Share

40. Kantor Polisi

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-23 14:40:22

Leon melambai pada Adis yang lebih dahulu pulang, sedangkan Angel memutuskan menginap di rumah kakaknya karena suaminya sedang tidak pulang malam ini. Putri kecilnya juga sudah tidur, sehingga Leon meminta Angel untuk tidur di rumahnya.

Pria itu memutar anak kunci dua kali sebelum ia mematikan lampu ruang tamu.

"Mas," panggil Angel dari depan kamarnya.

"Ya, kenapa, Dek?"

"Pinjem charger, aku kelupaan bawa. Kirain gak nginep," kata Angel dengan mimik muka memohon.

"HP kamu bukannya kayak buku, tutup buka?" tanya Leon sembari melangkah ke kamarnya. Angel mengikuti Leon dari belakang.

"Yang itu dipakai Mas Moko. Aku dibelikan yang kayak Mas Leon." Leon tersenyum tipis.

"Moko baik-baik aja kan? Gak nakal?" tanya Leon sambil menyeringai. Angel ikut melebarkan senyuman juga.

"Kalau dia berani macam-macam, sudah pasti aku kembalikan dia menjadi kaum duafa." Leon tertawa sambil menggelengkan kepala. Jika dipikir-pikir, ia, Angel, dan mamanya saat ini, selalu terpikat lawan jenis dari kalan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
katanya aparat TNI knp nunduk sedalam itu biar dia keluar sendiri klo memang seorang abdi negara
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
bener bgt thor
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
itulah kalau udah makan cinta, otaknya suka mandek beib wkwkwkek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    41. Hawa Panas di Dalam Mobil (21+)

    "Leon, apa-apaan kamu?! Kamu gak boleh gitu sama Xabir. Xabir ini suami Mama dan kamu serta adik-adik kamu harusnya hormat!" Bu Marissa pun murka. Matanya mendelik, berkilat tajam menandakan kemarahan yang amat besar. Leon hanya tertawa saja, tanpa memedulikan kemarahan mamanya."Bukannya dia polisi. Pasti ada yang bisa dia lakukan di sini. Bukankah mereka masih satu kesatuan? Mungkin dengan menunjukkan kartu anggota." Wajah Biru kini memucat. "Sayang, sudah! Ucapan Leon benar. Biar kamu dulu yang pulang ya. Istirahat saja. Saya menyusul ya. Kamu lama-lama di sini nanti malah bisa sakit. Aku gak papa." Biru mengusap pipi Bu Marissa dengan begitu pelan dan hati-hati. "Aku gak mau, Mas. Aku mau kamu juga pulang sama aku." Bu Marissa merengek. Pemandangan yang bikin anak-anaknya jengah. Biru menggenggam tangan sang Istri, lalu mengecupnya pelan."Sebagai abdi negara yang sudah bikin khilaf, sudah pasti aku harus tanggung jawab. Aku kan yang memulai semuanya. Kamu pulang ya, besok juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    42. Mungkin Biru yang Lain

    Esok hari, seperti biasa Hanun bangun pagi-pagi sekali untuk memasak sarapan. Ia juga membuatkan bubur bayi untuk usia sepuluh bulan. Ada kaldu daging, rebusan brokoli, dan juga juga wortel. Hanun melakukannya dengan penuh suka cita karena memang ia ingin sekali punya anak.Jika Hanun sibuk di dapur, maka bibik sedang mencuci di ruang cuci."Hanun kamu bikin apa?" tanya Angel yang tiba-tiba sudah muncul dari dapur."Oh, Mbak Angel udah bangun. Ini, saya masak ayam goreng dan capcay sayur untuk sarapan. Buat si Kecil saya buatkan bubur nasi. Saya harap rasanya cocok buat si Kecil, Mbak." Angel tersenyum senang melihat makanan yang sudah disiapkan Hanun untuk putrinya."Padahal saya bawa bubur instan, tapi pasti lebih sehat ini. Saya suapi ini saja.""Biar saya yang suapi, Mbak. Mbak dan Pak Leon sarapan saja. Sini, biar saya gendong si Cantik Hana. Ya ampun, gemes banget." Hanun gemas sendiri dengan bayi gemoy montok yang kini sudah berpindah dalam gendongan Hanun."Makasih, Hanun. Bia

