Wilya terlihat bersemangat karena pagi ini hasil masakan yang ia buat tidak gagal seperti sebelumnya. "Sayang...," panggil Wilya kepada Noah yang sedang membaca koran di meja makan itu. "Bagaimana rasa nasi gorengnya?" Noah menatap Wilya kali ini. Dia tersenyum, lalu melipat koran yang dia baca tadi. Noah menganggukkan kepala dan memberikan jempolnya, Wilya senang bukan main. Setelah selesai sarapan, Wilya mengantarkan Noah ke teras rumah mereka.
"Kamu jangan pulang lama ya...aku mau minta temani ke swalayan. Kebutuhan rumah sudah habis, jadi harus belanja sore atau malam ini." Noah mengangguk setuju dengan permintaan istrinya itu. Lagi pula dia memang tidak pernah pulang lama dari kantor. Jika sudah jam pulang maka dia akang langsung pulang, jika harus lembur dia akan mengerjakannya di rumah. Mencium kening Wilya dia berangkat meninggalkan rumah yang sudah dua tahun ini ditempati bersama Wilya istrinya.
Sesampainya di kantor pekerjaan sudah menunggu, dia memanggil Aldi sekertarisnya untuk memeriksa kembali jadwal yang ia miliki hari ini dan besok. Itu adalah rutinitas Noah semenjak dia menjabat sebagai pimpinan perusahaan ini. Semua laporan yang Aldi bacakan dia mengerti, hanya satu yang membuat dia resah yaitu, Gilsha melewatkan jadwal pemotretan semalam dan juga hari ini, manager wanita itu sudah mengkonfirmasi perubahan jadwal untuk pengambilan gambar.
"Apa alasan yang manager artis itu berikan?"
"Katanya Nona Gilsha sakit Pak. Jadi belum bisa melakukan pengambilan gambar," jawab Aldi.
"Kirimkan ke saya nomor Gilsha."
"Maaf Pak, tapi hanya ada kontak managernya saja."
"Baiklah kirimkan kontak managernya itu." Noah khawatir mendengar cinta pertamanya itu sakit, apa yang merasuki dirinya. Padahal dia sudah berjanji pada diri sendiri kalau kehadiran Gilsha tidak akan berpengaruh apapun untuknya. Namun, mendengar Gilsha sakit dia jadi cemas seperti ini. Noah berpikir mungkin ini karena dia dan Gilsha dulunya sudah kenal lama, jadi pasti ini hanya perasaan khawatir sebagai teman saja. Noah menelpon Lina dari ponselnya, kemudian dia menelpon wanita itu.
"Halo ini Lina manager Gilsha?" tanya Noah dan Lina membenarkan.
"Saya Noah Oliver, pimpinan Perusahaan Sky Hight. Boleh saya tahu nomor Gilsha? ada yang ingin saya tanyakan secara pribadi kepadanya."
[Oh..ya tentu Bapak Noah, sebentar saya kirimkan. Namun, jika itu untuk masalah pekerjaan yang tertunda saya minta maaf. Gilsha benar-benar sedang sakit, sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil gambar kemarin dan hari ini. Mungkin sekitar dua hari lagi, saya akan minta atur jadwal ulang dengan bagian iklan perusahaan Bapak.]
"Oh..iya tidak masalah. Saya teman Gilsha dulunya, jadi saya hanya ingin tahu keadaannya." Setelah mendapat jawaban itu dia mengakhiri panggilan, melihat pesan sudah masuk. Dia langsung menelpon nomor yang Lina kirimkan. Benda persegi panjang berwarna silver itu menempel di telinga Noah. Sudah lima kali dia menghubungi, Gilsha belum juga mengangkatnya. Terpaksa Noah menelpon Lina lagi, dia kali ini bertanya di Rumah Sakit mana Gilsha dirawat. Karena Lina menjawab Gilsha beristirahat dirumah, dia meminta alamat rumah Gilsha. Tadinya Lina ragu, dia bertanya kepada Gilsha yang saat ini sebenarnya ada disebelahnya. Setelah mendapat persetujuan Gilsha, dia mengirimkan alamat lengkap Gilsha kepada Noah.
