Share

33. Nyonya Renata

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-15 19:47:35

Aku hanya bisa menyaksikan kebisuan yang terjadi di ruang makan dari balik pilar, secara diam-diam. Om Leon asik dengan makanannya, sedangkan Bu Renata hanya mengaduk-ngaduk nasi di dalam piringnya. Tatapannya tak bersemangat dan sering kali menarik napas kesal.

Gara-gara aku, Om Leon dan calon istrinya bertengkar. Aku merasa sangat bersyukur diperlakukan baik dan dibela tanpa malu di depan Bu Renata, tetapi aku sebagai wanita ikut merasakan betapa sedih dan kecewanya wanita itu. Betapa malu dan sakit hatinya Bu Renata.

"Besok saya balik naik kereta jam empat sore, Mas," kata Bu Renata. Aku masih setia menguping pembicaraan mereka sambil ngemil dodol duren.

"Oke, saya antar kamu habis Zuhur. Saya besok ke restoran yang di Palmerah. Jam satu saya udah di sini," jawab Om Leon santai.

"Tidak usah, saya balik naik taksi online saja. Ke sini juga naik taksi online," jawab Bu Renata menolak.

"Yakin?" Om Leon menatap wanita sekali lagi dan Bu Renata mengangguk pelan.

"Ya sudah kalau begitu,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
hahahaha.. ada² sja Hanun..
goodnovel comment avatar
senja
tuuuut wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    34. Rencana Licik Xabiru

    Penulis"Hanun gak ada hubungi kamu?" tanya Bu Wati pada putranya. Biru menggelengkan kepala dengan mata yang masih fokus pada gadget-nya. "Gak perlu juga dia telepon saya, Bu. Dia yang mau pergi dari rumah. Ya, itu terserah dia saja," jawab Biru santai."Kalau gitu, kamu bisa mulai seriusin sama Alani. Uang makan kita sudah mau habis karena sewa rumah. Sewa rumah yang lengkap dengan perabotan ini cukup mahal. Memang sih lebih praktis, tetapi tetap saja menguras kantong kamu. Hari ini saja kita jadi harus makan telur lagi. Padahal baru seminggu merasakan makan ayam dan daging." Bu Wati bersungut di ujung kaki Biru. Wanita itu duduk bersandar di dinding dengan wajah lesu. "Saya mau mau kirim pesan duluan, Bu. Namanya dia orang kaya," kata Biru jujur. "Ya, kirim aja, sey helo tanya kabar." Biru menggeleng pelan."Kalau kamu lama bergerak, bisa-bisa kita kudu puasa selama setahun sampai kamu dapat duit! Ya, gak bisa, Ru! Udah, cepat WA Alani itu. Biar dia_"Kring! Kring!Ponsel Biru b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    35. Pertemuan Mendebarkan

    Biru tidak menceritakan tentang pertemuan yang nanti akan ia langsungkan di kamar hotel bersama Alani. Berdasarkan pengalaman yang pernah ia dengar dari temannya, bahwa banyak para wanita entah janda kaya, single tua belum menikah, atau istri pengusaha yang kesepian yang butuh kehangatan pria muda yang perkasa. Sebuah pesan yang membuat Xabiru kini berada di sebuah toko obat herbal. Ia membeli obat kuat sebagai persiapan pertarungan dengan Alani. "Dari mana kamu lama banget?" tanya Bu Wati pada putranya, saat pria itu memasukkan motornya ke dalam rumah."Tukang cukur pada antre, Bu." Biru membuka topinya."Bagus gak, Bu?" tanya Biru pada ibunya dan Bu Wati langsung terpana melihat potongan rambut putranya yang membuat pangling. "Ya ampun, ganteng banget anak gue! Begini kan cakep. Ibu yakin, Alani pasti jatuh cinta sama kamu dan mau melakukan apa saja untuk kamu. Semangat ya!" Bu Wati menepuk pundak Biru dengan begitu bangganya. "Aamiin. Ayo, Bu, kita harus buru-buru tidur biar be

