Share

Bab 35

Author: Ajeng padmi
last update Huling Na-update: 2024-09-24 19:14:37

“Apa kamu baik-baik saja, Alan?”

Akhirnya Alisya memang berangkat dengan Alan sebagai sopirnya dia tak tega melihat laki-laki itu kebingungan dengan keinginannya yang menaiki taksi.

“Maksud nyonya?”

“Apa mas Pandu atau Sekar memarahimu?”

Alan tak segera menjawab dia masih berkonsentrasi pada kemudianya dan menoleh pada Alisya begitu mobil berhenti di lampu merah.

“Tidak, memangnya ada apa nyonya?”

“Apa mereka tidak bertanya tentang kejadian kemarin?”

Alan terlihat berpikir. “Apa tentang nyonya yang menghabiskan waktu di salon?”

Alisya langsung mengangguk dengan was-was. “Oh tuan hanya bertanya kemana saya mengantar nyonya dan kenapa pulang terlambat?”

“Hanya itu? dia tidak menyinggung masalah orang lain? Atau menuduhmu sesuatu?” tanya Alisya yang tak puas dengan jawaban Alan.

“Menuduh? Saya kira tidak nyonya, beliau hanya bertanya baik-baik dan saya jawab apa adanya. Apa ada masalah n
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
kapan alisha pisah dan bisa jalan lgi ,trus pandu dpt karmanya
goodnovel comment avatar
Sunarmi Gita
setiap perbuatan akan ada balasan nya, baik maupun, pandu dan Sekar cepat lah dibuat sabar, ending bahagia buat alisa, masih lama kah Alisa akan bahagia
goodnovel comment avatar
Dyana Dent
Menunggu Bab Pandu dan Sekar kena Karma.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 36

    “Aku menyesal tidak menemuimu lebih cepat.” “Kenapa?” “Seharusnya kamu bisa berjalan lebih cepat.” Alisya meletakkan botol air mineral yang sedang dia minum dan menatap Pram dengan pandangan tak terbaca. “Seharusnya kamu memakiku bukan, aku memilih pilihan yang keliru,” katanya sendu. Pram menghela napas lalutersenyum pada Alisya yang masih tampak begitu menyesal di depannya. “Ckkk dasar bodoh, bukannya hari ini harusnya hari bahagia mengapa jadi sedih seperti ini,” gerutu Pram yang langsung berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Alisya. “Ayo kita berlatih sekali lagi setelah itu pulang,” lanjutnya. Alisya mengangguk dengan semangat, dia menyambut tangan Pram dan memegangnya dengan kuat. Awalnya memang sulit untuk berdiri hanya berpegangan seperti itu, tapi lama-lama Alisya bisa berdiri dengan tegak dan perlahan Pram melepaskan tangannya. Sambil mengepalkan tangannya penuh tekad Alisya kembali belajar melangkah. Perlahan... sangat perlahan. Hanya dua tiga langka

    Huling Na-update : 2024-09-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 37

    “Hentikan! Tidak jangan lakukan!” Pandu yang sudah dikuasai amarah seolah tuli dengan permohonan dan air mata Alisya. “Aku suamimu berhak atas tubuhmu bukan sopir sialan itu!” Alisya menggeleng, tentu saja dia tahu apa kewajibannya sebagai istri, tapi bukankah selama ini Pandu yang tidak menginginkannya, bukan sebaliknya. Alisya tentu saja akan dengan hati menyerahkan kehormatan yang selama ini dia jaga untuk Pandu, suaminya tapi tentu saja tidak dengan cara seperti ini. “Tidak, Mas! hentikan! Aku mohon!” derai air mata putus asa Alisya bahkan tak bisa meluluhkan hati Pandu, laki-laki itu bahkan dengan beringas langsung membuka semua pakaian Alisya. Wanita itu meronta dan mempertahanan pakaiannya sebisa mungkin, tapi tenaganya yang hanya seorang wanita tentu saja kalah jauh dengan Pandu, apalagi dia sedang sakit dan baru saja melakukan sesi terapi yang melelahkan. “Lepaskan, mas aku mohon kamu akan menyesalinya,”

    Huling Na-update : 2024-09-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 38

    Untuk pertama kalinya Alisya bungun siang. Lelah jiwa dan raga membuatnya tidur seperti orang mati. Perlahan wanita itu bangkit, dia masih meringkuk di atas ranjangnya dengan sprei yang dipasang asal oleh Pandu, matanya terasa sulit untuk terbuka, sedangkan tubuhnya terasa sakit luar biasa. Dia bukan wanita lemah. Alisya berusaha bangun, tapi beberapa bagian tubuhnya terasa sangat sakit. Dia menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang. Bahkan ini sudah lewat dari jam makan siang. pantas saja perutnya sangat lamar. Tadi malam dia sudah melewatkan makan malam dan sekarang makan pagi dan siang. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang di rumah ini saat tak ada di dapur untuk menyiapkan makanan seperti biasanya. Alisya beringsut duduk di kursi rodanya yang tepat berada di samping tempat tidur, dia akan membersihkan diri dulu sebelum keluar kamar. Jika tidak dia pasti akan mati kelaparan dan untuk sekarang ini dia tidak boleh mati. Ada ibunya yang harus dia pik