***
"Gil...dia benar teman mu?" tanya Lina kepada Gilsha yang berbaring. Gilsha tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Dia mantan kekasih ku, Noah Oliver."
"Astaga..dia pria yang kau ceritakan dulu? cinta pertama yang kau tunggu itu?"
"Aku tidak menunggunya Lina."
"Ya...kau tidak menunggunya, tetapi kau mengharapkannya setiap saat. Bahkan tidak ada pria yang lolos dari seleksi hatimu, karena tidak ada yang melebihi pria itu bukan?" Lina berbicara fakta yang terjadi. Sebagai seorang aktris yang cantik banyak pria yang mendekati Gilsha, alasan Gilsha tidak meresponnya karena tidak menemukan yang benar-benar dia inginkan.
Setelah mengatakan hal itu Lina turun ke bawah, ke ruang kerja dimana pekerjaan Gilsha banyak yang harus dia atur ulang jadwalnya. Dua puluh menit berlalu, bel rumah terdengar. Karena Lina yang dekat dengan pintu utama rumah dua lantai itu, jadi dia yang membukakan pintu. Benar saja Noah datang kesana, Lina memperkenalkan diri setelah dia meminta Noah masuk. "Gilsha sedang beristirahat dikamarnya, apa mau saya panggilkan Pak?"
"Tidak apa-apa, jika boleh saya saja yang melihatnya." Lina menaikkan satu alis kemudian menunjukkan jalan dimana kamar Gilsha, satu persatu anak tangga Noah lalui hingga dia sampai di depan pintu kayu berwarna coklat. Lina membuka pintu itu, hingga Noah melihat ada seorang wanita yang sedang berbaring sambil menutup mata. Wajah Gilsha penuh lebam, tangannya juga di perban begitu juga kaki dan keningnya.
"Kenapa tidak bawa ke Rumah Sakit jika kondisinya parah seperti ini?" tanya Noah menatap Lina. Suara Noah membuat Gilsha membuka matanya, ternyata Noah benar-benar masih mencemaskan dia. Begitulah sorak dalam kepala Gilsha.
"Lina keluarlah, aku akan berbicara dengan temanku." Lina mengangguk, dia meminta pelayan membuatkan minuman untuk Noah. Sementara Noah mendekat ke tempat tidur dimana Gilsha berbaring, wanita yang kini terlihat hancur berantakan dimata Noah itu tersenyum padanya.
"Apa yang terjadi kepadamu Gil?" dia melihat ada bekas cekikan di leher Gilsha. "Siapa yang memukulmu seperti ini?"
"Bukan siapa-siapa. Terima kasih sudah datang melihatku, meski kau tidak membawa apapun." Gilsha tersenyum lagi, tapi Noah menyentuh wajahnya pelan. Hati Noah nyeri melihat Gilsha seperti ini. "Katakan kepadaku, apa pacarmu yang melakukan ini?"
"Itu masalah pribadiku, jangan mencampurinya."
"Astaga Gilsha aku ingin membantumu, jika benar itu pacarmu kenapa kau biarkan? kau bukan wanita lemah. Aku mengenalmu," ujar Noah dia sudah berdiri saat ini. Pikirannya kacau karena tahu apa yang terjadi pada Gilsha.
"Aku tidak punya kekasih Noah," ucap Gilsha kini matanya menatap tajam pada Noah. Pria itu kembali duduk, menggapai wajah Gilsha yang menangis dengan lembutnya jemari Noah mengusap air mata itu. "Aku tidak pernah memiliki kekasih lagi, setelah hubungan kita berakhir."
"Gilsha...maaf."
