Yudhi sampai di rumah selepas magrib. Padahal kecepatan mobil yang ia kendarai stabil diatas 100 km/jam, berharap bisa sampai sebelum magrib supaya bisa memimpin shalat jamaah bersama Tiara. Tapi, kenyataan di perjalanan tadi ada seorang ibu-ibu pengemis diserempet motor, jadilah ia mengulur waktu demi jiwa sosialnya. Membantu hingga membawa wanita tua itu ke rumah sakit.Masih terngiang di telinga Yudhi bagaimana wanita itu melepas kepergiannya, "di sisi Allah, satu kebaikan akan dibalas dengan 10 kebaikan lain. Terima kasih kamu sudah menolong Nenek. Semoga Allah senantiasa memberimu kemudahan, Anakku."Yudhi memejamkan mata, menghapus kenangan sesaat pada wanita tua yang tadi ia selamatkan. Kini netranya menatap buket bunga juga cokelat yang ada di tangan. Seulas senyum terkembang pada wajahnya. Ia sudah memimpikan malam ini jauh-jauh hari. Harapan sempurna sudah, Allah telah mengabulkan doa yang ia panjatkan tiap saat."Terima kasih, Allah ...."*Beberapa kali pintu rumah suda
Sentuhan pada jemari Tiara menyadarkan wanita itu dari pikiran akan pertanyaan sang suami."Kok melamun, Dik?"Tiara bergeming sejenak, lalu mulai mencerna pertanyaan tadi melalui kacamatanya."Kalau Tiara nggak mengijinkan?""Kalau Adik yang melarang, Mas mau bilang apalagi. Dengan senang hati Mas akan menolak," jawabnya tenang meski Tiara tahu lelaki itu terlihat sedikit kecewa dengan keinginannya."Bagaimana jika Tiara ikut bekerja Mas, Tiara 'kan punya ijazah sarjana yang bisa dipakai buat ngelamar pekerjaan?"Yudhi terhenyak, ia kembali menggenggam jemari wanita itu."Jangan ya, Dik. Adik 'kan sedang hamil, untuk sementara fokus dulu pada kehamilan Adik, ya Sayang."Tiara melempar senyum, jika Yudhi dengan ikhlas hati mau menuruti keinginannya, maka iapun akan dengan senang hati mengikuti apapun keinginan lelaki itu. Bukankah cinta itu timbal balik, sebatas itu tidak menyakiti dan saling mengangkat derajat, Tiara akan ikhlas menerima. Sekalipun seumur hidup barangkali ijazahnya h
Jantung Tiara mulai tak karuan saat melihat Maya memasuki kantor utama penyiaran. Selama ini, selama usaha donat digelutinya, ia memang kerap berkomunikasi dengan wanita itu. Beruntung karena Maya tak seperti yang diawal Tiara pikirkan, wanita itu berbuat baik tulus tanpa sedikitpun terlihat mencari perhatian pada Yudhi. Maya bahkan tak pernah sekalipun menemui langsung Tiara jika sedang berada di rumah, untuk alasan apapun. Setiap kali ia punya keperluan untuk urusan pemesanan donat, Maya selalu meminta Tiara agar mengunjungi tokonya. Tapi kenyataan yang dilihat Tiara saat ini, membuat jiwa seolah ingin memungkiri segala kebaikan Maya selama ini.Tiara terdiam sejenak, pikiran buruk itu semakin menjadi. Dia bahkan mulai berpikir bahwa parfum bernominalkan dollar tadi adalah pemberian Maya pada suaminya.Digeleng kepala beberapa kali."Mbak Maya nggak mungkin begitu."Ia sudah membuang pikiran busuk itu sejak lama. Kembali meyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya hari ini, mungkin
