Ubud, Bali 2021..
Melodi melemparkan kertas yang ia pegang. Fikri rekan kerjanya menarik napas lelah, Melodi yang tadinya sangat bersemangat dengan pekerjaannya untuk menuliskan perjalanan hidup Gilsha Alyne, kini ingin membatalkan pekerjaan tersebut.
"Gil...kita udah sampai disini, dan kita beruntung karena Bu Gilsha mau di wawancarai."
"Aku tidak bisa Fik! dia adalah wanita yang sudah merebut Papa ku." Fikri sudah tahu hal ini karena tadi saat di perjalanan Melodi sudah menceritakan amarahnya itu.
"Aku tahu, tapi kita tetap harus melanjutkan ini. Apalagi kalau sampai dia mau membuka hubungannya dengan papa mu dimasa lalu, itu akan menjadi artikel besar. Bukan hanya tentang perjalanan karirnya saja. tapi juga kehidupan pribadinya."
"Kau ini gila ya?! mau membuat nama baik keluargaku hancur begitu?"
Melodi masih tidak ingin menemui Gilsha hari ini untuk melanjutkan wawancaranya, Gilsha wanita itu adalah ketidaksempurnaan yang terus membayangi keluarganya. Hanya saja, jika dia terus melakukan wawancara ini, dia bisa kena pecat. Ini adalah pekerjaan yang dia inginkan, bukan karena uangnya, tapi dia mencintai pekerjaan ini.
"Pantas Mama selalu melarangku jika membeli poster Gilsha Alyne."
***
Jakarta 1997...
Seorang wanita yang membuka pintu itu tidak berkedip melihat pemandangan diruangan kerja suaminya. Wilya, kakinya terasa lemas saat ini matanya tidak lepas melihat suaminya memeluk tubuh wanita lain, dan mereka terlihat sangat akrab.
"Ah..sayang maaf, sini aku kenalkan kepada Gilsha." Keterkejutan Wilya menjadikan ia canggung, isi kepalanya masih mencerna semua ini. "Aku harap kamu tidak salah paham dengan pelukan kami tadi. Dia temanku, namanya Gilsha kamu pasti sudah kenal kalau namanya ya," ucap Noah yang membuat Wliya mengangguk tersenyum seadanya saja. Dia memang mengenali wajah Gilsha yang seorang artis ternama, tapi tetap saja sebagai seorang istri dia merasa cemburu melihat suaminya memeluk wanita lain. Dia pikir, wanita dari masa lalu suaminya yang pernah Ibu mertua ceritakan datang lagi.
Ya, Ibu mertua Wilya pernah bercerita kalau dia harus lebih ekstra membuat Noah mencintianya, karena dulu pernah ada seorang wanita yang begitu Noah cintai. "Hai...aku Wilya, istri Noah." Sengaja Wilya menekan kata istri kepada wanita berparas cantik didepannya itu. Gilsha tersenyum ramah, dia meraih uluran tangan tersebut.
"Aku Gilsha, senang bisa berkenalan denganmu. Oh..ya Noah aku pamit dulu, masih ada pekerjaan yang menunggu. Mengenai salinan surat kerja samanya bisa kau kirim saja kepada managerku. Sampai jumpa Wilya," ucap Gilsha jelas terlihat tidak ada yang wanita itu tutupi. Wilya bernapas lega, dia sudah berpikir macam-macam tadi.
"Kamu kenapa datang kesini tiba-tiba?" tanya Noah saat hanya ada mereka berdua saja.
"Kalau aku tidak datang kesini, mungkin lebih dari sekedar berpelukan yang terjadi. Iya kan?" Noah melirik Wilya sekilas, dia menggelengkan kepala.
"Jangan berlebihan, aku sudah jelas-jelas mengenalkannya kepadamu." Noah memang seperti itu, jika tidak suka aura dan nada bicaranya menjadi dingin. Wilya takut dibuatnya, dia juga merasa keterlaluan karena sudah mengatakan hal seperti itu, padahal Noah dan wanita itu hanya berteman.
