Share

Bab 27

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku tidak masalah jika harus berangkat sendiri, mas pasti sibuk,” kata Alisya untuk kesekian kalinya.

Dia kira setelah drama Sekar yang merajuk, Pandu akan membatalkan niatnya untuk mengantarnya ke dokter ternyata laki-laki itu kembali muncul di ruang makan dan mengatakan tetap akan mengantar Alisya nanti dan tak mempedulikan keberatan Sekar.

“Bukankah aku sudah bilang akan mengantarmu dan tidak membatalkannya,” tegas Pandu.

“Tapi sekar-“

“Sebenarnya aku curiga kamu yang tidak mau aku antar. Katakan ada apa? apa kamu menyembunyikan sesuatu?” tanya Pandu penuh intimidasi.

Alisya menghela napas dengan tegang. Sepertinya dia memang tidak bisa menghindar. “Memangnya apa yang bisa aku sembunyikan jika mas selalu mengawasiku,” jawabnya setenang mungkin.

“Benar seharusnya memang tidak ada.”

Pandu segera mendorong kursi roda Alisya ke dekat mobilnya dan segera membopong Alisya untuk naik ke kursi di samping kemudi. Lalu dia menyimpan kursi roda Alisya di bagasi dan berputar ke kursi ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 29

    “Siapa yang menghubungimu kenapa  tidak diangkat?” Alisya langsung membatu saat mendengar pertanyaan itu, dia bahkan tak berani menoleh untuk menatap Pandu yang sedang menyetir di sampingnya. Kenapa dia begitu ceroboh tidak menaruh ponsel  itu di rumah atau mematikannya sebelum pergi. Sekarang apa yang harus dia lakukan. Alisya ingat dengan kemarahan Pandu saat terakhir kali Pram menghubunginya, laki-laki itu bahkan mengambil ponselnya malah lebih memilih membelikannya ponsel baru dari pada  mengembalikannya. Padahal ponsel itu adalah ponsel lama Alisya yang dia miliki sejak dia bekerja dan tentu saja di sana ada banyak sekali foto-foto dengan orang tuanya, juga Pram yang merupakan sahabatnya. Sejak beberapa hari yang lalu sikap Pandu memang sangat baik padanya, setelah ayahnya menegur laki-laki itu dengan keras, tapi Alisya yakin perubahan itu hanya sementara. Apalagi jika dia mengingat pembicaraan Rahasia Pandu dan ayahnya membuat

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 30

    "Ada apa denganmu apa memang begini sifat aslimu!"Alisya terduduk di kursi rodanya dengan lemas. Dia tadi lepas kendali. Alisya menyesali kecerobohannya ini, biasanya dia akan berpikir panjang dalam bertindak. Keinginannya untuk menemukan pelaku membuatnya sangat ceroboh.Seharusnya dia bersikap tenang, lagi pula dia bisa berobat pada dokter yang direkomendasikan Pram dan sudah ada kemajuan untuk itu.Alisya memejamkan matanya dan menatap Pandu yang menatapnya dengan wajah marah. "Maaf... maafkan aku. Aku hanya ingin sembuh," kata Alisya lirih. "Apa kamu pikir dokter itu tidak mau menyembuhkanmu!" Alisya menahan keinginannya sekuat tenaga untuk menggatakan yang sebenarnya. Bisa saja Pandu adalah orang yang menginginkannya untuk tidak bisa berjalan lagi, entah dengan tujuan apa. "Aku tidak tahu," katanya dengan mata berkaca-kaca. Alisya makin menunduk saat pandangan Pandu makin membara padanya. "Jadi apa yang kamu inginkan?" Dibalik tabir air matanya Alisya menatap Pandu de