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    43. Rencana Lain Xabiru

    "Kamu yakin gak kenal Leon?" tanya Bu Wati pada putranya. Mereka bertiga masuk ke kamar setelah Leon dan adiknya masuk ke kamar Bu Marissa. Ketiganya berkumpul di kamar Bu Wati yang sangat mewah menurut mereka bertiga. "Nggak, Bu. Atasan Hanun perempuan, jadi gak mungkin. Eh, t-tapi waktu itu_" Biru mencoba mengingat-ingat lagi peristiwa saat Hanun pernah hampir dibawa ke kantor polisi, tetapi tidak jadi. Lelaki itu tidak benar-benar mengingatnya karena peristiwa itu sudah lama dan ia pun tidak tahu nama bos Hanun."Mungkin hanya kebetulan saja Mas. Tapi kalau pun benar, kebohongan kita semua pasti akan terungkap. Kita bisa masuk penjara gak,sih?" sela Sasa hingga membuat ibu dan anak itu saling pandang. "Gak akan, aku akan buat Bu Marissa cinta mati dan memaafkan semua kesalahan kita. Aku akan buat wanita itu menyerahkan semua hartanya, termasuk rumahnya. Aku sepertinya tahu satu hal." Biru merogoh saku celana dan untuk memastikan isi dompet. "Aku keluar dulu, Bu." Biru bergegas k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    44. Orang Kaya Baru

    Xabir sudah hampir sampai di rumahnya, tetapi karena melihat mobil Leon masih ada, pria itu urung untuk pulang. Ia malas bertemu dengan anak-anak istrinya. Xabir nongkrong di sebuah kafe yang letaknya tidak begitu jauh dari perumahan. Kehidupannya benar-benar naik tiga ratus enam puluh derajat setelah mengenal Marissa.Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. BaronBiru, utang lu bayar! Ini udah dua bulan jatuh tempo.Minta nomor rekening, biar gue transfer. Utang dua ratus ribu aja, lu ribut banget.SendBaronOke, 7356xxxxxBiru langsung mentransfer uang dua ratus lima puluh ribu. Ia sengaja melebihkan lima puluh ribu untuk Baron dengan maksud jumawa.Udah ya, gue lebihin gocap buat lu beliin bedak bini lu!SendSenyumnya terbit saat melihat saldo yang tersisa ada lima puluh juta dan ia mengecek dompet baru miliknya yang terisi dengan jejeran uang merah tidak terhitung. Aroma orang kaya baru begitu pekat ia rasakan pada hidungnya setelah ia membuka dompet, serta ponsel butut ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    45. Kissing

    Leon memutar setir mobil, bukan lagi ke arah supermarket, melainkan ke arah taman permainan. Entah dari mana idenya tiba-tiba muncul. Otaknya penat dan ia yakin sekali, Hanun pun sama. Ia membawa Hanun pergi ke taman permainan yang sangat dikenal se-Asia tenggara. Tentu saja Hanun terheran-heran karena ia yang sempat pulas di dalam mobil, terbangun dan pemandangan di luar sana sudah laut. "Kita di mana, Om? Beli perabotannya jadi?" tanya Hanun sambil menggosok matanya. Ia memastikan tidak salah lihat, tetapi ia merasa pandangannya juga tidak salah."Om, kenapa tiba-tiba ada di depan laut? Ini kita ke mana?" tanya Hanun lagi. "Kita mau main, Nun, gak jadi belanja. Ayo, turun! Kita main air pantai dulu sebelum ke Dufan." Hanun tercengang begitu mendengar kata Dufan."Om, berarti ini Ancol? Ini kita di Ancol dan mau main ke Dufan? Beneran, Om?!" Hanun memekik dengan begitu tidak percaya. Wanita itu bahkan lebih dulu keluar dari mobil karena terlalu senang, sekaligus untuk memastikan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    46. Gak Mau Rugi