'Allah, sebegini burukkah akibat yang timbul dari perceraian kami? Aku harus bagaimana?'***"Nyonya besar sangat marah, dan terus mengutuk--"Ucapan Mbok Asih terpenggal, mata setengah renta wanita itu menatap Tiara lamat. Ada rasa tak tega untuk berterus terang, takut wanita di hadapannya semakin merasa bersalah."Sebaiknya tidak saya lanjutkan, Nak.""Tidak apa-apa, Mbok. In Syaa Allah saya kuat."Terdengar helaan napas berat. Meski berat, Mbok Asih mencoba untuk menyampaikan semua dengan benar."Baiklah anakku. Nyonya besar terus mengutuk Nak Tiara karena beliau menganggap Anaklah yang sudah menjadi penyebab semua kekacauan dalam hidup Tuan.""Astaghfirullah," lirih Tiara dengan suara bergetar.Yudhi mengeratkan pegangan pada bahu sang istri yang tampak terguncang."Lanjut saja, Mbok," pinta Tiara dengan air mata yang kembali memenuhi pelupuk."Keesokan harinya, Nyonya membawa seorang gadis cantik ke rumah itu. Saya pikir bakal jadi pengasuh Wira, ternyata hari itu juga Tuan dinik
Surat gugatan ceraiKepada Yang Terhormat Kepala Pengadilan Agama ...Perihal cerai gugatAssalamualaikum warahmatullahi WabarakatuhYang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Tiara KanayaUmur : 32 tahunPekerjaan : Ibu Rumah TanggaTempat/tanggal lahir : Jakarta/15 Juli 1988Kewarganegaraan : IndonesiaTersebut sebagai penggugat melawan :Nama : Wira PrangestuUmur : 35 tahunPekerjaan : PengusahaTempat/tanggal lahir : Bandung/ 15 April 1985Kewarganegaraan : Indonesia.Disebut sebagai tergugat.Dengan ini mengajukan gugatan perceraian dengan alasan sebagai berikut. Bahwa benar penggugat berstatus istri dari Wira Prangestu yang melangsungkan pernikahan pada tanggal 10 Januari 2015 dan tercatat pada kantor urusan agama dengan nomor registrasi ...Bahwa setelah pernikahan tersebut, saya sering menerima perlakuan kasar dari sang tergugat. Meski begitu, demi keutuhan rumah tangga juga menyikapi kehamilan yang terjadi ditahun pertama pernikahan, saya mencoba untuk berdamai dengan diri
Dokter spesialis kandungan yang usianya sekitar empat puluh tahunan, tampak melakukan beberapa pemeriksaan umum pada Tiara. Baru setelah itu ia letakkan sebuah transduser di atas perut bagian bawah untuk mengecek status kehamilan istri dari Yudhi tersebut."Sabar ya Mbak.""Keguguran, Dok?"Dokter itu mengangguk."Tapi masih belum keluar sepenuhnya. Nanti akan saya berikan obat agar sisanya bisa keluar tanpa harus dikuret."Kenyataan yang disampaikan dokter tersebut bagai petir yang menyambar tubuh Tiara. Ia merasa begitu kecewa pada dirinya sendiri. Menganggap bahwa keguguran ini terjadi karena kesalahannya yang tak bisa menjaga dengan baik titipan Allah tersebut.Sedang di sisi Tiara, Yudhi terlihat lebih terpukul. Ini adalah kehamilan yang sangat diharapkannya bisa mewujudkan keinginan untuk memiliki seorang anak di pernikahan yang kedua itu. Tapi kenyataan, janin yang dikandung Tiara tidak dapat diselamatkan."Apakah tidak bisa dipertahankan lagi, Dokter?" tanyanya pasrah."Seanda
Yudhi mendekatkan langkah hingga mencapai pintu, lalu sesaat matanya langsung terlempar pada dua bola mata sayu milik Maya. Sejenak bertatapan, Maya yang terlihat sedang memegang sebuah kota perhiasan, buru-buru mengembalikan kotak itu pada lelaki yang ada di hadapannya."Mas Yudhi."Yudhi melempar senyum kemudian langsung membalikkan badan. Merasa tak ingin mengganggu acara istimewa yang tengah dilalui Maya.Tapi siapa tahu jika ternyata, wanita itu meninggalkan segalanya demi mengejar Yudhi."Mas Yudhi."Seketika langkah lelaki itu terhenti, benar-benar tak menyangka jika Maya meninggalkan lelaki yang sedang melamar demi mengejar pelanggan sepertinya yang hanya punya tujuan untuk membeli kue."Maya? Eh, kok kemari? Bukannya di dalam--""Ah, di dalam nggak ada apa-apa, Mas.""Lho, tapi tadi Yanti bilang lagi ada acara lamaran?""Oh itu, em iya. Tapi Maya nggak suka Mas, sama yang melamar itu."Yudhi tampak mengernyitkan dahi. Matanya dialihkan pada sosok yang tadi melamar Maya, tapi