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 31

    "Kemana saja kamu, Lis!" semprot Pram begitu Alisya menghubunginya. laki-laki itu bahkan tidak peduli dengan kata halo yang belum dia ucapkan. Alisya meringis dan menjauhkan ponselnya sedikit dari telinga. "Aku sudah menghubungi ponselmu ribuan kali, untung saja aku tidak datang dengan polisi untuk menyerbu rumah suamimu!" Berlebihan memang, tapi itulah Pram laki-laki itu akan mengomel tak karuan saat dia tidak bisa menghubungi Alisya, bahkan meski alasan kenapa dia menghubunginya bisa sangat remeh. Seperti dulu, batin wanita itu geli. "Aku bersama mas Pandu, kamu ingat bukan bagaimana dia tidak suka aku bertelponan dengan orang lain yang dia sukai apalagi laki-laki," balas Alisya dengan lembut. "Seharusnya suamimu itu memang dirawat di rumah sakit jiwa!" ini bukan komentar pedas pertama Pram untuk Pandu tapi tetap saja membuat Alisya sedikit cemberut. "Sudahlah, itu tidak penting," gerutu Alisya. "Ada apa kamu sampai mengirim orang?" "Orang yang membuntuti kalian."

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 32

    “Apa kita langsung pulang nyonya?” tanya Alan setelah mobil melaju membelah jalanan dan Alisya sama sekali tidak membuka mulutnya. Alisya memang lumayan pendiam, apalagi setelah menghadapi hampir semua orang dalam rumah Pandu yang membencinya, tapi jika bersama orang yang bersikap baik padanya, dia juga bersikap baik san sangat ramah. Salah satunya pada Alan sang sopir. Biasanya wanita itu berbasa-basi mengatakan ini itu untuk memulai perjalanan tapi kali ini, Alisya bungkam dengan wajah mendung. “Iya??” “Apa kita langsung pulang? Atau nyonya ingin mampir ke tempat lain?” tanya Alan lagi. Alisya memeluk tas dalam pangkuannya dengan erat. “Apa mas Pandu yang menyuruhmu menjemputku?” Bukannya menjawab wanita itu malah menanyakan keberadaan suaminya. Sudah biasa memang Alisya diabaikan dan dihina oleh Pandu, tapi melihat sikapnya tadi pagi membuat Alisya merasa ada sedikit harapan untuk rumah tangganya tapi semua langsung terhempas begitu saja saat mendapati Pandu bahkan tak mau r

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 33

    Neraka apalagi yang akan diciptakan penghuni rumah ini untuknya? Ini bahkan belum sebulan Sekar tinggal di sini tapi Alisya sudah mengalami berbagai penindasan yang dilakukan wanita itu. Alisya boleh berkoar kalau dia sudah bersiap untuk segala kemungkinan yang ada, tapi dia juga tidak bisa menahan amarah dalam dirinya saat kejutan yang terlalu manis sampai terasa pahit ini dia terima. Alisya bukan wanita lemah. Akan tetapi batu karang pun  tidak  bisa tegak berdiri jika terhantam terjangan ombak ribuan kali. Butuh setidaknya beberapa detik untuk Alisya bisa mencerna apa yang diucapkan laki-laki di depannya ini. Rasa sakit itu kembali menyerangnya saat menerima tuduhan tak masuk akal dari laki-laki yang dia cintai ini tapi dia saat ini dia sudah lebh siap. Pengabaian yang dilakukan Pandu tadi satu bukti dia memang tidak berharga dan Alisya berusaha meyakinkan hatinya untuk tidak lagi mengemis cinta pada sang suami. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 34

    “Tidak adakah makanan yang lain aku sedang tidak ingin makan nasi goreng ini.” Alisya yang baru saja menyuapkan satu sendok nasi goreng mulutnya langsung terdiam. Dia menatap Pandu yang juga mengerutkan kening, sedangkan makanan dalam piring laki-laki itu sudah hampir habis. “Kenapa bukannya kamu suka masakan Alisya biasanya?” tanya Pandu lembut pada istri mudanya itu. Alisya hanya menatap semua itu dengan wajah datar, dia sudah sangat terbiasa dengan pertunjukan kemesraan yang mereka perlihatkan tanpa mengenal tempat, bahkan meski di depannya sebagai istri pertama Pandu bahkan tak terlihat canggung. Mungkin bagi Pandu keberadaannya di sini sama seperti juru masak untuknya. “Aku jadi mual mencium bau bawang dalam nasi goreng.” “Tapi kamu harus makan , Sayang. Kasihan bayi kita dalam perutmu.” Dengan lembut Pandu menggenggam tangan Sekar dan menatapnya penuh cinta, Alisya menunduk dan melanjutkan makan nasi gorengnya, dia tahu mungkin sebentar lagi Sekar akan membuat masalah dan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 35