    Huling Na-update : 2024-09-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 39

    Dulu yang Alisya inginkan adalah berada dekat dengan Pandu, mendapat perhatiannya dan mendapatkan cintanya jika mungkin. Saat ini mereka ada dalam jarak yang begitu dekat, bahkan status mereka juga suami istri tapi keinginan terbesar Alisya tidak lagi mendapatkan perhatian dari Pandu lagi. Dia ada di sini karena mengharapkan belas kasihan laki-laki itu. Sedikit rasa iba untuk pengobatan ibunya yang terbaring sakit di sana. Karena berada di dekat Pandu, bukan kebahagiaan yang dia dapatkan seperti keinginannya tapi kesakitan. Kesakitan yang akan terus bertambah setiap harinya. Seperti pagi ini, dia sebenarnya masih enggan untuk memasak untuk suaminya, tapi mendapati laki-laki itu bahkan tak makan jika tidak hasil masakannya membuat sedikit kebanggaan dalam dirinya. Alisya memang sudah menempatkan diri sebagai pelayan untuk Pandu dan Sekar jadi dia baik-baik saja meski lagi-lagi dia mendapati Sekar yang bergelayut manja di lengan Pandu

    Huling Na-update : 2024-09-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 40

    “Apa sebaiknya tuan tidak istirahat di kamar saja?” tanya bibi setelah Pandu menolak memanggil dokter. Alasan yang sangat masuk akal sebenarnya, bagaimanapun ranjang empuk lebih nyaman dari pada di sofa yang semping ini. Akan tetapi Alisya sekarang yang bingung akan membawa Pandu ke kamar yang mana? Kamar laki-laki itu dengan Sekar? Tidak mungkin kan dibawa ke kamarnya di lantai dua, lagi pula sejak Kapan Pandu sudi tidur di kamarnya, yah kecuali hari itu. Tubuh Pandu yang mengigil membuat Alisya tak tega, dengan bantuan bibi akhirnya Alisya membawa Pandu ke kamar Sekar, setidaknya di sana banyak barang-barang laki-laki itu jika dibutuhkan.“Hati-hati,” kata Alisya saat bibi membaringkan tubuh besar Pandu di ranjang. Entah kemana para pelayan mereka sepertinya kompak menghilang saat dibutuhkan seperti ini. “Biarkan... aku... tidur... sebentar,” kata Pandu dengan susah payah. “Mas!” “Tuan!” Kedua wanita itu kaget saat tubuh Pandu seperti terbanting ke ranjang besar itu dengan

    Huling Na-update : 2024-09-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 41

    “Sejauh apa kamu ingin menyakitiku,” kata wanita itu dengan suara sendu yang menyedihkan. Wajahnya merah padam menahan amarah, tapi alih-alih marah Sekar memilih berbicara dengan lembut seolah dia korban dan Alisya adalah wanita luar biasa jahat yang telah merebut semua kebahagiaannya. Tapi sorot mata jijik dan penuh hinaan itu terpancar jelas di matanya. Benar-benar aktris yang sangat berbakat, Alisya sendiri yakin dirinya tak mampu mengendalikan diri sebaik Sekar.Alisya sendiri juga sedang dilanda kebingungan dengan sikap Pandu yang tiba-tiba sang baik padanya, seolah hubungan mereka selama ini baik-baik saja. Apa laki-laki itu merasa bersalah padanya karena malam itu? Alisya menggeleng tidak mungkin Pandu berpikir begitu karena tadi pagi laki-laki itu memperlakukannya seperti biasa hanya lebih baik saja. “Apa maksudmu?” tanya Alisya. “Kamu merayu mas Pandu di kamarku, aku tidak tahu kamu menggunakan cara muraha

    Huling Na-update : 2024-09-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 42