"Tidak di sini, Mas.""Sebentar aja, May. Mas cuma mau menclear-""Sudah cukup Mas, harusnya saya nggak perlu jujur. Sebab saya tahu perasaan saya ini salah. Mencintai lelaki yang sudah beristri, sungguh rasa yang tidak bermartabat."Suara Maya terdengar lantang, sekuat tenaga ia mengusir bulir-bulir bening yang sedari tadi mendesak keluar. Ia tak ingin terlihat lemah di depan siapapun. Sedang di hadapannya, Yudhi begitu bingung harus bagaimana mengambil sikap."Em, kamu tahu May, cinta itu akan membawa kebahagian jika jatuh pada orang yang tepat."Maya menyotot tatapan Yudhi dengan pandangan tajam."Cintamu untuk Mas, apa membuatmu bahagia, May?"Maya bergeming sambil melempar pandang ke arah lain."Coba kamu resapi, May. Mas tidak meminta pun melarangmu untuk mencintai Mas, karena itu hak kamu sepenuhnya. Tapi jujur May, Mas tidak bisa membalasnya, sebab cinta yang Mas punya, sudah ada yang memiliki."Serasa ada yang menghunus jantung wanita itu, sakit yang dirasa membuatnya sulit m
Februari 2019Tak terasa, semua berlalu begitu cepat. Kini, Danu yang dahulu masih balita telah menjelma menjadi seorang remaja muslim yang gagah. Dialah putra kebanggaan Tiara. Keshalihannya mampu menjaga pemuda itu dari buruk pengaruh globalisasi dunia. Dia berprestasi dalam bidang akademik maupun agama. Danu terlihat sangat rapi. Seragam bermotif kotak-kotak berwarna biru kini melekat di tubuhnya. Ia terdaftar sebagai salah satu siswa pada sekolah bertaraf Internasional di Jakarta Barat. Dan hari ini adalah hari pertama Danu menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama tersebut.Sudah beberapa kali semenjak semalam, ia menghubungi papanya untuk ikut mengantar. Tapi tak satu kali pun panggilan darinya dijawab."Ma, Papa kok dari semalam di telpon nggak angkat terus ponselnya?" keluh Danu sambil merapikan semua bukunya ke dalam tas. Mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah."Mungkin Papa lagi ada kegiatan, Nak. Yasudah langsung masuk nggih. Nanti Mama jemput, kamu jangan keman
[Assalamualaikum Tiara.]Jantung Tiara terasa berdegup kencang mendapati ibu mertua kini tengah menelponnya. Tak seperti biasa suara wanita itu tegas dan menusuk, kini suaranya terdengar serak dan lemah.[Waalaikum salam, Ma, Mama sehat?][Iya. Tolong bawa Danu ke rumah, Mama mau ketemu Danu.]Tiara meraba sejebak perasaan hati, memang jelas ia rasa wanita itu enggan berbicara banyak. Tapi mau menelpon saja mengungkapkan rindu pada cucunya, itu sudah cukup buat Tiara.[Baik, Ma. In Syaa Allah besok kami kesana][Terima kasih Tiara. Assalamualaikum.][Waalaikum salam, Ma.]Setelah menutup telpon, Tiara melempar pandangan pada Yudhi. Dua perasaan kini melingkupi batinnya, bahagia sekaligus takut. Bahagia sebab setelah sekian lama, wanita yang membencinya karena perceraian dengan Wira, tanpa disangka kini menelpon dan tidak untuk berdebat. Namun ketakutan jua menjadi alasan tatkala mengingat andai saja ini hanya siasat untuk kembali memiliki Danu."Ada apa, Dik?"Pertanyaan Yudhi membuya
