Februari 2019Tak terasa, semua berlalu begitu cepat. Kini, Danu yang dahulu masih balita telah menjelma menjadi seorang remaja muslim yang gagah. Dialah putra kebanggaan Tiara. Keshalihannya mampu menjaga pemuda itu dari buruk pengaruh globalisasi dunia. Dia berprestasi dalam bidang akademik maupun agama. Danu terlihat sangat rapi. Seragam bermotif kotak-kotak berwarna biru kini melekat di tubuhnya. Ia terdaftar sebagai salah satu siswa pada sekolah bertaraf Internasional di Jakarta Barat. Dan hari ini adalah hari pertama Danu menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama tersebut.Sudah beberapa kali semenjak semalam, ia menghubungi papanya untuk ikut mengantar. Tapi tak satu kali pun panggilan darinya dijawab."Ma, Papa kok dari semalam di telpon nggak angkat terus ponselnya?" keluh Danu sambil merapikan semua bukunya ke dalam tas. Mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah."Mungkin Papa lagi ada kegiatan, Nak. Yasudah langsung masuk nggih. Nanti Mama jemput, kamu jangan keman
"Jangan tidur dengannya lebih dari sekali. Setelah itu mintalah cerai padanya, jika dia tidak mau, bermalas-malaslah kamu sebagai istrinya. Jangan pernah mau melayaninya untuk kedua kali. Ingat aku, Dik. Aku menunggumu di rumah ini, bersama anak kita."***"Assalamualaikum, Dek Naya."Wanita berkebaya pengantin itu tersentak saat mendapati sebuah tangan menyentuh bahunya seraya mengucapkan salam. Lintasan peristiwa yang terjadi seminggu lalu bersama mantan suaminya, terhapus seketika. Nyatanya, kini dia di sini, di kamar pengantinnya bersama seorang lelaki. Lelaki yang baru seminggu lalu ia kenal melalui aplikasi jodoh di handphonenya. Ia tak ingin percaya, bahwa hari ini, lelaki itu sudah mengijab qabul namanya. Sudah sah menjadi suaminya, dan sesaat lagi, seperti permintaan mantan suami, dia harus melayani lelaki itu."Mas Yudhi?""Maaf lama menunggu."Wanita itu menarik napas. Harusnya cinta yang mempersatukan mereka, tetapi tidak.Namanya Tiara Kanaya, janda satu anak yang baru
"Mas ingin kita menunda melakukan hubungan suami istri, Dik. Dua hari buat Mas tidak cukup untuk mengenali siapa kamu, siapa keluargamu, mantan suamimu. Biarlah kita berpacaran dulu sambil saling mengenal, masalah keluar masuk gawang, itu soal sepele. Kalau menurutmu, gimana, Dik?"***Jantung Tiara tak karuan saat mendapati Yudhi memegang ponselnya, didekatkan langkah. Aneh, wajah lelaki itu yang tadi memerah perlahan kembali normal. Yudhi tersenyum sambil mengarahkan ponsel ke arah Tiara."Berapa kode sandinya, Dik? Bolehkan Mas buka?"Tiara merasa lega. Ternyata Yudhi belum membuka ponselnya. Bersyukur ia sudah mengantisipasi dengan memakaikan kata sandi. Jika tak sesiapa bisa mengakses hapenya.Tiara memilih tak langsung menjawab, ia justru berjalan dan memilih duduk di sebelah Yudhi, lalu meraih ponsel yang ada di tangan lelaki itu."123456," sebut Tiara sambil menekan enam angka di layar ponsel. Hanya berselang detik segala fitur hp terpampang jelas di depan mata. Wanita itu t