    “Apa kamu baik-baik saja, Alan?” Akhirnya Alisya memang berangkat dengan Alan sebagai sopirnya dia tak tega melihat laki-laki itu kebingungan dengan keinginannya yang menaiki taksi. “Maksud nyonya?” “Apa mas Pandu atau Sekar memarahimu?” Alan tak segera menjawab dia masih berkonsentrasi pada kemudianya dan menoleh pada Alisya begitu mobil berhenti di lampu merah. “Tidak, memangnya ada apa nyonya?” “Apa mereka tidak bertanya tentang kejadian kemarin?” Alan terlihat berpikir. “Apa tentang nyonya yang menghabiskan waktu di salon?” Alisya langsung mengangguk dengan was-was. “Oh tuan hanya bertanya kemana saya mengantar nyonya dan kenapa pulang terlambat?” “Hanya itu? dia tidak menyinggung masalah orang lain? Atau menuduhmu sesuatu?” tanya Alisya yang tak puas dengan jawaban Alan. “Menuduh? Saya kira tidak nyonya, beliau hanya bertanya baik-baik dan saya jawab apa adanya. Apa ada masalah n

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 36

    “Aku menyesal tidak menemuimu lebih cepat.” “Kenapa?” “Seharusnya kamu bisa berjalan lebih cepat.” Alisya meletakkan botol air mineral yang sedang dia minum dan menatap Pram dengan pandangan tak terbaca. “Seharusnya kamu memakiku bukan, aku memilih pilihan yang keliru,” katanya sendu. Pram menghela napas lalutersenyum pada Alisya yang masih tampak begitu menyesal di depannya. “Ckkk dasar bodoh, bukannya hari ini harusnya hari bahagia mengapa jadi sedih seperti ini,” gerutu Pram yang langsung berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Alisya. “Ayo kita berlatih sekali lagi setelah itu pulang,” lanjutnya. Alisya mengangguk dengan semangat, dia menyambut tangan Pram dan memegangnya dengan kuat. Awalnya memang sulit untuk berdiri hanya berpegangan seperti itu, tapi lama-lama Alisya bisa berdiri dengan tegak dan perlahan Pram melepaskan tangannya. Sambil mengepalkan tangannya penuh tekad Alisya kembali belajar melangkah. Perlahan... sangat perlahan. Hanya dua tiga langka

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 130

    Alisya tahu banyak orang jahat di dunia ini, tapi dia tak percaya ada orang tega mencelakai bayi yang bahkan belum lahir. "Itu tidak mungkin aku tidak punya musuh," bantah Alisya Wanita itu menarik napas panjang untuk melonggarkan sesak di dadanya. "Memang sih belum ada bukti nyata, tapi apa kamu tidak curiga dengan motor yang katamu tiba-tiba muncul dengan kecepatan tinggi," kata Laras begitu mereka hanya tinggal berdua. Alisya terdiam, dari tadi dia sibuk dengan dukanya dan menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa menjadi ibu yang sangat buruk. "Kamu yakin, Ras?" Alisya menatap Laras sekali lagi dan gadis itu mengangguk meyakinkannya. "Sangat yakin, aku rasa Pram juga berpikir demikian." "Putraku!" kata Alisya yang membuat Laras terkejut. "Apa yang kamu lakukan kamu tidak boleh turun dulu," kata Laras panik. "Jika perkiraanmu benar, putraku dalam bahaya, aku tidak bisa membiarkannya sendirian," kata Alisya sambil meringis karena tak sengaja dia mengambil selang infu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 129

    Alisya mendekap bayinya erat di dadanya menimangnya dengan lembut dan mendendangkan sebuah lagu yang membuat empat orang dewasa di ruangan itu teriris hatinya. “Kamu tahu sayang, mama sudah menyiapkan semua untukmu, kamu akan mama dandani supaya cantik, yuk bangun sayang,” katanya sambil terus menimang bayi itu. Merasa bayi itu tak mau bangun, Alisya ganti menciumi wajah pucat bayinya. “Sayang bangun mama mohon,” kata wanita itu dengan memelas, tapi bayi itu tetap diam. “Sudah Al, bayi kita sudah tenang, aku mohon ikhlaskan dia,” kata Pandu tak sanggup lagi melihat Alisya seperti itu.Alisya langsung menoleh pada Pandu perlahan dia letakkan bayi dalam pelukannya itu, dia lalu menatap laki-laki itu dengan tajam. “Tolong putriku, Mas. aku akan melakukan apa saja asal putriku bisa kembali, mas pasti kenal dokter yang bisa melakukannya,” kata wanita itu sambil mengguncang tubuh Pandu dengan keras. “Lis jangan konyol kamu,” kata Pram. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 128