    Andai saja dia bebas menggunakan kruk. Alisya duduk kelelahan di atas ranjangnya. Semangatnya untuk bisa berjalan lagi tak pernah padam. Tapi Alisya tahu ada yang tidak menginginkan kesembuhannya jadi dia harus hati-hati. Tok!tok! "Al kenapa pintunya di kunci?" Gawat. Buru-buru Alisya kembali ke kursi rodanya. Itu suara suaminya untuk apa laki-laki itu datang ke kamarnya? "Al?" ketukan tak sabar itu terdengar lagi. Alisya menghela napas panjang dan merapikan penampilannya. Bukan karena dia ingin tampil cantik di depan Pandu, tapi dia tidak ingin laki-laki itu tahu apa yang barusan dia lakukan. "Kenapa dikunci?" katanya begitu Alisya membuka pintu. Alisya belum menjawab pertanyaan Pandu saat laki-laki itu langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Alisya dan tidur di ranjang. "Mas tidak ke kantor?" tanya Alisya. Tidak lagi bekerja bukan berarti dia melupakan hari. Ini hari Rabu, artinya masih hari kerja dan setahunya Pandu yang gila kerja, tidak akan pulang da

    Huling Na-update : 2024-09-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 43

    "Bubur ayam?" Pandu menatap bubur ayam di depannya dengan alis terangkat.Apalagi saat Alisya hanya meletakkan mangkuk berisi bubur ayam buatannya di depannya dan Sekar. "Kamu makan apa?" tanya Pandu penasaran. Alisya yang baru saja menggeser kursi rodanya untuk duduk di sisi lain Pandu menatap suaminya dengan bingung. "Aku minum susu sama makan roti," kata Alisya sambil mengambil satu buah roti tawar dari dalam toast. "Hanya itu? memangnya kenyang?" "Sayang, kamu katanya ada meeting pagi ini?" tanya Sekar dengan lembut, tapi matanya menatap tajam pada Alisya. Sebagai sesama wanita tentu Alisya tahu kalau Sekar cemburu padanya, meski dia sama sekali tidak habis pikir kenapa Sekar mau menjadi yang kedua jika tidak siap berbagi. Alisya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makan rotinya, mungkin Pandu hanya heran saja. "Meetingnya di undur," jawab Pandu cepat lalu pada Sekar, lalu pandangannya kembali pada Alisya. "Apa tidak ada bahan makanan?" Alisya menghela napas, ada a

    Huling Na-update : 2024-09-29

Pinakabagong kabanata

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 194

    Memang ya wanita meski bisa memaafkan tapi tak mudah untuk melupakan. "Apa kita bisa ke dokter lain saja," kata Alisya. Saat ini mereka memang akan menemui dokter dan juga terapis yang akan membantu Bisma untuk tidur seperti semula lagi, meski Alisya sedikit protes tadi karena di rumah saat ini sedang banyak orang yang sedang membantu mereka untuk persiapan pesta nanti malam. Akan tetapi si tuan muda selalu punya cara yang membuat Alisya tak bisa menolak keinginannya, yaitu dengan mendatangkan bibi juga beberapa orang juru masak dari rumah keluarganya. Jadi dari pada Pandu kembali berulah dia setuju saja untuk jalan sekarang setelah menyerahkan semuanya pada bulek Par dan bibi untuk memantau orang-orang bekerja. Masalah sebenarnya baru muncul saat Pandu mengatakan kalau dokter yang akan mereka datangi adalah kenalan ayah laki-laki itu, membuat Alisya menjadi curiga. "Memangnya kenapa? apa kamu kenal dengan dokter ini?" tanya Pandu penasaran. Jujur saja menghadapi ibu-i

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 193

    "Bolehkah saya pinjam istri saya sebentar kami harus pergi ke suatu tempat," kata Pandu sambil tersenyum pada ibu-ibu yang membantu Alisya memasak di dapur. Sejak pagi Pandu melihat istrinya begitu sibuk di dapur, memang sih sang istri tak melupakannya dan masih menyiapkan semua kebutuhannya tapi tetap saja dia tidak menyukai Alisya yang terlalu sibuk seperti itu. Acara ini tidak untuk menjadikan istrinya babu. Cukup dirinya dulu dia pernah tersesat dengan melakukannya. "Cie mbak Lisya dicari suaminya yang ganteng lho, kangen istrinya ya mas di sini tidak bisa bebas," kata seorang ibu dengan menggoda yang langsung disambut riuh oleh yang lain. Wajah Alisya langsung merah padam, apalagi tangan Pandu yang terulur membantunya untuk berdiri. Dia tidak pernah imun dengan pesona Pandu yang membuatnya tersipu malu seperti gadis perawan. Alisya tidak menampik kalau suaminya itu sangat menarik, meski tidak tergolong sangat tampan seperti Pram tapi Pandu punya daya tarik tersendiri y