[Bangun, Mas.]Suara Tiara terdengar lirih di telpon. Sudah menjadi hal yang biasa, setiap pagi Tiara bertugas membangunkan mantan suaminya, meski status sudah tak lagi mahrom.[Iya Sayang, Mas sudah bangun. Gimana semalam, sudah?][Belum, Mas.][Kenapa belum?Terdengar suara Wira sedikit meninggi. Lelaki itu memang cepat naik darah jika kemauannya tak segera dituruti. Itu yang membuat Tiara kadang mengeluh dalam diam. Tapi rasa cinta dan kagum, menutupi semua itu. Ya, Tiara sangat mencintai Wira, juga begitu kagum akan segala yang dimiliki mantan suaminya itu.[Mas Yudhi minta waktu, Mas.][Waktu, untuk apa?][Dia mau mengenal Tiara lebih dekat.][Astaga Tiara, itu cuma taktik dia doank. Dia ingin memiliki hatimu, hingga kau sulit untuk lepas darinya. Mana mungkin manusia normal seranjang sama perempuan nggak bereaksi. Mas nggak percaya!]Tiara terdiam. Wira yang menyadari telah terlanjur meninggikan suara, seketika merasa bersalah.[Yank ...]Tiara tetap bergeming, air mata sudah mu
Pandangan Yudhi tidak lekang dari menatap sang istri yang nampak sibuk mengemas diri. Mulai dari memilih baju, hingga polesan wajah. Seperti akan menghadiri kondangan saja, pikir lelaki itu.Yudhi bahkan harus ekstra menahan diri dari nafsu lelaki yang sudah lama vakum semenjak sang istri telah tiada.Bersyukur ia memilih berpuasa, tanggung jawabnya pada Allah membuat ia lebih sabar dan terkontrol hingga tak cepat tersulut bisikan-bisikan itu.Tiara mengibas-ngibas tangan setelah selesai berdandan."Yuk, Mas," ajaknya semangat.Yudhi meletakkan ponsel, sehabis menerima telpon dari uminya. Mata lelaki itu membelalak lebar."Ada apa, Mas? Bajunya kurang cocok, ya?"Yudhi berdehem menetralisir kecanggungan."Ini terlalu terbuka, Sayang."Yudhi menurunkan jilbab segi empat yang kedua ujungnya dinaikkan ke pundak oleh Tiara. Wanita itu hanya diam tak bereaksi."Bentar ya."Yudhi berjalan menuju lemari, beberapa pakaiannya sudah ditaruh rapi oleh Tiara ke dalam lemari.Dia membuka tas ranse
"Kok diam terus, Dik? Masih rindu, ya?" Yudhi mengawali pembicaraan setelah Tiara mendudukkan tubuh pada kursi mobil. Wanita itu mengangguk. "Baru saya sadari sekarang, Mas, berpisah dari anak sakitnya seratus kali lipat dari ditinggal suami ...."Tangis Tiara tak lagi terbendung. Air mata luruh membasahi wajah. Yudhi segera menepikan mobilnya, lalu ia bawa wanita yang sudah ia cintai dengan segenap jiwa itu dalam dada."Jangan menangis lagi, Dik. Bersabar ya, kita akan berjuang agar Danu bisa bersamamu."Ucapan Yudhi bukan menenangkan wanita itu, tapi lebih membuatnya terluka. Bagaimana rasanya, jika diwaktu bersamaan kamu diwajibkan untuk menjaga dan memenuhi keinginan banyak orang? Sedang tak sepenuhnya yang mereka inginkan sejalan dengan inginmu. Begitupula dengan seorang Tiara. Semua yang terjadi dalam hidupnya, tak semua berjalan sesuai keinginannya.Malam itu, saat pertengkaran dengan Wira terjadi, Tiara tak bermaksud minta cerai. Hanya ingin menggertak agar Wira mengubah ke
Tok ... Tok ..."Assalamualaikum, Dik Tiara."Jantung wanita itu hampir berhenti berdetak, Yudhi muncul mendadak di muka pintu. Gugup, Tiara mematikan sambungan telpon dari Wira, lalu dia memencet tombol non aktifkan. Bagaimanapun gemuruh hatinya memikirkan mantan suami, tapi ia tak ingin menyakiti hati Yudhi."Mas Yudhi," sebut Tiara gelagapan."Apaan itu?"Tiara menggeleng sambil memasukkan ponsel kembali ke dalam tas."Sibuk terus sama hape, coba Mas lihat, siapa yang berkirim pesan terus sama istri Mas," ucap Yudhi setelah duduk di sebelah Tiara. Tangan kanannya ia arahkan ke dalam tas, hendak merogoh ponsel yang disembunyikan Tiara di tempat itu.Dengan cepat Tiara mencegah aksi sang suami. Wanita itu bangkit menuju meja. Meletakkan tasnya di atas tempat tersebut."Siapa yang nelpon, Dik? Kok kayak rahasia gitu?" tanya Yudhi lagi."Bukan siapa-siapa, Mas? Kamar mandinya dimana ya, Mas? Tiara gerah banget nih, pengen mandi?"Wanita itu mencoba mengalihkan perhatian sang suami. Y