"Apa kau berhubungan dekat dengan artis itu?"
"Ya, dulu. Kami hanya baru bertemu lagi karena masalah pekerjaan," jawab Noah tanpa menatap wajah istrinya. Dia terus fokus pada kertas dihadapannya, sementara Wilya duduk di kursi depannya.
"Maaf sayang...aku hanya takut, kalau kau berselingkuh dibelakang ku."
"Aku tidak akan melakukannya, jika aku ingin aku akan mengatakannya kepadamu." Noah menatap wajah Wilya yang membeku, sedetik kemudian dia tertawa. Wilya merasa sangat konyol karena suaminya sudah mempermainkannya.
"Ah...Noah itu tidak lucu."
"Tapi wajahmu lucu sekali Wilya," ujar Noah tertawa sambil memegang perutnya. Mereka tidak menyadari kalau dibalik pintu itu Gilsha masih mendengarkan semuanya. Sekertaris Noah yang tadi pergi kini sudah kembali ke mejanya, dia menyapa Gilsha.
"Maaf Nona Gilsha apa ada yang bisa saya bantu."
"Ah...itu ada apa-apa. Aku hanya sedang mengingat apakah meninggalkan sesuatu tadi." Aldi sekertaris itu mengangguk sambil tersenyum ramah. Gilsha melangkahkan kakinya, tidak jauh dari ruangan Noah, ada sebuah ruangan lagi yang pintunya terbuka. Samar-samar dia mendengar ocehan para wanita didalam sana.
"Oh..iya satunya cantik, dan satunya tampan. Bagaimana tidak seras sekali."
"Mereka juga selalu romantis kalau kita lihat kan, aku juga pernah loh..ketemu Bu Wilya dan Pak Noah saat berbelanja. Pak Noah sedang menggandeng tangan istrinya, tipe-tipe suami yang posesif itu loh...duh..idaman banget ya..."
Mendengar hal itu Gilsha tertegun, dengan berat kakinya melangkah meninggalkan kantor Noah. Dalam perjalanan dia memikirkan kehidupan sempurna yang Noah dan Wilya dapatkan, sementara hidupnya terasa sangat menyedihkan. Gilsha memakai kaca mata hitamnya saat turun dari dalam taksi. Kali ini dia harus bertemu dengan Sutradara, tidak ada Lina dia harus seorang diri kemana-mana.
Larut dalam perbincangan mengenai proyek film terbarunya, Gilsha lupa kalau dia harus menemani Dika. Gilsha kembali ke rumahnya yang terbilang cukup mewah, Gilsha menaiki anak tangga yang melengkung itu dan berpegang pada gagang spiral kayunya. Tubuhnya terasa lelah, baru saja masuk kedalam kamar tiba-tiba bel rumah itu berbunyi. Dia menerka siapa yang datang, tetapi dia tidak keluar dari kamarnya. Akan ada asisten rumah tangganya yang membukakan pintu, tetapi tiba-tiba Gilsha teringat sesuatu. Dia mulai cemas, tepat saat itu pintu kamarnya dibuka dengan kasar.
"Dika maaf," baru dia mengucapkan kata maaf rambutnya sudah ditarik oleh Dika. "Dika...lepaskan sakit," pinta Gilsha tetapi malah tamparan yang cukup kuat dia dapatkan. Gilsha memegang pipinya, bibirnya bergetar. Tidak sampai disitu, Dika kembali menarik rambut Gilsha dan menyeretnya keluar dari dalam kamar.
"Kau berani sekali mempermainkan ku hah?! kau ingin aku mengulanginya Gilsha IYA?!" Dika menampar Gilsha hingga tidak sengaja Gilsha jatuh dan berguling dari anak tangga itu. Dua pelayan disana mengejarnya, mereka menutup mulut saat Dika tidak terlihat kasihan sama sekali kepada Gilsha, bahkan dua tamparan lagi Gilsha dapatkan.