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    36. Ada 2 Pasangan

    Hanun membukakan pagar ketika mobil Leon mengeluarkan suara klakson. Mobil pun masuk perlahan. Leon menurunkan kaca mobil, lalu tersenyum pada Hanun yang masih berdiri di pagar. Setelah mobil benar-benar masuk pekarangan, barulah wanita itu menutup pintu pagar, lalu menggemboknya. "Buatkan saya kopi susu dingin ya, Hanun," pinta Leon. "Siap, Om." Hanun mengangguk dan berjalan masuk lewat samping. Hanun sedikit terheran karena wajah Leon masam. Tidak seperti biasanya. Pria itu baru balik dari mengantar Renata ke terminal, tetapi balik ke rumah, bukan ke restoran."Hanun, wajah bapak masam ya? Tadi saya papasan. Saya tegur bapak, tapi beliau diam saja," bisik bibik pada Hanun yang sedang merebus air untuk membuat kopi. "Iya, Bik, mungkin lagi banyak urusan. Sama saya pun gitu, senyum dikit aja, langsung masuk setelah minta dibuatkan kopi susu dingin," jawab Hanun. Bibik mengangguk paham."Oh, gitu, mungkin habis bertengkar dengan calon istrinya ya. Calon istri, tetapi rasa ibu tiri.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    37. Ada Apa Ya?

    Seminggu berlalu, hubungan Leon dan Hanun semakin baik. Dalam artian, Hanun sudah mulai bisa menerima permintaan Leon tentang hubungan mereka. Hanya saja, Hanun menunggu sampai tiga bulan ke depan, sampai masa iddah habis. Meski sudah kurang lebih enam bulan ia tidak mendapatkan nafkah lahir dari Biru dan juga empat bulan nafkah batin. Untuk status talak secara jelas, ia belum mendengar langsung. Untuk itu Hanun meminta Leon bersabar sampai tiga bulan lamanya. Selama seminggu pula Leon bisa bekerja sama dengan baik dan sedikit menjaga jarak dengan Hanun, agar bibik dan mamanya tidak tahu keputusannya untuk memelih memtuskan perjodohan dengan Renata, lalu memilih Hanun. Kring! Kring! Leon melihat nama mamanya muncul di layar ponsel. Sudah sembilan hari sejak mamanya pergi ke Singapura, mamanya tidak ada kabar sama sekali. “Halo, Ma.” “Halo, Sayang, kamu apa kabar?” “Sehat, Mama apa kabar? Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    38. Kejutan yang Mengerikan

    Jam di dinding semakin bergeser ke kiri, tetapi Bu Marissa belum juga sampai, sedangkan di rumah Leon, tiga bersaudara sudah berkumpul. Dua adik perempan Leon, satu keponakannya yang masih menyusui, dan juga Hanun. Hanun tidak berani keluar dari dapur. Ia memutuskan tetap di dapur saja karena tidak mau menganggu acara keluarga Leon. Bisa saja ada hal penting yang mau disampaikan, sehingga ia tidak mau dianggap lancang. Harap-harap cemas pun sangta terlihat jelas di wajah tiga bersaudara itu. Leon bergerak gelisah; bolak-balik melihat ke jendela menanti kedatangan mamanya. “An, coba telepon mama. Udah malam kenapa belum sampai juga?” pinta Leon pada adik bungsunya yang tengah duduk di bawah bermain bersama balita sepuluh bulannya. “gak bakalan diangkat, Mas. Mama’kan lagi nyetir,” kata Angel. Leon mendesah sebal. Ia merasa lebih deg-degan kali ini. Bukan hanya dirinya, tetapi dua adiknya juga merasakan keanehan yang sama.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    39. Papa Baru