"Tidak perlu meminta maaf, aku hanya tidak menemukan yang cocok denganku. Bukan karena aku ingin menunggu mu. Jadi jangan merasa bersalah begitu, kau tenang saja." Gilsha menurunkan tangan Noah dari wajahnya. Kemudian mencoba duduk dengan bersandar di kepala tempat tidur itu dengan bantuan Noah. "Kau benar, aku adalah wanita yang kuat. Tidak cengeng seperti ini bukan," gumam Gilsha sedikit terisak.
"Gilsha ku mohon katakan kepadaku, siapa yang melakukan ini kepadamu?"
"Dia teman dekat ku, jangan khawatir semua ini juga salahku. Aku terjebak dengan kehidupan yang begitu aku impikan ini," kata Gilsha. Noah mengusap rambut Gilsha lembut, dia juga tersenyum hangat kepada Gilsha. "Andai aku terus menunggumu, mungkin saat ini kita bisa hidup bahagia bersama, ya kan Noah?" mata Noah memancarkan kerinduan yang sama dengan Gilsha saat ini. Perlahan Gilsha mendekat, dia memeluk tubuh Noah kemudian menangis disana.
"Semenjak Papa dan Mama meninggal, aku merasa sangat menyesal sudah meninggalkan mereka. Papa tidak pernah bercerita jika usahanya bangkrut dan terlilit hutang, kemudian meninggal karena serangan jantung. Mama meniggal dua hari setelahnya, dia over dosis karena meminum terlalu banyak obat tidur. Aku pulang ke Bali setelah mereka di makamkan. Saat itu hanya Dika yang membantuku, aku tidak memiliki siapapun selain dia. Aku berhutang banyak kepadanya, termasuk melunasi hutang Papa di Bank." Noah mengeratkan pelukannya, dia tidak tahu kalau Gilsha mengalami hal seberat ini.
"Maafkan aku karena meninggalkan mu tanpa kabar saat itu Gilsha, aku terlalu egois memang. Sekarang aku berjanji akan menjagamu, aku berjanji akan terus ada disisi mu."
Noah dengan lancar mengatakannya, dia begitu terlena dengan kisah masa lalunya. Lupa, kalau kehidupannya kini sudah berubah. Ada seorang wanita yang menunggu dia dirumah, menunggu kabarnya, berdo'a untuk keselamatannya. Hingga malam menjelang Noah masih disana, dia menemani Gilsha makan, dan juga menemani Gilsha saat terlelap. Semua itu juga atas permintaan Gilsha, terbesit dalam pikirannya tentang Wilya sejenak, tetapi dia tepis dengan dalih Wilya akan bisa menunggu besok untuk pergi berbelanja.
Bersambung...
Pov WilyaAku sangat gelisah, sedari tadi menunggu Noah pulang. Mencoba menelpon sekertarisnya tadi sore, tetapi Aldi mengatakan kalau Noah sudah keluar kantor dari tadi siang. Menelponnya ponselnya juga tidak aktif. Tidak mungkin dia pergi mengunjungi mertuaku, karena mereka berdua sedang ada di Australia. Aku melihat lagi jam di dinding rumah, ini sudah pukul dua belas malam. Hati istri mana yang tidak khawatir, tidak biasanya Noah seperti ini. Aku menghembuskan napas lelah menunggunya sedari tadi di ruang tamu rumah kami, tiba-tiba saja hujan deras menambah kekacauan di dalam pikiranku. Saat petir menyambar lampu rumah ini juga ikut padam."Nyonya apa itu Anda?" tanya mbok Tini asisten rumah tangga yang memang tidur di kamar belakang."Ya mbok. Ini saya, sepertinya kerusakan listrik karena petir tadi. Kita pasang lampu semprong saja dulu ya Mbok. Saya lupa membeli lilin," kataku kemudian mbok Tini datang dengan tiga lampu semprong. Penjaga rumah ini yang biasa kami gaji sedang tida