"Nduk, kamu tahu kan maksud hukum talak tiga ini untuk apa? Supaya lelaki itu tidak mengobral hak talak yang Allah berikan kepada mereka. Perjuangkanlah hakmu sebagai perempuan Sayang, ada anak yang berhak memilih untuk hidup denganmu. Ada hak waris yang menjadi bagianmu dalam sebuah perceraian. Jika semua kamu biarkan menggantung tanpa putusan sidang, kamu adalah pihak yang dirugikan, Anakku. Wanita memang dilahirkan sebagai yang berada di bawah naungan kaum lelaki, tapi bukan berarti dia harus pasrah menerima ketidak adilan yang berlaku padanya. Sedang agama dan negara telah menjamin kedudukan dan haknya."***"Menikah siri? Tapi kenapa, Yud?"Yudhi terdiam sesaat, tak ada kata instant yang bisa langsung keluar sebagai alasan. Ia tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan sang ibu."Tiara belum sah bercerai dari suaminya, Mi."Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala."Kenapa nggak nunggu sebentar Yud, jika perceraian sudah dilaporkan, tentu tak akan lama prosesnya berjalan. Umi
Februari 2019Tak terasa, semua berlalu begitu cepat. Kini, Danu yang dahulu masih balita telah menjelma menjadi seorang remaja muslim yang gagah. Dialah putra kebanggaan Tiara. Keshalihannya mampu menjaga pemuda itu dari buruk pengaruh globalisasi dunia. Dia berprestasi dalam bidang akademik maupun agama. Danu terlihat sangat rapi. Seragam bermotif kotak-kotak berwarna biru kini melekat di tubuhnya. Ia terdaftar sebagai salah satu siswa pada sekolah bertaraf Internasional di Jakarta Barat. Dan hari ini adalah hari pertama Danu menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama tersebut.Sudah beberapa kali semenjak semalam, ia menghubungi papanya untuk ikut mengantar. Tapi tak satu kali pun panggilan darinya dijawab."Ma, Papa kok dari semalam di telpon nggak angkat terus ponselnya?" keluh Danu sambil merapikan semua bukunya ke dalam tas. Mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah."Mungkin Papa lagi ada kegiatan, Nak. Yasudah langsung masuk nggih. Nanti Mama jemput, kamu jangan keman
[Assalamualaikum Tiara.]Jantung Tiara terasa berdegup kencang mendapati ibu mertua kini tengah menelponnya. Tak seperti biasa suara wanita itu tegas dan menusuk, kini suaranya terdengar serak dan lemah.[Waalaikum salam, Ma, Mama sehat?][Iya. Tolong bawa Danu ke rumah, Mama mau ketemu Danu.]Tiara meraba sejebak perasaan hati, memang jelas ia rasa wanita itu enggan berbicara banyak. Tapi mau menelpon saja mengungkapkan rindu pada cucunya, itu sudah cukup buat Tiara.[Baik, Ma. In Syaa Allah besok kami kesana][Terima kasih Tiara. Assalamualaikum.][Waalaikum salam, Ma.]Setelah menutup telpon, Tiara melempar pandangan pada Yudhi. Dua perasaan kini melingkupi batinnya, bahagia sekaligus takut. Bahagia sebab setelah sekian lama, wanita yang membencinya karena perceraian dengan Wira, tanpa disangka kini menelpon dan tidak untuk berdebat. Namun ketakutan jua menjadi alasan tatkala mengingat andai saja ini hanya siasat untuk kembali memiliki Danu."Ada apa, Dik?"Pertanyaan Yudhi membuya