    Laki-laki terlihat begitu terpukul mendengar apa yang dikatakan Pram. Itu bukan kepura-puraan, Laras bisa melihat hal itu dengan jelas. Laras memang tidak menyukai Pandu karena laki-laki itu yang sama saja dengan ayahnya yang tega berkhianat dan menelantarkan anak dan istrinya demi wanita baru, tapi pemendangan yang dia saksikan tidak bisa dia tampik, Pandu menyesali semuanya, meski sudah terlambat. Apa suatu suatu saat nanti ayahnya juga akan menyesal? “Kamu bisa bertanya pada dokter jika tidak percaya,” kalimat Pram yang dikatakan lebih baik dari sebelumnya, mungkin dia juga melihat penyesalan Pandu yang terlihat jelas. “Benar, pak. Sebaiknya pak Pandu menemui dokter dulu dan menanyakan semuanya,” kata Laras membenarkan ucapan Pram. Meski Pram yang sejak tadi menandatangani semuanya tapi bagaimanapun laki-laki ini merupakan ayah kandung dari bayi yang dilahirkan Alisya. Sejahat apapun sikapnya dia berhak atas anaknya. “Tolong jaga Alisya sebentar,” kata laki-laki itu lalu be

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 127

    “Aku sudah memeluknya dengan erat mereka pasti baik-baik saja kan,” kata Alisya dengan suara yang makin lama makin melemah.Disebelahnya Laras menangis terisak-isak merasa sangat bersalah andai saja dia tidak perlu ke kamar mandi dan membiarkan Alisya berjalan sendiri...Gadis itu menggeleng dengan putus asa, tangannya menggenggam erat tangan Alisya dan berusaha mencegah wanita itu pingsan, darah mengalir dari luka di pundaknya juga... jalan lahirnya.“Si kembar pasti baik-baik saja, Al. kamu harus kuat jangan menyerah,”kata Laras di sela tangisnya.Tadi saat baru berjalan beberapa langkah Laras terkejut mendengar suara benturan di belakangnya, dia sama sekali tak tahu bagaimana kejadiannya tahu-tahu Alisya sudah terkapar dengan tangan yang memeluk erat perutnya dan Pram yang berlari dengan panik menghampiri wanita itu.Lutut Laras

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 126

    Alisya bangun dengan lebih bersemangat hari ini. Usia kandungannya sudah menginjak minggu ke tiga puluh enam dan dia juga sudah cuti dari tempat kerjanya. Sehari-hari dia hanya di rumah dan tak melakukan apapun, beberapa tetangga juga sudah tidak memesan kue dan makanan lagi padanya, bukannya dia butuh banget uang hasil penjualannya, bukan. Alisya hanya menyukai kesibukannya memasak dan repot di dapur. Tak adanya pekerjaan juga membuatnya mengingat saat masih tinggal di rumah Pandu. Akan tetapi hari ini berbeda baik Pram maupun Laras sama-sama berjanji mengantarnya membeli keperluan untuk anaknya, sedikit telat memang tapi bukan masalah juga selama bayinya belum lahir. “Mau aku jemput?” Alisya membenahi letak ponsel yang dia jepit dengan bahunya saat Pram mengatakan hal itu, tangannya sibuk membuat susu hamil yang biasa diminum. “Aku naik taksi saja kita ketemuan di sana,” kata Alisya yang tahu kalau Pram ada acara terlebih dahulu sebelum menemaninya belanja, sebenarnya bisa