Atmosfir udara terasa berbeda, Noah tahu ada suatu hal yang tidak baik akan terjadi antara dia dan Gilsha jika mereka terus berdekatan seperti ini. Pikiran Noah sudah jalan kemana-mana saat dia membaringkan tubuh Gilsha. Bentuk tubuh wanita itu sudah tercetak jelas dalam balutan dress yang ia gunakan. Noah menghembuskan napas mencoba mengatur sesuatu yang memprovokasinya. "Gilsha maaf, aku harus kembali ke rumah. Aku sudah salah mengambil langkah semalam dan sore ini, aku minta maaf." Noah pergi begitu saja setelah dia mengatakan hal yang tidak ingin Gilsha dengar. Gilsha melengkungkan senyuman, menertawakan dirinya sendiri karena sudah berbuat sejauh ini dan Noah tetap tidak tergoda olehnya.Ya, benar dia memang sengaja jatuh kedalam kolam untuk menggoda Noah menyentuh tubuhnya, dia tidak perduli jika akan dikatakan menginginkan suami orang. Memang itulah kenyataannya dan dia tidak akan berhenti sebelum Noah jatuh kedalam pelukannya. Noah memang seharusnya milik dia, buktinya pria it
Pandangan mata Wilya yang terlihat tenang itu, seperti menusuk Noah. Untung saja pandangan mata Wilya beralih saat ada dering telpon rumah. Wilya berjalan mendekati tempat telpon rumah yang juga terhubung ke telpon yang ada didalam kamar mereka. "Halo," jawab Wilya sementara Noah mengambil napas dalam-dalam. Ternyata telpon itu berasal dari Mamanya, saat ini Wilya sedang tersenyum lebar dan berbicara panjang lebar dengan Mamanya. Salah satu alasan Noah menikahi Wilya dan tidak mencari Gilsha adalah wanita yang sudah melahirkannya itu. Seruni tidak menyukai pekerjaan Gilsha, dan Noah juga saat itu tengah dibakar api cemburu melihat banyaknya Pria yang dekat dengan Gislah juga sering dia mendengar berita kalau Gilsha memiliki seorang kekasih.Selama Wilya dan Mamanya berbicara panjang lebar, Noah memilih untuk pergi ke ruang kerjanya yang berada di lantai bawah rumah. Hari yang sudah malam membuat keadaan rumah itu terasa sepi. Baru Noah duduk di kursi kerja, bunyi dari benda hitam dal
Dalam suatu hubungan akan ada yang namanya jenuh, merasa bosan, tetapi mencoba untuk tetap bersikap seperti biasanya. Hal ini juga yang tiga bulan ini Noah rasakan sebenarnya, Wilya tidak pernah ada salah dalam keadaan serta situasi itu, hanya Noah saja yang paham apa yang sedang terjadi kepadanya. Hingga ketika dia kembali bertemu dengan Gilsha, hatinya kembali merasakan ada yang ingin dia dapatkan, kemudian tersadar lagi jika keadaan tidak sepantasnya membuat dia bersama dengan wanita itu.Puncaknya saat sisi brengsek dalam diri Noah semalam terus memikirkan isi pesan Gilsha, wanita yang sempat ingin ia miliki. Wanita yang memenuhi kriteria seorang pendamping untuknya, yang menurutnya sempurna baik fisik dan karakternya. "Apa yang kamu lakukan Noah? akan banyak yang melihat hal ini, dan aku tidak mau sampai ini jadi bahan berita yang di konsumsi publik.""Apa kamu malu jika ketahuan dekat denganku?" tanya Noah masih belum sadar dengan apa yang dia ucapkan. Gilsha menyunggingkan seny