"Tuan Dika sudah tuan...kasihan Nona Gilsha, dia bisa mati jika terus tuan pukul seperti ini." Salah satu pelayan senior disana memegang kaki Dika sambil berlutut, sementara Gilsha sudah dipeluk pelayan satu lagi tubuhnya yang terkulai lemas itu. Ada darah yang mengalir dari sudut bibir dan juga kening Gilsha, wajahnya memar seperti habis mendapatkan tinju.
"Kalian....jangan ada yang memanggilkan Dokter untuknya, biar dia tahu rasanya jika tidak menuruti keinginanku."
"Aku akan melaporkanmu ke Polisi brengsek!" umpat Gilsha di sisa tenaganya. Selama ini Dika selalu mengancamnya dengan semua koneksi pria itu, dia juga yang merasa sangat bergantung kepada Dika dan merasa tidak memiliki siapapun yang bisa ia percaya selain pria itu. Hanya karena Dika lah yang pertama kali mengulurkan tangan untuk membantu Gilsha, disaat semua orang tidak yakin dengan bakatnya. Mendengar hal itu, Dika kembali memukul wajah Gilsha.
"DIKA!" teriak Lina yang untungnya datang tepat waktu. "Jangan menyentuh dia lagi, atau aku akan bertindak tegas kali ini." Dika tertawa mengejek Lina, wanita itu dia yang mengenalkan kepada Gilsha. Bisa-bisanya Lina mencoba mengancamnya.
"Kau beritahu kepadanya, jika tidak ingin wajah cantiknya itu rusak turuti kataku. Jika ingin melaporkan silakan saja, aku pastikan uang dan tabungan kalian habis, serta karir mu ini hancur, baru mungkin polisi akan datang menjemputku. Itu juga kalau aku bisa mereka tahan!" tantang Dika kemudian pria itu pergi setelah meludah di depan pintu rumah itu. Lina segera membantu Gilsha masuk ke kamar kembali setelah Dika pergi, dia juga menelpon Dokter untuk segera datang.
"Kau ingin aku membuat laporan untuk Dika?"
"Tidak perlu! dia benar, aku hanya akan menghabiskan serta menghancurkan karir ku saja. Aku yang salah karena lupa untuk menemaninya."
"Tapi Gil...kau bukan budaknya." Lina tidak habis pikir dengan jalan pikiran Gilsha. Tidak ada respon dari Gilsha, dia hanya menahan sakit yang kembali ia rasakan. "Gil, tapi kau belum melakukan hubungan it- tu dengannya kan?" tanya Lina ragu-ragu.
"Aku lebih baik dia pukuli daripada berhubungan badan dengan monster itu." Lina mengucap syukur karena Gilsha masih waras. Gilsha menutup mata, tiba-tiba air mata yang ia tahan tadi kembali ingin tumpah. Semua tidak lain karena dia menangisi jalan yang ia pilih, sementara ditempat lain banyak orang bahagia. Dia harus kesepian tanpa ada pasangan yang memperhatikannya, tanpa teman disetiap dia ingin pergi berlibur atau melakukan sesuatu berdua. Banyak yang mendekatinya, tapi itu hanya sebatas karena wajah, tubuh, dan popularitasnya saja. Tidak ada yang benar-benar ia rasakan tulus, seperti Noah dulu mencintainya.
Noah...pria itu begitu dia rindukan. Dia ingin memilikinya lagi, dia rindu perhatian Noah untuknya. Sudah sangat lama bahkan dia merindukannya, salahkah jika dia ingin pria itu kembali padanya?
Bersambung....