    "Kalian mau ke mana? Ibu boleh ikut gak? Ibu bosen di rumah terus. Rumah sakit, rumah, rumah sakit lagi, terus aja begitu sampe Ibu rasanya capek banget," ujar Bu Wati dengan wajah sedihnya. Biru dan Bu Marissa yang baru saja mau keluar rumah, terpaksa menahan kaki mereka, lalu berbalik untuk melihat ke arah Bu Wati."Kami mau pergi sebentar aja, Bu. Refreshing karena beberapa hari lagi, saya ada kerjaan urus restoran Marissa. Ibu di rumah saja," jawab Biru dengan suara lemah-lembut. Bu Wati kembali bermain peran. Kali ini air mata ikut ambil andil di dalamnya."Waktu di Papua, Ibu selalu ikut ke mana kamu pergi. Sekarang, setelah kamu menikah, Ibu malah gak pernah_""Bu, kalau Ibu mau ikut, gak papa. Ikut saja," sela Bu Marissa yang tidak tega melihat ibu mertuanya menangis. "Sasa, tolong ibu bantu ganti baju ya. Jangan terlalu lama biar gak kesiangan." "Baik, Teh." Sasa bersorak hore dalam hati. Akhirnya ia bisa jalan-jalan dengan orang kaya dengan naik mobil bagus plus mahal pula

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    47. Biru dan Ibunya yang Ketakutan

    "Hanun, apa yang kamu lakukan di sini?" Biru jelas terkejut dan tidak suka dengan kehadiran Hanun yang tiba-tiba. Hampir dua bulan Hanun pergi tidak ada kabar, tetapi kini muncul secara mengejutkan di tempat dan waktu yang tidak tepat menurut Biru dan Bu Wati. "Lepas, saya mau dibawa ke mana?!" Hanun mendadak punya kekuatan untuk melepas cengkeraman tangan Biru pada lengannya. Matanya menatap tajam Biru, lalu beralih pada Sasa dan Bu Wati. "Oh, iya, katanya kamu sekarang sudah menikah dengan orang kaya. Wanita kaya yang tertipu dengan semua kebohongan kamu. Siapa namanya? Ah, iya Marissa. Apa orangnya di sini?" Biru semakin takut jika Bu Marissa tiba-tiba datang dan bertemu Hanun. Tentu saja semua rencananya bisa gagal."Pergi, Hanun, kita bicara nanti!" Bu Wati mengusir Hanun dengan ketus."Saya gak mau. Saya masih istri Mas Biru'kan? Mas Biru belum cerai udah nikah lagi? Saya aja jadi istri nafkahi laki-laki ini dan keluarganya. Jelas saya miskin, sekarang dapat yang kaya, pasti l

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    48. Menjodohkan Leon dengan Sasa

    Biru tidak ingin menambah sakit kepalanya dengan bertemu dengan Leon. Ia tahu anak sulung lelaki istrinya itu tidak suka dengannya. Jika bisa menghindar, kenapa tidak? Lelaki itu membuat mereka kehilangan mobil Leon. "Yah, di mana tadi?" gumam Bu Marissa. "Maaf, Sayang, kita kehilangan jejak Leon," kata Biru dengan suara parau, sembari menyentuh pipi istrinya. Sontak mata Bu Marissa fokus pada tangan kanan suaminya yang sedang memegang stir."Tangan kamu kenapa?" tanya Bu Marissa panik. Ia menarik tangan kanan suaminya saat mereka sedang antre di pintu keluar Ancol."Kamu digigit siapa? Ini seperti bekas gigitan?" tanya Bu Marissa dengan bola mata melebar. "B-bukan, ini bukan digigit. Ini gak papa, Sayang. Tadi aku juga ke toilet dan terpeselet. Tanganku gak sengaja memegang mainan anak-anak di sana. Entah gimana, bisa merah begini.""Kita ke dokter aja! Aku gak mau nanti kamu malah kenapa-napa dengan luka dalam itu!" "Aku gak papa, Sayang. Sebaiknya kita pulang saja! Apa kamu ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29