    “Halo, salam kenal, Mas Biru.” Biru tercengang mendengar nama panggilan aslinya dipanggil oleh anak dari istri mudanya. “Panggilannya Xabir, Nak, bukan Biru,” kata Bu Marissa mengingatkan Leon. Wanita itu tersenyum amat manis pada Xabir, sembari mengusap paha pria itu. “Oh, maaf, saya kirain panggilannya Biru. Jadi, kami ini manggilnya apa, Ma? Om atau apa?” tanya Leon mencoba mengatur sesak di dada karena menahan emosi. “Panggil Xabir aja gak papa. Di kesatuan juga pada panggil Xabir atau panggil ‘Mas’ juga boleh,” kata Biru memperlihatkan senyum bijaknya. Leon merasakan mual pada perutnya dan ingin sekali segera ia muntahkan. Pantaslah pria seperti Biru dibuang ke jurang, dari pada membuat celaka para wanita lugu, termasuk mamanya. Tunggu saja nanti pembalasanku, Biru. Batin Leon dengan rahang mengeras. Kesatuan katanya? Rokok aja masih minta Hanun! Sementara itu, Hanun hanya bisa mengintip semua dari ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    40. Kantor Polisi

    Leon melambai pada Adis yang lebih dahulu pulang, sedangkan Angel memutuskan menginap di rumah kakaknya karena suaminya sedang tidak pulang malam ini. Putri kecilnya juga sudah tidur, sehingga Leon meminta Angel untuk tidur di rumahnya.Pria itu memutar anak kunci dua kali sebelum ia mematikan lampu ruang tamu. "Mas," panggil Angel dari depan kamarnya. "Ya, kenapa, Dek?""Pinjem charger, aku kelupaan bawa. Kirain gak nginep," kata Angel dengan mimik muka memohon. "HP kamu bukannya kayak buku, tutup buka?" tanya Leon sembari melangkah ke kamarnya. Angel mengikuti Leon dari belakang."Yang itu dipakai Mas Moko. Aku dibelikan yang kayak Mas Leon." Leon tersenyum tipis."Moko baik-baik aja kan? Gak nakal?" tanya Leon sambil menyeringai. Angel ikut melebarkan senyuman juga."Kalau dia berani macam-macam, sudah pasti aku kembalikan dia menjadi kaum duafa." Leon tertawa sambil menggelengkan kepala. Jika dipikir-pikir, ia, Angel, dan mamanya saat ini, selalu terpikat lawan jenis dari kalan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    41. Hawa Panas di Dalam Mobil (21+)

    "Leon, apa-apaan kamu?! Kamu gak boleh gitu sama Xabir. Xabir ini suami Mama dan kamu serta adik-adik kamu harusnya hormat!" Bu Marissa pun murka. Matanya mendelik, berkilat tajam menandakan kemarahan yang amat besar. Leon hanya tertawa saja, tanpa memedulikan kemarahan mamanya."Bukannya dia polisi. Pasti ada yang bisa dia lakukan di sini. Bukankah mereka masih satu kesatuan? Mungkin dengan menunjukkan kartu anggota." Wajah Biru kini memucat. "Sayang, sudah! Ucapan Leon benar. Biar kamu dulu yang pulang ya. Istirahat saja. Saya menyusul ya. Kamu lama-lama di sini nanti malah bisa sakit. Aku gak papa." Biru mengusap pipi Bu Marissa dengan begitu pelan dan hati-hati. "Aku gak mau, Mas. Aku mau kamu juga pulang sama aku." Bu Marissa merengek. Pemandangan yang bikin anak-anaknya jengah. Biru menggenggam tangan sang Istri, lalu mengecupnya pelan."Sebagai abdi negara yang sudah bikin khilaf, sudah pasti aku harus tanggung jawab. Aku kan yang memulai semuanya. Kamu pulang ya, besok juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23

Bab terbaru

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    72. Ular dalam Rumah (Spesial Part)