Wilya terlihat bersemangat karena pagi ini hasil masakan yang ia buat tidak gagal seperti sebelumnya. "Sayang...," panggil Wilya kepada Noah yang sedang membaca koran di meja makan itu. "Bagaimana rasa nasi gorengnya?" Noah menatap Wilya kali ini. Dia tersenyum, lalu melipat koran yang dia baca tadi. Noah menganggukkan kepala dan memberikan jempolnya, Wilya senang bukan main. Setelah selesai sarapan, Wilya mengantarkan Noah ke teras rumah mereka."Kamu jangan pulang lama ya...aku mau minta temani ke swalayan. Kebutuhan rumah sudah habis, jadi harus belanja sore atau malam ini." Noah mengangguk setuju dengan permintaan istrinya itu. Lagi pula dia memang tidak pernah pulang lama dari kantor. Jika sudah jam pulang maka dia akang langsung pulang, jika harus lembur dia akan mengerjakannya di rumah. Mencium kening Wilya dia berangkat meninggalkan rumah yang sudah dua tahun ini ditempati bersama Wilya istrinya.Sesampainya di kantor pekerjaan sudah menunggu, dia memanggil Aldi sekertarisnya
Pov WilyaAku sangat gelisah, sedari tadi menunggu Noah pulang. Mencoba menelpon sekertarisnya tadi sore, tetapi Aldi mengatakan kalau Noah sudah keluar kantor dari tadi siang. Menelponnya ponselnya juga tidak aktif. Tidak mungkin dia pergi mengunjungi mertuaku, karena mereka berdua sedang ada di Australia. Aku melihat lagi jam di dinding rumah, ini sudah pukul dua belas malam. Hati istri mana yang tidak khawatir, tidak biasanya Noah seperti ini. Aku menghembuskan napas lelah menunggunya sedari tadi di ruang tamu rumah kami, tiba-tiba saja hujan deras menambah kekacauan di dalam pikiranku. Saat petir menyambar lampu rumah ini juga ikut padam."Nyonya apa itu Anda?" tanya mbok Tini asisten rumah tangga yang memang tidur di kamar belakang."Ya mbok. Ini saya, sepertinya kerusakan listrik karena petir tadi. Kita pasang lampu semprong saja dulu ya Mbok. Saya lupa membeli lilin," kataku kemudian mbok Tini datang dengan tiga lampu semprong. Penjaga rumah ini yang biasa kami gaji sedang tida
Atmosfir udara terasa berbeda, Noah tahu ada suatu hal yang tidak baik akan terjadi antara dia dan Gilsha jika mereka terus berdekatan seperti ini. Pikiran Noah sudah jalan kemana-mana saat dia membaringkan tubuh Gilsha. Bentuk tubuh wanita itu sudah tercetak jelas dalam balutan dress yang ia gunakan. Noah menghembuskan napas mencoba mengatur sesuatu yang memprovokasinya. "Gilsha maaf, aku harus kembali ke rumah. Aku sudah salah mengambil langkah semalam dan sore ini, aku minta maaf." Noah pergi begitu saja setelah dia mengatakan hal yang tidak ingin Gilsha dengar. Gilsha melengkungkan senyuman, menertawakan dirinya sendiri karena sudah berbuat sejauh ini dan Noah tetap tidak tergoda olehnya.Ya, benar dia memang sengaja jatuh kedalam kolam untuk menggoda Noah menyentuh tubuhnya, dia tidak perduli jika akan dikatakan menginginkan suami orang. Memang itulah kenyataannya dan dia tidak akan berhenti sebelum Noah jatuh kedalam pelukannya. Noah memang seharusnya milik dia, buktinya pria it