Bab terbaru

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    72. Ular dalam Rumah (Spesial Part)

    "Bagaimana mama?" tanya Leon pada Angel."Masih mengunci diri di kamar, Mas." Angel menaruh segelas air putih di atas meja untuk Leon. "Untuk apa menangisi bajingan." Leon tertawa pendek. Angel hanya bisa mengangkat bahunya. "Apa kita gak terlalu keras pada mama? Mama bisa sakit loh, Mas.""Kita bis jatuh miskin kalau Xabir dibiarkan lama menjadi benalu." Angel yang tadinya duduk di depan Leon, kini berpindah duduk menjadi di samping kakaknya itu."Lalu bagaimana, Xabir? Bisa-bisa dia mati dipatok ular, Mas," tanya Angel sambil berbisik."Bisa banget. Itu yang Mas harapkan. Biar dia kapok!""Lalu ibu dan sodaranya itu?""Ada di hutan. Entah sudah mati atau belum. Mereka manusia-manusia benalu yang kalau hidup lama itu, bakalan nyusahin orang. Lagian, jika mereka berani muncul, maka polisi sudah siap menangkap mereka.""Mama mungkin akan susah menerima takdir ini, tapi nanti juga mama bisa paham apa yang aku lakukan ini juga demi mama. Lagian mama udah tua, udah harusnya hidup tenang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    71. Kenyataan yang Harus Diterima

    "Mama, apa yang terjadi pada Mama? Kenapa Mama sendirian di villa? Mana Biru dan keluarganya?" Bu Marissa yang baru saja membuka matanya, langsung merasa kepalanya bertambah sakit setelah Angel mencecarnya."Apa, Xabir? Ini di mana?" tanya Bu Marissa sambil memperhatikan keadaan sekelilingnya."Mama di rumah sakit. Ini sudah malam. Mama baru sadar setelah Mama tidur sejak pagi. Ada apa, Ma?" Bu Marissa semakin mengerutkan keningnya. "Gak mungkin, Mama ada di villa bersama Xabir dan juga keluarganya.""Ma, Xabir gak ada di villa saat Mas Leon sampai di sana. Keluarganya juga. Ponsel Mama pun tidak ada keduanya. Mama diperdaya lelah bajingan itu!" Bu Marissa terdiam. Matanya tiba-tiba berair."Gak mungkin, Xabir mencintai Mama. Mau apa dia bikin Mama kayak gini. Semua udah Mama kasih sama dia." Bu Marissa menangis. Pintu kamar perawatan VVIP terbuka. Leon masuk dengan wajah murung. "Leon, Angel barusan cerita omong kosong!" Leon tersenyum miring. Ia mengeluarkan amplop coklat dari da

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    70. Menyusul ke Bogor

    Malam ini Leon bisa tidur dengan nyenyak. Semua bukti sudah ia kumpulkan, setelah lewat Hanun, ia mendapatkan banyak foto dan juga data diri dari Xabiru. Termasuk data dari pabrik, tempat Biru kerja hampir tujuh tahun. Foto Bu Wati pun ada. Semua ia print dan masukkan ke dalam amplop coklat. Semua data sudah lengkap dan tidak perlu ada yang ia ragukan. Biru akan mendekam dalam penjara bersama ibu dan sepupunya.Keesokan harinya, Leon yang baru saja keluar dari kamar mandi, mendengar notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Pria itu setengah berlari untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan.MamaLeon, Mama sedang bersama Xabir, lagi liburan sebentar. Mungkin dua sampai tiga hari. Kamu gak usah cari mama ya, mama baik-baik aja.Syukurlah mama baik-baik aja. Ada yang mau Leon beritahu tentang Xabir. Mama harus pulang secepatnya ya.SendMamaAda apa? Kamu mau fitnah Biru seperti apa lagi? Sudah ya. Jangan sirik dengan kebahagiaan yang saat ini sedang mama nikmatiLeon langsung menekan pan