    "Bagaimana mama?" tanya Leon pada Angel."Masih mengunci diri di kamar, Mas." Angel menaruh segelas air putih di atas meja untuk Leon. "Untuk apa menangisi bajingan." Leon tertawa pendek. Angel hanya bisa mengangkat bahunya. "Apa kita gak terlalu keras pada mama? Mama bisa sakit loh, Mas.""Kita bis jatuh miskin kalau Xabir dibiarkan lama menjadi benalu." Angel yang tadinya duduk di depan Leon, kini berpindah duduk menjadi di samping kakaknya itu."Lalu bagaimana, Xabir? Bisa-bisa dia mati dipatok ular, Mas," tanya Angel sambil berbisik."Bisa banget. Itu yang Mas harapkan. Biar dia kapok!""Lalu ibu dan sodaranya itu?""Ada di hutan. Entah sudah mati atau belum. Mereka manusia-manusia benalu yang kalau hidup lama itu, bakalan nyusahin orang. Lagian, jika mereka berani muncul, maka polisi sudah siap menangkap mereka.""Mama mungkin akan susah menerima takdir ini, tapi nanti juga mama bisa paham apa yang aku lakukan ini juga demi mama. Lagian mama udah tua, udah harusnya hidup tenang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    71. Kenyataan yang Harus Diterima

    "Mama, apa yang terjadi pada Mama? Kenapa Mama sendirian di villa? Mana Biru dan keluarganya?" Bu Marissa yang baru saja membuka matanya, langsung merasa kepalanya bertambah sakit setelah Angel mencecarnya."Apa, Xabir? Ini di mana?" tanya Bu Marissa sambil memperhatikan keadaan sekelilingnya."Mama di rumah sakit. Ini sudah malam. Mama baru sadar setelah Mama tidur sejak pagi. Ada apa, Ma?" Bu Marissa semakin mengerutkan keningnya. "Gak mungkin, Mama ada di villa bersama Xabir dan juga keluarganya.""Ma, Xabir gak ada di villa saat Mas Leon sampai di sana. Keluarganya juga. Ponsel Mama pun tidak ada keduanya. Mama diperdaya lelah bajingan itu!" Bu Marissa terdiam. Matanya tiba-tiba berair."Gak mungkin, Xabir mencintai Mama. Mau apa dia bikin Mama kayak gini. Semua udah Mama kasih sama dia." Bu Marissa menangis. Pintu kamar perawatan VVIP terbuka. Leon masuk dengan wajah murung. "Leon, Angel barusan cerita omong kosong!" Leon tersenyum miring. Ia mengeluarkan amplop coklat dari da

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    70. Menyusul ke Bogor

    Malam ini Leon bisa tidur dengan nyenyak. Semua bukti sudah ia kumpulkan, setelah lewat Hanun, ia mendapatkan banyak foto dan juga data diri dari Xabiru. Termasuk data dari pabrik, tempat Biru kerja hampir tujuh tahun. Foto Bu Wati pun ada. Semua ia print dan masukkan ke dalam amplop coklat. Semua data sudah lengkap dan tidak perlu ada yang ia ragukan. Biru akan mendekam dalam penjara bersama ibu dan sepupunya.Keesokan harinya, Leon yang baru saja keluar dari kamar mandi, mendengar notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Pria itu setengah berlari untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan.MamaLeon, Mama sedang bersama Xabir, lagi liburan sebentar. Mungkin dua sampai tiga hari. Kamu gak usah cari mama ya, mama baik-baik aja.Syukurlah mama baik-baik aja. Ada yang mau Leon beritahu tentang Xabir. Mama harus pulang secepatnya ya.SendMamaAda apa? Kamu mau fitnah Biru seperti apa lagi? Sudah ya. Jangan sirik dengan kebahagiaan yang saat ini sedang mama nikmatiLeon langsung menekan pan

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    69. Foto dari Media Sosial