Pandangan mata Wilya yang terlihat tenang itu, seperti menusuk Noah. Untung saja pandangan mata Wilya beralih saat ada dering telpon rumah. Wilya berjalan mendekati tempat telpon rumah yang juga terhubung ke telpon yang ada didalam kamar mereka. "Halo," jawab Wilya sementara Noah mengambil napas dalam-dalam. Ternyata telpon itu berasal dari Mamanya, saat ini Wilya sedang tersenyum lebar dan berbicara panjang lebar dengan Mamanya. Salah satu alasan Noah menikahi Wilya dan tidak mencari Gilsha adalah wanita yang sudah melahirkannya itu. Seruni tidak menyukai pekerjaan Gilsha, dan Noah juga saat itu tengah dibakar api cemburu melihat banyaknya Pria yang dekat dengan Gislah juga sering dia mendengar berita kalau Gilsha memiliki seorang kekasih.Selama Wilya dan Mamanya berbicara panjang lebar, Noah memilih untuk pergi ke ruang kerjanya yang berada di lantai bawah rumah. Hari yang sudah malam membuat keadaan rumah itu terasa sepi. Baru Noah duduk di kursi kerja, bunyi dari benda hitam dal
Dalam suatu hubungan akan ada yang namanya jenuh, merasa bosan, tetapi mencoba untuk tetap bersikap seperti biasanya. Hal ini juga yang tiga bulan ini Noah rasakan sebenarnya, Wilya tidak pernah ada salah dalam keadaan serta situasi itu, hanya Noah saja yang paham apa yang sedang terjadi kepadanya. Hingga ketika dia kembali bertemu dengan Gilsha, hatinya kembali merasakan ada yang ingin dia dapatkan, kemudian tersadar lagi jika keadaan tidak sepantasnya membuat dia bersama dengan wanita itu.Puncaknya saat sisi brengsek dalam diri Noah semalam terus memikirkan isi pesan Gilsha, wanita yang sempat ingin ia miliki. Wanita yang memenuhi kriteria seorang pendamping untuknya, yang menurutnya sempurna baik fisik dan karakternya. "Apa yang kamu lakukan Noah? akan banyak yang melihat hal ini, dan aku tidak mau sampai ini jadi bahan berita yang di konsumsi publik.""Apa kamu malu jika ketahuan dekat denganku?" tanya Noah masih belum sadar dengan apa yang dia ucapkan. Gilsha menyunggingkan seny
Noah tahu dia sudah melanggar alur yang harus dia pertahankan, nyatanya wanita dari masa lalunya yang bernama Gilsha Alyne ini masih terus membuat jantungnya berdegup kencang dan selalu membuatnya bersemangat ketika mereka bersama. Wilya, di dalam hatinya dia mengucapkan beribu maaf untuk wanita yang mungkin saat ini menunggu dia pulang.Ya, setelah pagutan kerinduan yang Noah lakukan dengan Gilsha siang tadi, Noah mengatakan keinginan gilanya kepada Gilsha. "Aku ingin terus merasakan kebahagiaan seperti dulu saat bersamamu," katanya siang itu kepada Gilsha. Wanita yang menjadi cinta pertama Noah itu tidak menjawab, hanya sebuah senyum manis yang dia berikan. Kemudian Noah mengantarkan Gilsha kembali ke rumahnya, sore menjelang malam Noah masih betah melihat semua kegiatan Gilsha di rumah itu. Gilsha memang memiliki janji temu dengan tim yang akan membuatkan kostum untuk judul film yang akan dia mainkan, setelah itu Gilsha masih harus berolahraga ringan di halaman belakang rumahnya un
Pov WilyaAku yang merasa tidak enak badan, seharian ini memang hanya bergulung dalam selimut di tepat tidur. Sehingga meski suamiku belum pulang, aku tetap menunggunya sambil berbaring di atas tempat tidur yang biasa kami pakai untuk beristirahat dari rutinitas kehidupan ini.Belakangan ini aku merasa ada yang tidak wajar dengan Noah, karena kebiasaannya pulang tepat waktu ke rumah sudah berubah. Aku ingin bertanya, tapi aku tahu Noah tidak suka kalau aku bertanya yang menyinggungnya. Aku jadi serba salah, apalagi tadi sudah bertanya kepada Aldi.Deru mesin mobil membuat hati ini lebih tenang, meski air mata ingin jatuh begitu saja. Aku memaksa kaki ini terulur menyentuh lantai, hanya diam di depan pintu kamar menanti suami yang jam satu pagi baru kembali.Ketika pintu terbuka, aku menatapnya dengan perasaan tidak berdaya. Sementara dia tersenyum seperti sangat menyesal. "Maaf, aku terlambat pulang. Ponselku juga kehabisan daya," katanya kemudian memeluk tubuhku. Aku tidak tahu harus