Kedua alis Tiara tampak berkerut. Ia ingin menolak keinginan Mas Eko untuk menggelar resepsi bersama. Mengingat bagaimana kedudukan suaminya di hati Maya. namun merasa tak enak pada lelaki itu. Akhirnya, Tiara memilih diam sejenak, membuat Yudhi mengerti jika sang istri tak setuju dengan kemauan bosnya."Sepertinya bukan ide bagus Mas. Takutnya malah Maya merasa Mas terlalu mendesaknya. Menurut saya, Mas Eko biarkan Maya berpikir tentang semua ini. saya yakin jika dia memang jodoh Mas Eko, pasti akan bersatu dalam ikatan pernikahan. Sebaliknya, jika terlalu dipaksa, malah ditakutkan nanti akan berakibat buruk di kemudian hari Mas."Ucapan Yudhi ditelaah dengan baik oleh Eko. Ia memang tak pandai perihal cinta apalagi urusan hati. Dahulu pernah menikah, tapi karena terlampau cuek, si istri malah dibawa kabur orang lain. Kini ia tidak ingin hal itu terulang kembali. Ia akan menjaga Maya sebaik-baiknya penjagaan.Eko mendesah panjang. Jatuh cinta pada Maya membuatnya tersakiti, tapi untu
Setelah menyiapkan semua perlengkapan berliburan, hari itu juga mereka meneruskan perjalanan menuju Bogor. Pancaran kebahagiaan tak dapat ditutupi dari raut wajah keduanya. Setelah sekian lama, meski hari-hari dipenuhi kebahagiaan, namun sebelum resmi secara hukum negara, tetap saja terasa ada sebuah beban berat yang menimpa diri. Tapi hari ini, beban itu seperti terangkat sudah.Tepat pukul lima sore mereka sampai di rumah ibu mertua. Sambutan hangat mengantarkan Danu ke pangkuan sang nenek. Wanita paruh baya yang selama ini belum pernah menggendong seorang cucu, begitu bahagia dengan kehadiran Danu meski bukan terlahir membawa genetik anaknya.Danu dimanja, disayang, ia terlihat begitu bahagia. Rasa percaya diri semakin besar terbangun terlebih setelah penerimaan yang baik dari keluarga ayah sambungnya.Tiara yang menyaksikan tak henti mengucap syukur. Tak ada yang lebih membahagiakan selain yang ia rasakan kini.*Malam hari tanpa mengukur waktu, mereka mengajak Danu untuk mengunju
Tiara melirik jam yang bertengger di dinding, sudah hampir magrib, tapi dua orang yang begitu ia cintai belum jua sampai ke rumah, Yudhi juga Danu. "Kemana mereka?"Saat hendak mengambil gawai untuk menghubungi sang suami, dari luar rumah terdengar ketukan pintu. Tiara urungkan keinginan itu untuk kemudian berjalan mengecek siapa yang lebih dahulu sampai ke rumah."Mas Yudhi?"Sang suami terlihat berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan disembunyikan ke belakang."Assalamualaikum, Sayang," ucapnya sambil mengarahkan sebuah buket bunga pada Tiara. Seketika netra sang istri berbinar bahagia."Waalaikumsalam," jawab Tiara sambil meraih bunga pemberian Yudhi lalu dia memeluk sang suami penuh cinta."Mas kenapa kok tiba-tiba ngasih bunga?""Nggak kenapa-kenapa, lagi pengen bahagiain istri Mas aja.""Benar?"Tiara semakin mengeratkan pelukan. Namun mendadak kedua tangannya terlepas, saat netra wanita itu berhasil menangkap sosok lain di belakang Yudhi."Mas Wira."Mendengar nama Wira t
[Mas, bisa ketemuan nggak?]'Maya, kenapa tiba-tiba dia minta ketemuan?'[Ada apa, May?][Ada yang mau saya bicarakan, Mas.]Yudhi tampak berpikir sejenak. Belum sempat mengetik balasan, pesan dari Maya kembali masuk.[Di kantor aja Mas, sekalian ada beberapa hal yang mau saya beresi bersama Evi.][Oke siap.]Yudhi menutup chat lalu kembali menerawang langit-langit seraya memikirkan masalah apa yang kiranya akan disampaikan Maya. Ah, tak jua mampu mendapat jawaban, akhirnya Yudhi menulis sesuatu pada sebuah undangan. Hanya berselang beberapa menit, Maya terlihat sampai di kantor."Silahkan masuk, May."Wanita itu memasuki ruangan Yudhi sambil melempar senyuman. Kelihatan begitu menawan, Yudhi sampai terlihat menarik napas."Maaf Mas Yudhi menganggu waktunya.""Ah, tidak mengganggu kok. Saya lagi bebas dari kerjaan. Em, sebenarnya ada masalah apa ne, kayaknya serius sekali."Maya terlihat gugup. Sekian lama tidak menatap sosok yang begitu ia cintai itu, walau nyata perasaannya sudah d