    Leon menghubungi dua adiknya untuk menanyakan keberadaaan bu Marissa, tetapi keduannya tidak ada yang tahu. Keon mencoba menghubungi rekan bisnis mamanya yang lain untuk mengecek janji temu, tetapi ia tidak mendapatkan ada jadwal meeting dengan rekan bisnis untuk tiga hari ke depan. Hal ini ia ketahui dari sang Sekretaris. Disaat Leon sibuk mencari mamanya, disaat itu pula Xabir sedang menikmati waktu berdua dengan istrinya. Ya, mereka sedang berada di sebuah villa yang ada di Bogor, setelah kemarin keduanya pergi ke bank untuk memindahkan sejumlah uang. “Anak-anak mungkin perlu diberitahu agar mereka tidak khawatir,” kata Xabir pada istrinya. Bu Marissa menggelengkan kepala dengan pelan. Ia kehabisan tenaga menghadapi kegagahan Xabir yang sepertinya begitu perkasa lebih dari biasanya. “Nanti saja, Sayang. Nanti aku akan kirim pesan.” Bu Marissa menyentuh punggung suaminya. “Memangnya kenapa tidak diberitahu saja sejak awal?”

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    68. Satu Per Satu Masalah Selesai

    "Benar-benar memalukan! Jauh-jauh ke sini hanya untuk dibikin malu sama si Leon itu. Jumawa sekali dia menolak putri keraton!" "Sudahlah, Bu, mungkin belum jodoh." Renata menjawab dengan malas. Tatapannya kini fokus pada jalan di depannya. Hujan cukup deras mengantarnya pagi ini menuju bandara. Keputusan Leon sudah bulat dan lelaki itu menolak bertanggung jawab. "Lalu, siapa yang akan bertanggung jawab atas kehamilan kamu? Masa mau cari lelaki lain?""Saya mengasingkan diri saja sampai bayi ini lahir." "Kamu bicara dengan mudah, Rena. Kamu gak pernah pikirkan dampak perbuatan nekat yang kamu lakukan!" "Bu, sudah, sudah! Nanti biar kita pikirkan jalan keluarnya." Pak Cokro menengahi perdebatan ibu dan anak itu. Rena juga tidak mau ambil pusing karena mau dipaksa seperti apapun tetap saja Leon tidak akan mau bertanggung jawab."Jadi, Leon itu sukanya pembantu?" tanya Pak Cokro yang mendadak kepo. Rena mengangguk."Jika nama yang Rena dengar tadi adalah Hanun, maka gak salah lagi ka

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    67. Pertemuan Dua Keluarga

    "Sayang, kamu cemburu sama pembantu? Ya ampun, udah jelas lebih unggul kamu dari wanita mana pun," elak Biru dengan cepat. Lelaki itu tidak mau istrinya sampai curiga. "Lalu, kamu tahu dari mana kalau Hanun masih punya suami?""Aku asal nebak, Sayang. Hanun dari kampung'kan? Orang kampung itu rata-rata menikah muda. Umur enam belas tahun sampai sembilan udah dinikahin sama orang tuanya. Jadi mungkin aku ....""Tidak perlu bahas Hanun. Udahlah, aku mau ke dapur dulu." Bu Marissa pergi ke dapur, meninggalkan Biru yang masih dalam keadaan cemas. Ia khawatir Bu Marissa curiga atau malah mencari informasi atas dirinya.Sore hari, Biru melihat sang Istri sudah berdandan dengan begitu rapi, sedangkan ia tidak dapat informasi apapun dari wanita itu."Kamu mau ke mana udah sore, Sayang?" tanya Biru."Mau ke rumah Leon. Ada urusan." Bu Marissa mengoleskan lipstik di bibirnya. "Aku boleh ikut?""Kata Leon ini pribadi. Maaf, Sayang, kali ini aku jalan sendiri ya. Kamu di rumah saja. Aku gak lam

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    66. Naksir Hanun?