"Aku tahu kamu berpikir apa yang aku dan Gilsha lakukan ini salah, dan aku tidak akan membela diri karena itu. Jika kamu bisa aku ajak bekerjasama dengan semua ini, aku akan menaikkan gaji dan tidak akan memecat mu, tapi jika kau tidak ingin menolongku maka kebalikannya.""Pak maaf, bagaimana dengan Bu Wilya?""Aku belum tahu, jika aku yakin ingin melanjutkan hubungan dengan Gilsha aku akan memberitahu Wilya secepatnya."Aldi dengan berat hati mengangguk, dia tidak setuju dengan apa yang Noah lakukan, tapi dia tidak bisa berhenti bekerja. Ada istri dan juga kedua orang tuanya yang bergantung hidup kepadanya, belum lagi dua adik perempuannya."Baiklah kalau begitu, kau bisa pulang hari ini dan besok akan aku hubungi. Ingat yang aku katakan, jika Wilya bertanya maka beritahu kalau kita ke luar kota mendadak." Noah pergi setelah mengatakan hal itu, tersenyum lebar karena rencananya berjalan sesuai yang dia inginkan."Kamu kenapa lama sekali?" tanya Gilsha yang sudah berada di parkiran mo
Dua minggu berlalu...Wilya sibuk melihat pakaian apa yang akan dia kenakan di acara ulang tahun perusahaan Noah malam ini, dia tersenyum bahagia karena Noah memintanya untuk mendampingi bukan Gilsha. Wanita yang menjadi madunya itu belakangan jarang terlihat, cerita Noah karena Gilsha sibuk dengan kegiatan artis yang wanita itu miliki. Wilya tidak perduli, yang terpenting Noah selalu kembali ke rumah dan tidur dengannya. Wilya berharap agar dia segera hamil, supaya Noah lebih mementingkannya daripada Gilsha si pelakor itu.Disaat Wilya sibuk memilih gaunnya, Gilsha sedang melakukan pemotretan untuk sampul majalah. Noah juga ada disana menunggunya, sudah dua minggu ini Gilsha jarang kembali ke rumah. Jika pulang juga larut malam, hanya pesan yang Gilsha kirimkan kepada Noah, memberitahu apa saja kegiatannya dan juga mengingatkan Noah untuk makan. Namun, setiap pesan Noah tidak wanita itu balas, bahkan pintu kamar Gilsha selalu terkunci sehingga Noah tidak dapat untuk masuk.Noah tahu
Dari balik pintu kamar Noah dan Wilya, dia mendengarkan semuanya. Isak tangis Wilya, dan juga permintaan maaf Noah. "Apa yang kau inginkan lagi dariku Noah? kenapa kau ingin aku bertahan menjadi istrimu sementara kau mengatakan mencintai wanita itu?""Aku menyayangi mu Wilya, aku mencintai Gilsha itu benar. Namun, setelah dua tahun ini aku bersama denganmu aku juga menyayangimu, aku tidak bisa melepaskanmu. Lagi pula aku sudah setuju untuk tidak mencatatkan pernikahan kami, apa lagi yang kau mau? bukankah itu syaratmu agar kau menyetujui pernikahanku dengannya?" Mendengar hal itu Noah ucapkan Gilsha berang, dia melangkahkan kaki untuk masuk menuju kamarnya sendiri. Di sana ia berusaha menahan tangisnya, Noah setuju tidak mencatatkan pernikahan mereka? apa maksudnya semua ini. Apakah Noah akan membuat dia seperti istri simpanan begitu?Tubuh Gilsha bergetar hebat, dia tidak terima jika harus diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun dia adalah wanita yang Noah cintai, Wilya tidak bisa mem