Noah tahu dia sudah melanggar alur yang harus dia pertahankan, nyatanya wanita dari masa lalunya yang bernama Gilsha Alyne ini masih terus membuat jantungnya berdegup kencang dan selalu membuatnya bersemangat ketika mereka bersama. Wilya, di dalam hatinya dia mengucapkan beribu maaf untuk wanita yang mungkin saat ini menunggu dia pulang.Ya, setelah pagutan kerinduan yang Noah lakukan dengan Gilsha siang tadi, Noah mengatakan keinginan gilanya kepada Gilsha. "Aku ingin terus merasakan kebahagiaan seperti dulu saat bersamamu," katanya siang itu kepada Gilsha. Wanita yang menjadi cinta pertama Noah itu tidak menjawab, hanya sebuah senyum manis yang dia berikan. Kemudian Noah mengantarkan Gilsha kembali ke rumahnya, sore menjelang malam Noah masih betah melihat semua kegiatan Gilsha di rumah itu. Gilsha memang memiliki janji temu dengan tim yang akan membuatkan kostum untuk judul film yang akan dia mainkan, setelah itu Gilsha masih harus berolahraga ringan di halaman belakang rumahnya un
Pov WilyaAku yang merasa tidak enak badan, seharian ini memang hanya bergulung dalam selimut di tepat tidur. Sehingga meski suamiku belum pulang, aku tetap menunggunya sambil berbaring di atas tempat tidur yang biasa kami pakai untuk beristirahat dari rutinitas kehidupan ini.Belakangan ini aku merasa ada yang tidak wajar dengan Noah, karena kebiasaannya pulang tepat waktu ke rumah sudah berubah. Aku ingin bertanya, tapi aku tahu Noah tidak suka kalau aku bertanya yang menyinggungnya. Aku jadi serba salah, apalagi tadi sudah bertanya kepada Aldi.Deru mesin mobil membuat hati ini lebih tenang, meski air mata ingin jatuh begitu saja. Aku memaksa kaki ini terulur menyentuh lantai, hanya diam di depan pintu kamar menanti suami yang jam satu pagi baru kembali.Ketika pintu terbuka, aku menatapnya dengan perasaan tidak berdaya. Sementara dia tersenyum seperti sangat menyesal. "Maaf, aku terlambat pulang. Ponselku juga kehabisan daya," katanya kemudian memeluk tubuhku. Aku tidak tahu harus
"Aku tahu kamu berpikir apa yang aku dan Gilsha lakukan ini salah, dan aku tidak akan membela diri karena itu. Jika kamu bisa aku ajak bekerjasama dengan semua ini, aku akan menaikkan gaji dan tidak akan memecat mu, tapi jika kau tidak ingin menolongku maka kebalikannya.""Pak maaf, bagaimana dengan Bu Wilya?""Aku belum tahu, jika aku yakin ingin melanjutkan hubungan dengan Gilsha aku akan memberitahu Wilya secepatnya."Aldi dengan berat hati mengangguk, dia tidak setuju dengan apa yang Noah lakukan, tapi dia tidak bisa berhenti bekerja. Ada istri dan juga kedua orang tuanya yang bergantung hidup kepadanya, belum lagi dua adik perempuannya."Baiklah kalau begitu, kau bisa pulang hari ini dan besok akan aku hubungi. Ingat yang aku katakan, jika Wilya bertanya maka beritahu kalau kita ke luar kota mendadak." Noah pergi setelah mengatakan hal itu, tersenyum lebar karena rencananya berjalan sesuai yang dia inginkan."Kamu kenapa lama sekali?" tanya Gilsha yang sudah berada di parkiran mo