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 125

    Pandu menatap cermin sambil melihat penampilannya secara keseluruhan. “Kamu mau kemana lagi mas?” tanya Sekar terlihat sangat tak terima. Ini hari libur seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama seperti sebelumnya, tapi ini bahkan sudah lebih dari lima bulan, Pandu tetap bersikap dingin padanya. Sekar juga sudah memenuhi permintaan Pandu untuk memberikan bayi merepotkan itu pada ayah kandungnya saja. Andrew.Dia memang jadi lebih bebas dan tak perlu lagi mendengar tangis bayi setiap malamnya, tapi dia juga tak punya alasan lagi untuk membuat Pandu tetap menemaninya, rengekan bayi itu terbukti mampu menahan Pandu di rumah meski bukan untuk menemaninya.Sekar kira dengan anak itu tidak ada lagi bersama mereka, sikap Pandu akan jadi seperti dulu, selalu memprioritaskannya dalam hal apapun tapi angannya ternyata terlalu tinggi. “Aku ada urusan,” kata Pandu singkat. Bersama Sekar memang terasa menyebalkan untukny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 124

    Sekar menolak Andrew mengambil anaknya dengan alasan anak itu masih membutuhkan asinya. “Kamu yang membuat anakku jadi seperti itu, perempuan gila!” maki Andrew pada perempuan yang telah melahirkan anaknya itu. Setelah konferensi pers yang mereka lakukan, laki-laki itu memaksa Pandu untuk mempertemukannya dengan bayinya. Dan Pandu yang tidak punya alasan untuk menolak tentu saja menyetujuinya lagi pula dia punya tujuan lain dengan membawa Andrew melihat bayi itu. Mata laki-laki itu berkaca-kaca saat melihat bayinya untuk pertama kali, hal yang membuat Pandu tertegun sejenak. Laki-laki ini memang brengsek dan kejam pada orang-orang disekitarnya tapi dia sudah sering bertemu orang dan mata itu tak mungkin bohong. Pandu melihat ketulusan di sana, hal yang membuatnya sedikit lega paling tidak ada orang yang benar-benar menyayangi anak itu. Bahkan laki-laki itu secara serius memohon pada Pandu untuk memberikan bayi itu padanya. “Jangan salahkan aku kamu yang mengajakku ketempat itu!”

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 123

    “Dimana bosmu!”Suara itu terdengar penuh kemarahan, membuat Pandu buru-buru berdiri dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena semalaman tidak tidur dan menenggelamkan diri di ruangan ini tapi suara yang di dengarnya tak bisa dia abaikan begitu saja.Pekerjaan adalah caranya melarikan diri saat ini. supaya tidak lepas kendali dan melakukan hal-hal yang nantinya akan dia sesali.“Pa?”Pintu terjeblak dan sang ayah berdiri di sana dengan wajah merah dan sang sekretaris yang berdiri ketakutan di belakangnya.Ada apa lagi? tidakkah dia diberi kesempatan untuk bernapas barang sejenak saja?“Pergilah!” usir sang ayah pada sekeretarisnya, Pandu hanya mengangguk dan mempersilahkan ayahnya duduk, laki-laki paruh baya itu menghela napas dalam dan menatap putranya dengan putus asa.

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 122

    “Bajingan sialan kamu! Pembunuh!” Pandu baru saja membuka pintu ruangan privat yang sudah dia pesan tapi bukannya sambutan hangat yang dia terima tapi makian dan juga bogeman mentah di wajahnya. Pandu yang tidak siap langsung terhuyung ke luar ruangan dan pegangannya pada gagang pintu terlepas untung saja seorang pelayan yang sedang membawa minuman sigap menghindar sehingga tidak tertabrak olehnya. Para pengunjung wanita yang kaget menjerit histeris. Andrew bahkan merangsek keluar menghampiri lawannya, wajahnya merah padam menahan amarah. Dia memang bukan laki-laki suci, dia bahkan memiliki kelainan yang tak banyak diketahui orang. Jiwanya gelap segelap malam yang sebentar lagi akan datang, tapi sebrengseknya dia dia tidak akan tega menyakiti bayi yang masih dalam kandungan ibunya. Dan laki-laki yang baru saja mendapat bogeman darinya tidak pantas sama sekali disebut manusia dia lebih rendah dari binatang. Membayangkan bayinya yang saat ini menderita karena lahir belum waktunya

DMCA.com Protection Status