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    69. Foto dari Media Sosial

    Leon menghubungi dua adiknya untuk menanyakan keberadaaan bu Marissa, tetapi keduannya tidak ada yang tahu. Keon mencoba menghubungi rekan bisnis mamanya yang lain untuk mengecek janji temu, tetapi ia tidak mendapatkan ada jadwal meeting dengan rekan bisnis untuk tiga hari ke depan. Hal ini ia ketahui dari sang Sekretaris. Disaat Leon sibuk mencari mamanya, disaat itu pula Xabir sedang menikmati waktu berdua dengan istrinya. Ya, mereka sedang berada di sebuah villa yang ada di Bogor, setelah kemarin keduanya pergi ke bank untuk memindahkan sejumlah uang. “Anak-anak mungkin perlu diberitahu agar mereka tidak khawatir,” kata Xabir pada istrinya. Bu Marissa menggelengkan kepala dengan pelan. Ia kehabisan tenaga menghadapi kegagahan Xabir yang sepertinya begitu perkasa lebih dari biasanya. “Nanti saja, Sayang. Nanti aku akan kirim pesan.” Bu Marissa menyentuh punggung suaminya. “Memangnya kenapa tidak diberitahu saja sejak awal?”

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    68. Satu Per Satu Masalah Selesai

    "Benar-benar memalukan! Jauh-jauh ke sini hanya untuk dibikin malu sama si Leon itu. Jumawa sekali dia menolak putri keraton!" "Sudahlah, Bu, mungkin belum jodoh." Renata menjawab dengan malas. Tatapannya kini fokus pada jalan di depannya. Hujan cukup deras mengantarnya pagi ini menuju bandara. Keputusan Leon sudah bulat dan lelaki itu menolak bertanggung jawab. "Lalu, siapa yang akan bertanggung jawab atas kehamilan kamu? Masa mau cari lelaki lain?""Saya mengasingkan diri saja sampai bayi ini lahir." "Kamu bicara dengan mudah, Rena. Kamu gak pernah pikirkan dampak perbuatan nekat yang kamu lakukan!" "Bu, sudah, sudah! Nanti biar kita pikirkan jalan keluarnya." Pak Cokro menengahi perdebatan ibu dan anak itu. Rena juga tidak mau ambil pusing karena mau dipaksa seperti apapun tetap saja Leon tidak akan mau bertanggung jawab."Jadi, Leon itu sukanya pembantu?" tanya Pak Cokro yang mendadak kepo. Rena mengangguk."Jika nama yang Rena dengar tadi adalah Hanun, maka gak salah lagi ka

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    67. Pertemuan Dua Keluarga

    "Sayang, kamu cemburu sama pembantu? Ya ampun, udah jelas lebih unggul kamu dari wanita mana pun," elak Biru dengan cepat. Lelaki itu tidak mau istrinya sampai curiga. "Lalu, kamu tahu dari mana kalau Hanun masih punya suami?""Aku asal nebak, Sayang. Hanun dari kampung'kan? Orang kampung itu rata-rata menikah muda. Umur enam belas tahun sampai sembilan udah dinikahin sama orang tuanya. Jadi mungkin aku ....""Tidak perlu bahas Hanun. Udahlah, aku mau ke dapur dulu." Bu Marissa pergi ke dapur, meninggalkan Biru yang masih dalam keadaan cemas. Ia khawatir Bu Marissa curiga atau malah mencari informasi atas dirinya.Sore hari, Biru melihat sang Istri sudah berdandan dengan begitu rapi, sedangkan ia tidak dapat informasi apapun dari wanita itu."Kamu mau ke mana udah sore, Sayang?" tanya Biru."Mau ke rumah Leon. Ada urusan." Bu Marissa mengoleskan lipstik di bibirnya. "Aku boleh ikut?""Kata Leon ini pribadi. Maaf, Sayang, kali ini aku jalan sendiri ya. Kamu di rumah saja. Aku gak lam

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    66. Naksir Hanun?