Lokasi tempat syuting sangat ramai, Gilsha sedang duduk di kursi santai karena bagian dirinya baru saja selesai. Tiga jam dia bekerja, dan sutradara akhirnya puas dengan semua adegan hari itu. Sebelum ke lokasi syuting, Gilsha sudah mengantarkan Noah ke sebuah Vila yang jaraknya berada di dataran yang lebih tinggi, dibandingkan dengan lokasi syuting dirinya.Asisten baru Gilsha, yang bernama Rini membawakan dia air putih sesuai yang Gilsha pinta. "Terima kasih," kata Gilsha seraya tersenyum. "Lina sudah datang?" tanya Gilsha kepada Rini."Belum mbak Gil, dia tadi katanya akan langsung ke Jakarta kalau sudah selesai mengurus kontrak yang akan datang untuk Mbak Gilsha." Mendengar itu Gilsha mengangguk, dia berharap pekerjaan akan terus datang kepadanya.Sutradara mendekati kursi tempat Gilsha beristirahat bersama satu orang aktor, yang menjadi lawan main Gilsha. Mereka mengajak Gilsha untuk pergi minum melepas lelah, tapi dengan sangat sopan Gilsha menolaknya. Alasannya dia sangat lelah
Dua minggu berlalu...Wilya sibuk melihat pakaian apa yang akan dia kenakan di acara ulang tahun perusahaan Noah malam ini, dia tersenyum bahagia karena Noah memintanya untuk mendampingi bukan Gilsha. Wanita yang menjadi madunya itu belakangan jarang terlihat, cerita Noah karena Gilsha sibuk dengan kegiatan artis yang wanita itu miliki. Wilya tidak perduli, yang terpenting Noah selalu kembali ke rumah dan tidur dengannya. Wilya berharap agar dia segera hamil, supaya Noah lebih mementingkannya daripada Gilsha si pelakor itu.Disaat Wilya sibuk memilih gaunnya, Gilsha sedang melakukan pemotretan untuk sampul majalah. Noah juga ada disana menunggunya, sudah dua minggu ini Gilsha jarang kembali ke rumah. Jika pulang juga larut malam, hanya pesan yang Gilsha kirimkan kepada Noah, memberitahu apa saja kegiatannya dan juga mengingatkan Noah untuk makan. Namun, setiap pesan Noah tidak wanita itu balas, bahkan pintu kamar Gilsha selalu terkunci sehingga Noah tidak dapat untuk masuk.Noah tahu
Dari balik pintu kamar Noah dan Wilya, dia mendengarkan semuanya. Isak tangis Wilya, dan juga permintaan maaf Noah. "Apa yang kau inginkan lagi dariku Noah? kenapa kau ingin aku bertahan menjadi istrimu sementara kau mengatakan mencintai wanita itu?""Aku menyayangi mu Wilya, aku mencintai Gilsha itu benar. Namun, setelah dua tahun ini aku bersama denganmu aku juga menyayangimu, aku tidak bisa melepaskanmu. Lagi pula aku sudah setuju untuk tidak mencatatkan pernikahan kami, apa lagi yang kau mau? bukankah itu syaratmu agar kau menyetujui pernikahanku dengannya?" Mendengar hal itu Noah ucapkan Gilsha berang, dia melangkahkan kaki untuk masuk menuju kamarnya sendiri. Di sana ia berusaha menahan tangisnya, Noah setuju tidak mencatatkan pernikahan mereka? apa maksudnya semua ini. Apakah Noah akan membuat dia seperti istri simpanan begitu?Tubuh Gilsha bergetar hebat, dia tidak terima jika harus diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun dia adalah wanita yang Noah cintai, Wilya tidak bisa mem
Teriknya panas Kota Jakarta tidak membuat Wilya gerah menunggu kedatangan Riska di warung soto betawi yang terkenal di daerah jalan menuju pantai Ancol. Wilya memang sengaja memilih tempat itu, selain dia suka masakannya tempat itu juga sangat nyaman untuk Wilya. Dulu dia dan Riska sering ke warung soto ini untuk sekedar beristirahat setelah pulang kuliah."Wil maaf, tadi aku harus ketemu sama klien dulu.""Iya aku ngerti kok," jawab Wilya tersenyum. Riska langsung menatap sendu wajah Wilya, dia tahu sahabatnya ini baru saja menangis atau mungkin sudah dari kemarin Wilya menangis."Wil, ada apa? kamu sama Noah baik-baik aja kan?" tanya Riska langsung, hal itu membuat Wila menarik napas berat. Dia mencoba tenang dan tidak lagi menumpahkan air mata ditempat umum seperti ini. Dengan berkaca-kaca Wilya menyuruh Riska untuk memesan makan serta minuman lebih dulu. Riska benar-benar cemas melihat Wilya, dia tahu ada yang sangat berat menimpa sahabatnya.Sambil makan Wilya menceritakan apa ya