Kedua alis Tiara tampak berkerut. Ia ingin menolak keinginan Mas Eko untuk menggelar resepsi bersama. Mengingat bagaimana kedudukan suaminya di hati Maya. namun merasa tak enak pada lelaki itu. Akhirnya, Tiara memilih diam sejenak, membuat Yudhi mengerti jika sang istri tak setuju dengan kemauan bosnya."Sepertinya bukan ide bagus Mas. Takutnya malah Maya merasa Mas terlalu mendesaknya. Menurut saya, Mas Eko biarkan Maya berpikir tentang semua ini. saya yakin jika dia memang jodoh Mas Eko, pasti akan bersatu dalam ikatan pernikahan. Sebaliknya, jika terlalu dipaksa, malah ditakutkan nanti akan berakibat buruk di kemudian hari Mas."Ucapan Yudhi ditelaah dengan baik oleh Eko. Ia memang tak pandai perihal cinta apalagi urusan hati. Dahulu pernah menikah, tapi karena terlampau cuek, si istri malah dibawa kabur orang lain. Kini ia tidak ingin hal itu terulang kembali. Ia akan menjaga Maya sebaik-baiknya penjagaan.Eko mendesah panjang. Jatuh cinta pada Maya membuatnya tersakiti, tapi untu
Setelah menyiapkan semua perlengkapan berliburan, hari itu juga mereka meneruskan perjalanan menuju Bogor. Pancaran kebahagiaan tak dapat ditutupi dari raut wajah keduanya. Setelah sekian lama, meski hari-hari dipenuhi kebahagiaan, namun sebelum resmi secara hukum negara, tetap saja terasa ada sebuah beban berat yang menimpa diri. Tapi hari ini, beban itu seperti terangkat sudah.Tepat pukul lima sore mereka sampai di rumah ibu mertua. Sambutan hangat mengantarkan Danu ke pangkuan sang nenek. Wanita paruh baya yang selama ini belum pernah menggendong seorang cucu, begitu bahagia dengan kehadiran Danu meski bukan terlahir membawa genetik anaknya.Danu dimanja, disayang, ia terlihat begitu bahagia. Rasa percaya diri semakin besar terbangun terlebih setelah penerimaan yang baik dari keluarga ayah sambungnya.Tiara yang menyaksikan tak henti mengucap syukur. Tak ada yang lebih membahagiakan selain yang ia rasakan kini.*Malam hari tanpa mengukur waktu, mereka mengajak Danu untuk mengunju
Tiara melirik jam yang bertengger di dinding, sudah hampir magrib, tapi dua orang yang begitu ia cintai belum jua sampai ke rumah, Yudhi juga Danu. "Kemana mereka?"Saat hendak mengambil gawai untuk menghubungi sang suami, dari luar rumah terdengar ketukan pintu. Tiara urungkan keinginan itu untuk kemudian berjalan mengecek siapa yang lebih dahulu sampai ke rumah."Mas Yudhi?"Sang suami terlihat berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan disembunyikan ke belakang."Assalamualaikum, Sayang," ucapnya sambil mengarahkan sebuah buket bunga pada Tiara. Seketika netra sang istri berbinar bahagia."Waalaikumsalam," jawab Tiara sambil meraih bunga pemberian Yudhi lalu dia memeluk sang suami penuh cinta."Mas kenapa kok tiba-tiba ngasih bunga?""Nggak kenapa-kenapa, lagi pengen bahagiain istri Mas aja.""Benar?"Tiara semakin mengeratkan pelukan. Namun mendadak kedua tangannya terlepas, saat netra wanita itu berhasil menangkap sosok lain di belakang Yudhi."Mas Wira."Mendengar nama Wira t
[Mas, bisa ketemuan nggak?]'Maya, kenapa tiba-tiba dia minta ketemuan?'[Ada apa, May?][Ada yang mau saya bicarakan, Mas.]Yudhi tampak berpikir sejenak. Belum sempat mengetik balasan, pesan dari Maya kembali masuk.[Di kantor aja Mas, sekalian ada beberapa hal yang mau saya beresi bersama Evi.][Oke siap.]Yudhi menutup chat lalu kembali menerawang langit-langit seraya memikirkan masalah apa yang kiranya akan disampaikan Maya. Ah, tak jua mampu mendapat jawaban, akhirnya Yudhi menulis sesuatu pada sebuah undangan. Hanya berselang beberapa menit, Maya terlihat sampai di kantor."Silahkan masuk, May."Wanita itu memasuki ruangan Yudhi sambil melempar senyuman. Kelihatan begitu menawan, Yudhi sampai terlihat menarik napas."Maaf Mas Yudhi menganggu waktunya.""Ah, tidak mengganggu kok. Saya lagi bebas dari kerjaan. Em, sebenarnya ada masalah apa ne, kayaknya serius sekali."Maya terlihat gugup. Sekian lama tidak menatap sosok yang begitu ia cintai itu, walau nyata perasaannya sudah d