Teriknya panas Kota Jakarta tidak membuat Wilya gerah menunggu kedatangan Riska di warung soto betawi yang terkenal di daerah jalan menuju pantai Ancol. Wilya memang sengaja memilih tempat itu, selain dia suka masakannya tempat itu juga sangat nyaman untuk Wilya. Dulu dia dan Riska sering ke warung soto ini untuk sekedar beristirahat setelah pulang kuliah."Wil maaf, tadi aku harus ketemu sama klien dulu.""Iya aku ngerti kok," jawab Wilya tersenyum. Riska langsung menatap sendu wajah Wilya, dia tahu sahabatnya ini baru saja menangis atau mungkin sudah dari kemarin Wilya menangis."Wil, ada apa? kamu sama Noah baik-baik aja kan?" tanya Riska langsung, hal itu membuat Wila menarik napas berat. Dia mencoba tenang dan tidak lagi menumpahkan air mata ditempat umum seperti ini. Dengan berkaca-kaca Wilya menyuruh Riska untuk memesan makan serta minuman lebih dulu. Riska benar-benar cemas melihat Wilya, dia tahu ada yang sangat berat menimpa sahabatnya.Sambil makan Wilya menceritakan apa ya
Gilsha sudah bangun pagi-pagi sekali seperti biasa, bedanya bagi dia saat ini ia berada di rumah Noah. Gilsha turun ke bawah masih gelap, dia kemudian menghidupkan lampu. Mencari dimana sapu dan alat kebersihan lainnya, mungkin apa yang dia lakukan itu membuat pelayan dirumah tersebut bangun. Dia melihat wanita yang sudah tidak lagi muda itu."Maaf, anda siapa?""Saya Gilsha Bu, saya istri baru Noah." Wanita itu melihat penampilannya, tapi Gilsha tidak menghiraukan. "Bu letak peralatan kebersihan ada dimana ya," kata Gilsha hingga pelayan itu terkejut."Biar saja saya yang kerjakan Nyonya.""Aduh tidak perlu Bu, saya bosan dan memang biasa olahraga lagi saya itu bersih-bersih rumah. Nanti juga kasih tau saya letak peralatan masak ya, Ibu tidur aja lagi. Kalau sudah Mbak Wilya bangun, akan saya bangunkan." "Jangan begitu Nyonya.""Aduh...jangan panggil Nyonya. Panggil saya Gilsha saja, atau Nak Gilsha. Dan saya beri perintah untuk tidak mengganggu saya pagi ini juga selanjutnya, setel
Cinta memang tidak salahHanya waktu dan tempatnya yang terkadang menjadikannya salah salah****Selama tiga hari Wilya menata hati dan pikirannya, dia mencoba menerima segala yang terjadi. Rumah tangga yang dia kira sempurna, ternyata hanya awalan saja. Wilya belum bercerita kepada siapapun mengenai semua ini, dia memendam kecewa itu seorang diri.Hari keāempat, dia mulai kembali beraktivitas seperti dulu, yang berbeda hanyalah gairah dalam menjalani kesehariannya. Noah belum pulang selama empat hari itu, tidak juga menelpon menanyakan kabarnya. Wilya tidak berharap, pasti pria itu sedang menikmati hari-hari yang indah bersama istri barunya.Kehidupan sunyi Wilya itu berakhir tepat satu minggu, karena di hari sabtu malam Noah kembali ke rumah dengan membawa Gilsha. Rasanya Wilya ingin membakar wajah wanita yang suaminya bawa itu. Dia hanya diam menatap Noah dan Gilsha yang sudah masuk ke ruang tamu rumah mereka. "Wilya aku sudah meminta Gilsha untuk tinggal di rumah ini. Aku harap ka
Pantai Kuta, Bali 1997.Gilsha menikmati deburan ombak yang menyapa telapak kakinya. Keinginan ingin bermain air disana ia urungkan karena di hatinya yang sedang menunggu seseorang. Dua hari yang lalu dia menunggu Noah untuk datang ke rumah orang tuanya di Bali, tapi pria itu tak kunjung datang. Mungkin Noah lebih memilih Wilya, istrinya yang sudah menemani pria itu selama dua tahun ini.Hati Gilsha sesak jika mengingat kegilaan yang ia lakukan, tapi sungguh Gilsha tidak menyesalinya. Suasana hati yang buruk itu berubah ketika menyadari ada tangan seseorang yang melingkar di pinggangnya, dia memejamkan mata saat pipinya di kecup dengan sangat lembut. "Maaf aku terlambat datang, tapi setelah ini aku tidak akan pernah membuatmu menunggu terlalu lama lagi Gilsha." Mendengar itu, jiwanya yang tadi mulai layu kembali mekar dan berbunga-bunga.Dia memutar tubuhnya, wajah tampan Noah Oliver dengan rahang yang di tumbuhi bulu-bulu halus itu di sentuh Gilsha. Pria di hadapannya ini nyata, dan