Gilsha sudah bangun pagi-pagi sekali seperti biasa, bedanya bagi dia saat ini ia berada di rumah Noah. Gilsha turun ke bawah masih gelap, dia kemudian menghidupkan lampu. Mencari dimana sapu dan alat kebersihan lainnya, mungkin apa yang dia lakukan itu membuat pelayan dirumah tersebut bangun. Dia melihat wanita yang sudah tidak lagi muda itu."Maaf, anda siapa?""Saya Gilsha Bu, saya istri baru Noah." Wanita itu melihat penampilannya, tapi Gilsha tidak menghiraukan. "Bu letak peralatan kebersihan ada dimana ya," kata Gilsha hingga pelayan itu terkejut."Biar saja saya yang kerjakan Nyonya.""Aduh tidak perlu Bu, saya bosan dan memang biasa olahraga lagi saya itu bersih-bersih rumah. Nanti juga kasih tau saya letak peralatan masak ya, Ibu tidur aja lagi. Kalau sudah Mbak Wilya bangun, akan saya bangunkan." "Jangan begitu Nyonya.""Aduh...jangan panggil Nyonya. Panggil saya Gilsha saja, atau Nak Gilsha. Dan saya beri perintah untuk tidak mengganggu saya pagi ini juga selanjutnya, setel
Cinta memang tidak salahHanya waktu dan tempatnya yang terkadang menjadikannya salah salah****Selama tiga hari Wilya menata hati dan pikirannya, dia mencoba menerima segala yang terjadi. Rumah tangga yang dia kira sempurna, ternyata hanya awalan saja. Wilya belum bercerita kepada siapapun mengenai semua ini, dia memendam kecewa itu seorang diri.Hari ke–empat, dia mulai kembali beraktivitas seperti dulu, yang berbeda hanyalah gairah dalam menjalani kesehariannya. Noah belum pulang selama empat hari itu, tidak juga menelpon menanyakan kabarnya. Wilya tidak berharap, pasti pria itu sedang menikmati hari-hari yang indah bersama istri barunya.Kehidupan sunyi Wilya itu berakhir tepat satu minggu, karena di hari sabtu malam Noah kembali ke rumah dengan membawa Gilsha. Rasanya Wilya ingin membakar wajah wanita yang suaminya bawa itu. Dia hanya diam menatap Noah dan Gilsha yang sudah masuk ke ruang tamu rumah mereka. "Wilya aku sudah meminta Gilsha untuk tinggal di rumah ini. Aku harap ka
Pantai Kuta, Bali 1997.Gilsha menikmati deburan ombak yang menyapa telapak kakinya. Keinginan ingin bermain air disana ia urungkan karena di hatinya yang sedang menunggu seseorang. Dua hari yang lalu dia menunggu Noah untuk datang ke rumah orang tuanya di Bali, tapi pria itu tak kunjung datang. Mungkin Noah lebih memilih Wilya, istrinya yang sudah menemani pria itu selama dua tahun ini.Hati Gilsha sesak jika mengingat kegilaan yang ia lakukan, tapi sungguh Gilsha tidak menyesalinya. Suasana hati yang buruk itu berubah ketika menyadari ada tangan seseorang yang melingkar di pinggangnya, dia memejamkan mata saat pipinya di kecup dengan sangat lembut. "Maaf aku terlambat datang, tapi setelah ini aku tidak akan pernah membuatmu menunggu terlalu lama lagi Gilsha." Mendengar itu, jiwanya yang tadi mulai layu kembali mekar dan berbunga-bunga.Dia memutar tubuhnya, wajah tampan Noah Oliver dengan rahang yang di tumbuhi bulu-bulu halus itu di sentuh Gilsha. Pria di hadapannya ini nyata, dan