Tiara terlihat begitu gugup, kedua jemarinya saling meremas. Hari ini menjadi hari terakhir sidang perceraiannya dengan Wira. Meski sudah tahu apa yang akan diputuskan nanti di pengadilan, namun kegugupan itu tak mampu menyingkir dari jiwanya.Saat nomor register perkaranya di panggil, Tiara yang ditemani ibu mertua juga adik ipar segera memasuki ruangan persidangan. Yudhi yang meminta agar sang ibu menemani istrinya pada persidangan hari ini, sebab mereka telah sepakat untuk tidak membawa Danu dalam ruang persidangan.Suara hakim dibarengi ketukan palu terdengar nyaring di telinga semua yang hadir di persidangan."Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syar'i yang berkaitan dengan perkara ini :Mengadili:1. Mengabulkan gugatan penggugat.2. Menjatuhkan talak satu Bain sugra tergugat kepada penggugat.3. ...*"Alhamdulillah ...."Ibunda dan adik ipar Tiara menyerukan tahmid seraya mengusap wajah. Sedang di samping mereka, Tiara pun ikut mengus
"Mas Wira?" Tiara begitu terkejut mendapati mantan suami ada di depan rumahnya. Wajah lelaki itu terlihat lebih pucat dari biasa. Tubuhnya yang dahulu gagah berisi, terlihat lebih kurusan."Mas apa kabar?"Tiara mencoba mencairkan suasana."Beginilah Tiara. Mas sakit," ucapnya lirih.Keduanya kembali diliputi keheningan. Jika ditanya tentang perasaan, Tiara tak pernah menaruh dendam pada mantan suaminya itu. Pun atas segala perlakuan tidak baik yang dialaminya selama pernikahan. Tiara tak pernah merasa sakit hati. Karena buatnya, tiap satu kesalahan tertutupi oleh satu kebaikan lain. Begitulah ia menyikapi hidup, selain memang sifatnya yang tidak mau memperbesar masalah.Pun pernikahan kedua ini, Tiara tak pernah membayangkan akan sedemikian jatuh cinta pada sosok Yudhi. Tiara berpikir, jika bukan karena ide Wira untuk kembali menikah. Saat ini, mungkin dirinya masih sendiri, memilih kembali bekerja, atau merawat Danu seorang diri."Mas mau bicara sama kamu, apa suamimu ada di rumah?
Assalamualaikum Mas WiraApa kabar Mas, Tiara harap Mas selalu dalam lindungan Allah SWT, dan segera diberi kesembuhan atas penyakit yang Mas alami sekarang.Mas, sebelumnya Tiara mau ngucapin terima kasih, karena keikhlasan Mas untuk tidak mempersulit jalannya persidangan. Semoga kebaikan Mas ini, Allah balas dengan seribu kebaikan lain.Sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan Mas Wira, saya sadari bahwa diri ini membawa banyak kekurangan dan kesalahan. Maka sebab itu, ijinkan Tiara menyampaikan permintaan maaf yang terdalam dari hati Tiara, jika selama kita berumah tangga, banyak kekurangan dan kesalahan yang sebabnya berasal dari Tiara sendiri.Mas, percayalah, bahwa dari cobaan yang kita hadapi kini. Kita harus sama-sama yakin, bahwa Allah sudah menyimpan rahasia besar untuk kita ambil hikmah bersama. Bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan pada hamba-Nya, tanpa ada jalan keluar terbaik sebagai penawar. Kita sebagai manusia hanya harus pandai mencermati dengan