selama ini datang ke rumah?” gumam Fakhri.Fakhri tampak masih shock usai melihat rekaman CCTV kamar Wulan di ponselnya. Ia ingin memastikan apa lagi yang dikerjakan Damar di sana. Namun, tiba-tiba rekaman itu terhenti dan tak lama ponsel Fakhri mati.Fakhri tercengang kaget dan baru sadar jika dia lupa untuk mengisi daya ponselnya.“Sial!! Kenapa juga di saat penting seperti ini?” gerutu Fakhri.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk mencari charger ponselnya. Fakhri tergesa berjalan keluar kabin apartemen menuju parkiran mobilnya. Siapa tahu charger-nya tertinggal di sana.“Akh … sial. Kok gak ada. Jangan-jangan ketinggalan di rumah.”Fakhri terdiam sesaat dan mencoba mengingat. Sepertinya charger-nya memang tertinggal di kamar tempat dia tidur semalam. Gara-gara ulah Wulan tadi siang kemudian kedatangan dua petugas pemasang CCTV, membuat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 161 Perlahan Terkuak

    “Eng … bukan siapa-siapa, hanya salah orang,” jawab Fakhri.Dia sangat terkejut saat Wulan tiba-tiba berjalan mendekat menghampirinya. Sementara dua orang di depan Fakhri ini tampak bingung. Wulan berhenti dan urung mendekat ke Fakhri. Malah ia sudah membalikkan badan dan menganggukkan kepala berjalan masuk ke dalam rumah.Fakhri memastikan Wulan sudah menjauh kemudian menatap dua pria di depannya.“Kalian terlambat datang. Lebih baik besok saja ke sini lagi atau tunggu aku menghubungi.”Fakhri bersuara dengan lirih seakan takut pembicaraannya terdengar. Dua pria itu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, baik, Pak. Kami akan menunggu telepon Bapak saja,” putus salah satu pria itu.Fakhri tersenyum menganggukkan kepala, kemudian tak lama dua pria itu sudah berlalu pergi. Fakhri menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Untung saja dua pria itu datang setelah Aina dan Damar pulang. Kalau tidak, Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 160 Mencoba Mencari Celah

    “Tante Tika sudah menghubungiku tempo hari dan ternyata kalian langsung ke sini,” ucap Wulan.Terdengar tawa renyah wanita cantik itu bergema di ruang tamu. Damar tersenyum menanggapinya sementara Aina hanya diam. Sepertinya hanya Aina yang tidak suka suasana di ruangan ini.Hari ini Damar memang sengaja mengajak Aina bertemu untuk melihat beberapa keperluan menikah mereka. Memang pada akhirnya Damar menyetujui keinginan Aina menunda pernikahannya hingga setahun ke depan. Namun, sebagai balasannya Aina terpaksa menuruti keinginan keluarga Damar, termasuk harus bertemu Wulan hari ini.“Iya, Mama sudah melihat gaun pernikahanmu dengan Fakhri dan sepertinya beliau juga ingin Aina memakainya,” kata Damar.Wulan tersenyum sambil melirik sinis ke arah Aina. Aina terdiam dan pura-pura tidak memperhatikannya. Kalau tahu harus bertemu Wulan hari ini, tentunya Aina tidak akan memenuhi permintaan Damar.“Ya tentu saja. Gaunku dibuat oleh desainer ternama di n

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status