Lina menarik lengan Gilsha, menatap tajam netra coklat terang yang wanita itu miliki. "Apa kau gila? Kau menarik lenganku sangat kuat.""Kau yang sudah gila! Kau merebut suami orang? Kau selama ini sengaja menggodanya bukan?" Gilsha diam saja, kepalanya terasa mau pecah saat ini. "Gilsha jika kau melanjutkan hubungan dengan Noah karir mu akan hancur, berita mengenai kau merebut suami orang akan mencuat dimana-mana.""AKU TIDAK PERDULI!" teriak Gilsha dengan napas yang memburu "Selama ini juga mereka semua tidak pernah perduli apa yang aku alami, dan apa yang aku rasakan. Aku hanya ingin kebahagiaan dengan orang yang mencintaiku dan aku juga mencintainya, kau tahu bukan perasaan yang aku rasakan ini sudah sejak awal. Lagi pula aku tidak tahu apakah Noah akan benar-benar menikahi ku atau tidak."Lina menggelengkan kepala mendengarnya, dia tahu Gilsha berusaha sangat kuat bertahan dengan semua yang ia hadapi ketika merintis perjalanan menjadi seorang bintang. Apalagi Dika, pria yang tida
Satu Minggu berlalu...Lina dan bagian promosi sedang berdiskusi dengan Noah di ruangannya. Beberapa foto Gilsha yang menawan dapat Noah lihat. Wanita itu memang sungguh cantik, Gilsha juga dia dengar baru saja melakukan kegiatan amal untuk membantu anak-anak jalanan dan juga yatim piatu. Hal itu dia baca dari majalah berita yang khusus meliput kehidupan artis-artis ternama."Gilsha tidak ikut denganmu?" tanya Noah sambil menandatangi cek pencairan gaji Gilsha."Tidak, dia dirumah. Dia tidak bisa ikut kesini, semalam Dika datang." Lina sengaja memberitahukan hal itu kepada Noah, jelas wajah Noah terlihat gusar. Dia mengerti maksud dari ucapan Lina.Setelah semua urusan selesai, Noah langsung berlari menuju mobilnya. Dia ingin pergi ke rumah Gilsha, melihat apakah wanita itu baik-baik saja. Wilya ada disana, dia meminta supir taksi membuntuti kemana Noah pergi. Arah yang Noah tuju sudah jelas, satu Minggu Noah memberikan kesan kalau rumah tangga mereka baik-baik saja seperti dulu. Namu
Malam tiba, Wilya tidak habis pikir karena Noah belum juga kembali ke rumah. Dia dengan hati yang terluka menanti kedatangan suaminya. Tepat pukul dua belas malam, deru mesin mobil Noah memasuki pekarangan rumah. Wilya memilih duduk di tempat tidur sambil berpura-pura membaca buku.Pintu kamar terbuka, dia tersenyum menatap Noah. Wajah lelah di perlihatkan Noah untuk Wilya, dia mendekat dan mencium kening Wilya. "Kamu belum tidur?""Belum, aku membaca buku sambil menunggumu.""Maaf karena semalam aku tidak bisa pulang." Wilya hanya mengangguk melihat Noah sudah masuk ke dalam kamar mandi. Tak berapa lama, dia sudah keluar dengan piyama tidur. Wilya meletakkan bukunya, mencoba memeluk Noah. Dia bahkan sudah menggunakan piyama yang menurutnya seksi dimata suaminya ini. Sayang sekali Noah tidak tertarik melihatnya."Sayang kamu tidak merindukanku?" tanya Wilya manja, dia mencoba mencium Noah dan pria itu membalasnya."Aku rindu, tapi sekarang aku lelah. Kita tidur saja ya," kata Noah men