    "Jadi menurut kamu, saya cukup tanggung jawab saja?""Betul, kalau pun tidak mau tanggung jawab sebenarnya gak papa. Orang Pak Leon dijebak. Dia dan keluarganya mengakui. Jelas bayinya nasab ke ibunya. Beda kalau dilakukan atas dasar suka sama suka dan Pak Leon dalam keadaan sadar. Ini Bapak beneran gak inget apapun?" Leon mengangguk."Saya ingat betul waktu ke rumahnya, memang gak ada siapa-siapa. Saya disuguhi minum, terus saya juga lupa lagi ngapain. Besok paginya kebangun udah di kamar. Saya pikir malah karena terlalu lelah, makanya ketiduran." Hanun mendengarkan dengan seksama."Ya, jika mereka ingin lapor polisi, saya rasa mereka tidak akan kuat untuk menjebloskan Pak Leon ke penjara atau mungkin menuntut. Malah mereka mungkin akan malu." Sepanjang hari, Leon cukup terganggu dengan kehadiran Renata dan juga kedua orang tuanya. Belum lagi saran dari Hanun yang sangat masuk akal. Pria dewasa itu tidak ingin salah langkah, sehingga ia memutuskan untuk bicara dengan salah satu peng

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    65. Keputusan Leon

    "Saya tidak merasa melakukan hal bodoh seperti itu pada Rena. Bagaimana kalau itu bukan anak saya?" Leon menatap Renata dengan wajah dingin. Ia tahu saat ini Hanun tengah menguping pembicaraannya dari balik pilar. "Kamu paham maksud Nak Leon, tapi kami sebagai orang tua ingin Nak Leon bertanggung jawab sampai bayi ini bisa untuk tes DNA." Leon menatap mamanya."Jeng Rissa kan pengusaha, pasti tidak enak kalau sampai hal ini terdengar oleh relasi bisnis yang lain. Apalagi anak lelaki satu-satunya." Bu Marissa ingin menjawab, tetapi bibirnya kelu. "Tapi anak saya dijebak. Ini sama artinya yang menginginkan hal ini terjadi adalah Renata. Saya hampir tidak percaya, putri keturunan keraton bisa melakukan hal memalukan seperti ini. Bagaimana jika para leluhur kalian tahu semua ini? Jelas saya membela putra saya." Bu Marissa membuka suara."Karena kami ada foto dan bukti. Kami ingin selesaikan ini secara kekeluargaan saja Jeng Rissa. Kami gak mau berurusan dengan polisi. Leon harus bertang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    64. Tamu tak Diundang

    Tok! Tok!"Pak, ada tamu!" Seru bibik dari depan pintu yang dikunci Leon. Kedua pasangan yang sedang melakukan foreplay itu pun tersentak kaget. Bahkan Hanun tersadar terhadap apa yang sudah ia lakukan. Wanita itu mendorong Leon dan langsung memakai pakaiannya yang berserakan di lantai. Hanun bersembunyi di balik meja kerja majikannya, sedangkan Leon ikut memakai kembali pakaiannya. "Siapa?" tanya Leon datar. Seolah tidak terjadi apa-apa selama dua puluh menit "A-ada tamu, Pak. Bapak lihat sendiri saja, katanya jangan bilang Bapak." Leon mengerutkan keningnya."Suruh Hanun buatkan teh, yang punya saya tawar saja," kata pria itu memerintah. "Oh, Hanun saya gak tahu ke mana, Pak. Soalnya tadi bilang mau bangunin Bapak.""Hanun saya suruh beli nasi uduk. Tiba-tiba saya pengen nasi uduk yang depan komplek.""Oh, gitu, baik, Pak. Gak papa, biar saya aja yang buat. Permisi, Pak." Begitu bibik berjalan ke dapur, Hanun pun langsung keluar dari kamar Leon. "Bilang sedang tidak jualan ya."

DMCA.com Protection Status