Lina menarik lengan Gilsha, menatap tajam netra coklat terang yang wanita itu miliki. "Apa kau gila? Kau menarik lenganku sangat kuat.""Kau yang sudah gila! Kau merebut suami orang? Kau selama ini sengaja menggodanya bukan?" Gilsha diam saja, kepalanya terasa mau pecah saat ini. "Gilsha jika kau melanjutkan hubungan dengan Noah karir mu akan hancur, berita mengenai kau merebut suami orang akan mencuat dimana-mana.""AKU TIDAK PERDULI!" teriak Gilsha dengan napas yang memburu "Selama ini juga mereka semua tidak pernah perduli apa yang aku alami, dan apa yang aku rasakan. Aku hanya ingin kebahagiaan dengan orang yang mencintaiku dan aku juga mencintainya, kau tahu bukan perasaan yang aku rasakan ini sudah sejak awal. Lagi pula aku tidak tahu apakah Noah akan benar-benar menikahi ku atau tidak."Lina menggelengkan kepala mendengarnya, dia tahu Gilsha berusaha sangat kuat bertahan dengan semua yang ia hadapi ketika merintis perjalanan menjadi seorang bintang. Apalagi Dika, pria yang tida
Satu Minggu berlalu...Lina dan bagian promosi sedang berdiskusi dengan Noah di ruangannya. Beberapa foto Gilsha yang menawan dapat Noah lihat. Wanita itu memang sungguh cantik, Gilsha juga dia dengar baru saja melakukan kegiatan amal untuk membantu anak-anak jalanan dan juga yatim piatu. Hal itu dia baca dari majalah berita yang khusus meliput kehidupan artis-artis ternama."Gilsha tidak ikut denganmu?" tanya Noah sambil menandatangi cek pencairan gaji Gilsha."Tidak, dia dirumah. Dia tidak bisa ikut kesini, semalam Dika datang." Lina sengaja memberitahukan hal itu kepada Noah, jelas wajah Noah terlihat gusar. Dia mengerti maksud dari ucapan Lina.Setelah semua urusan selesai, Noah langsung berlari menuju mobilnya. Dia ingin pergi ke rumah Gilsha, melihat apakah wanita itu baik-baik saja. Wilya ada disana, dia meminta supir taksi membuntuti kemana Noah pergi. Arah yang Noah tuju sudah jelas, satu Minggu Noah memberikan kesan kalau rumah tangga mereka baik-baik saja seperti dulu. Namu
Malam tiba, Wilya tidak habis pikir karena Noah belum juga kembali ke rumah. Dia dengan hati yang terluka menanti kedatangan suaminya. Tepat pukul dua belas malam, deru mesin mobil Noah memasuki pekarangan rumah. Wilya memilih duduk di tempat tidur sambil berpura-pura membaca buku.Pintu kamar terbuka, dia tersenyum menatap Noah. Wajah lelah di perlihatkan Noah untuk Wilya, dia mendekat dan mencium kening Wilya. "Kamu belum tidur?""Belum, aku membaca buku sambil menunggumu.""Maaf karena semalam aku tidak bisa pulang." Wilya hanya mengangguk melihat Noah sudah masuk ke dalam kamar mandi. Tak berapa lama, dia sudah keluar dengan piyama tidur. Wilya meletakkan bukunya, mencoba memeluk Noah. Dia bahkan sudah menggunakan piyama yang menurutnya seksi dimata suaminya ini. Sayang sekali Noah tidak tertarik melihatnya."Sayang kamu tidak merindukanku?" tanya Wilya manja, dia mencoba mencium Noah dan pria itu membalasnya."Aku rindu, tapi sekarang aku lelah. Kita tidur saja ya," kata Noah men