Tiara terlihat begitu gugup, kedua jemarinya saling meremas. Hari ini menjadi hari terakhir sidang perceraiannya dengan Wira. Meski sudah tahu apa yang akan diputuskan nanti di pengadilan, namun kegugupan itu tak mampu menyingkir dari jiwanya.Saat nomor register perkaranya di panggil, Tiara yang ditemani ibu mertua juga adik ipar segera memasuki ruangan persidangan. Yudhi yang meminta agar sang ibu menemani istrinya pada persidangan hari ini, sebab mereka telah sepakat untuk tidak membawa Danu dalam ruang persidangan.Suara hakim dibarengi ketukan palu terdengar nyaring di telinga semua yang hadir di persidangan."Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syar'i yang berkaitan dengan perkara ini :Mengadili:1. Mengabulkan gugatan penggugat.2. Menjatuhkan talak satu Bain sugra tergugat kepada penggugat.3. ...*"Alhamdulillah ...."Ibunda dan adik ipar Tiara menyerukan tahmid seraya mengusap wajah. Sedang di samping mereka, Tiara pun ikut mengus
"Mas Wira?" Tiara begitu terkejut mendapati mantan suami ada di depan rumahnya. Wajah lelaki itu terlihat lebih pucat dari biasa. Tubuhnya yang dahulu gagah berisi, terlihat lebih kurusan."Mas apa kabar?"Tiara mencoba mencairkan suasana."Beginilah Tiara. Mas sakit," ucapnya lirih.Keduanya kembali diliputi keheningan. Jika ditanya tentang perasaan, Tiara tak pernah menaruh dendam pada mantan suaminya itu. Pun atas segala perlakuan tidak baik yang dialaminya selama pernikahan. Tiara tak pernah merasa sakit hati. Karena buatnya, tiap satu kesalahan tertutupi oleh satu kebaikan lain. Begitulah ia menyikapi hidup, selain memang sifatnya yang tidak mau memperbesar masalah.Pun pernikahan kedua ini, Tiara tak pernah membayangkan akan sedemikian jatuh cinta pada sosok Yudhi. Tiara berpikir, jika bukan karena ide Wira untuk kembali menikah. Saat ini, mungkin dirinya masih sendiri, memilih kembali bekerja, atau merawat Danu seorang diri."Mas mau bicara sama kamu, apa suamimu ada di rumah?
Assalamualaikum Mas WiraApa kabar Mas, Tiara harap Mas selalu dalam lindungan Allah SWT, dan segera diberi kesembuhan atas penyakit yang Mas alami sekarang.Mas, sebelumnya Tiara mau ngucapin terima kasih, karena keikhlasan Mas untuk tidak mempersulit jalannya persidangan. Semoga kebaikan Mas ini, Allah balas dengan seribu kebaikan lain.Sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan Mas Wira, saya sadari bahwa diri ini membawa banyak kekurangan dan kesalahan. Maka sebab itu, ijinkan Tiara menyampaikan permintaan maaf yang terdalam dari hati Tiara, jika selama kita berumah tangga, banyak kekurangan dan kesalahan yang sebabnya berasal dari Tiara sendiri.Mas, percayalah, bahwa dari cobaan yang kita hadapi kini. Kita harus sama-sama yakin, bahwa Allah sudah menyimpan rahasia besar untuk kita ambil hikmah bersama. Bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan pada hamba-Nya, tanpa ada jalan keluar terbaik sebagai penawar. Kita sebagai manusia hanya harus pandai mencermati dengan