    "Jadi menurut kamu, saya cukup tanggung jawab saja?""Betul, kalau pun tidak mau tanggung jawab sebenarnya gak papa. Orang Pak Leon dijebak. Dia dan keluarganya mengakui. Jelas bayinya nasab ke ibunya. Beda kalau dilakukan atas dasar suka sama suka dan Pak Leon dalam keadaan sadar. Ini Bapak beneran gak inget apapun?" Leon mengangguk."Saya ingat betul waktu ke rumahnya, memang gak ada siapa-siapa. Saya disuguhi minum, terus saya juga lupa lagi ngapain. Besok paginya kebangun udah di kamar. Saya pikir malah karena terlalu lelah, makanya ketiduran." Hanun mendengarkan dengan seksama."Ya, jika mereka ingin lapor polisi, saya rasa mereka tidak akan kuat untuk menjebloskan Pak Leon ke penjara atau mungkin menuntut. Malah mereka mungkin akan malu." Sepanjang hari, Leon cukup terganggu dengan kehadiran Renata dan juga kedua orang tuanya. Belum lagi saran dari Hanun yang sangat masuk akal. Pria dewasa itu tidak ingin salah langkah, sehingga ia memutuskan untuk bicara dengan salah satu peng

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    65. Keputusan Leon

    "Saya tidak merasa melakukan hal bodoh seperti itu pada Rena. Bagaimana kalau itu bukan anak saya?" Leon menatap Renata dengan wajah dingin. Ia tahu saat ini Hanun tengah menguping pembicaraannya dari balik pilar. "Kamu paham maksud Nak Leon, tapi kami sebagai orang tua ingin Nak Leon bertanggung jawab sampai bayi ini bisa untuk tes DNA." Leon menatap mamanya."Jeng Rissa kan pengusaha, pasti tidak enak kalau sampai hal ini terdengar oleh relasi bisnis yang lain. Apalagi anak lelaki satu-satunya." Bu Marissa ingin menjawab, tetapi bibirnya kelu. "Tapi anak saya dijebak. Ini sama artinya yang menginginkan hal ini terjadi adalah Renata. Saya hampir tidak percaya, putri keturunan keraton bisa melakukan hal memalukan seperti ini. Bagaimana jika para leluhur kalian tahu semua ini? Jelas saya membela putra saya." Bu Marissa membuka suara."Karena kami ada foto dan bukti. Kami ingin selesaikan ini secara kekeluargaan saja Jeng Rissa. Kami gak mau berurusan dengan polisi. Leon harus bertang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    64. Tamu tak Diundang

    Tok! Tok!"Pak, ada tamu!" Seru bibik dari depan pintu yang dikunci Leon. Kedua pasangan yang sedang melakukan foreplay itu pun tersentak kaget. Bahkan Hanun tersadar terhadap apa yang sudah ia lakukan. Wanita itu mendorong Leon dan langsung memakai pakaiannya yang berserakan di lantai. Hanun bersembunyi di balik meja kerja majikannya, sedangkan Leon ikut memakai kembali pakaiannya. "Siapa?" tanya Leon datar. Seolah tidak terjadi apa-apa selama dua puluh menit "A-ada tamu, Pak. Bapak lihat sendiri saja, katanya jangan bilang Bapak." Leon mengerutkan keningnya."Suruh Hanun buatkan teh, yang punya saya tawar saja," kata pria itu memerintah. "Oh, Hanun saya gak tahu ke mana, Pak. Soalnya tadi bilang mau bangunin Bapak.""Hanun saya suruh beli nasi uduk. Tiba-tiba saya pengen nasi uduk yang depan komplek.""Oh, gitu, baik, Pak. Gak papa, biar saya aja yang buat. Permisi, Pak." Begitu bibik berjalan ke dapur, Hanun pun langsung keluar dari kamar Leon. "Bilang sedang tidak jualan ya."

DMCA.com Protection Status