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 192

    Pandu langsung menerobos masuk ke rumah Alisya dengan khawatir saat melihat banyak orang di sana. Jantungnya berdebar kencang, bahkan dia bahkan tak peduli dengan beberapa orang yang menyapanya, dia hanya ingin memastikan kalau dua orang yang dia sayangi itu baik-baik saja. "Al, kalian kenapa? Apa yang terjadi? Apa ada orang jahat yang masuk kemari?" berondong Pandu dengan napas terengah penuh kekhawatiran. Alisya yang tengah berbicara dengan bulek Par dan beberapa ibu-ibu lainnya sontak menoleh terkejut apalagi Pandu yang langsung menghampirinya dan memutar tubuhnya untuk memastikan sesuatu, setelah puas wanita itu menatap Alisya tajam. "Mana Bisma?" tanyanya. "Sama Rani di kamar." "Apa dia baik-baik saja kenapa banyak orang di sini?" tanyanya. Alisya yang mulai paham dengan semua tindakan Pandu langsung meringis dan meminta maaf pada ibu-ibu yang dia ajak bicara dan segera menarik Pandu untuk ke kamar mereka. "Mas kenapa sih, datang-datang bikin heboh. Aku dan Bisma

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 191

    "Mas mau kemana?" Tanya Alisya begitu Pandu bangkit dari ranjang dan bersiap keluar kamar meninggalkan dirinya dan sang putra yang sedang tidur. Elusan tangan Pandu di kepalanya membuat Alisya merasa nyaman dan hampir tertidur tapi saat laki-laki itu menghentikan semuanya, Alisya merasa kehilangan. Ya ampun Lis, kamu murahan banget sih, batin Alisya. "Ternyata belum tidur ya," kata Pandu sambil terkekeh. "Ini sudah lewat tengah malam lho besok kerja kan?" lanjutnya. Dia menengok jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan mereka sama sekali belum tidur padahal harus bangun lebih awal karena lokasi yang jauh. "Iya tapi mas kenapa nggak tidur juga, mau lanjut kerja?" tanya wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan Pandu. Pandu kembali duduk di samping Alisya dan membelai rambut sang istri dengan lembut. "Mas?" tuntut Alisya lagi saat Pandu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. "Mas juga mau tidur, Al, ngantuk banget," kata laki-laki itu sambil m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 190

    Alisya tahu kok kalau hal seperti ini pasti akan terjadi jika dia memutuskan menerima kembali Pandu dalam hidupnya. "Kalau mau dengan anaknya kamu juga harus mau dengan orang tuanya, mereka satu paket, meski nanti kamu tidak tiap hari bertemu orang tuanya." Bulek Par pernah mengatakan hal itu sih saat dia curhat tentang sikap ibu Pandu yang tak bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Alisya sedikit menyesal tidak menolak kedatangan mertuanya ini, meski ini tempat umum yang siapa saja boleh datang sebenarnya, tapi setidaknya mereka bisa menghindar. "Aku kira setelah kalian menikah Pandu akan lebih terurus, ternyata kamu malah menjadikan anakku tukang angkut barang," kata wanita itu dengan tatapan tajam penuh penghakiman pada Alisya. "Ma! mereka hanya belanja," tegur sang ayah. Alisya meringis merasa bersalah saat melihat sang suami yang berjalan ke arah mereka sambil membawa dua kantong besar belanjaan mereka tadi, sedangkan Alisya menggendong si gembul Bisma. "Ada apa?" tanya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 189

    Alisya memasukkan potongan apel ke dalam mulutnya untuk kesekian kalinya, sambil menatap Bisma yang berguling-guling malas di karpet sambil meminum ASIPnya. Ternyata membesarkan anak tak sesimpel yang dia duga, Alisya bahkan tidak mengerti dengan pola tidur Bisma sekarang ini. Apa anak ini bisa merasakan kalau hatinya sedang tak baik-baik saja dan tidak bisa tidur karena itu? tapi masak sih? Alisya ingin sekali membawa putranya ke dokter tapi berhubung hari ini tanggal merah dia memutuskan besok saja sekalian ke kota untuk bekerja."Kamu kenapa lihatin Bisma kayak gitu?" tanya Pandu yang sudah duduk di sampingnya sambil mencomot satu potong apel dalam mangkuk. Ini sudah sore dan mereka sekeluarga baru saja bangun tidur dan sekarang kelaparan, jadi Alisya hanya membuatkan mie instan untuk dirinya dan sang suami sebagai pengganjal perut dan menjadikan Apel sebagai pencuci mulut. "Kok Bisma sekarang kalau malam nggak mau tidur ya mas, sudah beberapa malam ini lho sejak aku keluar

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 188

    "Mbak Alisya katanya sduah menikah lagi kok nggak ada pestanya?" Alisya hanya meringis saat mendengar ucapan seorang ibu yang sedang berbelanja di warung dekat rumahnya. Hidup di pedesaan membuatnya jauh dari supermarket dengan segala keglamorannya, tapi Alisya tidak masalah sebenarnya toh di sini dia bisa membeli sayuran dan makanan fresh tanpa harus diawetkan atau dibekukan. Selain itu dia juga bisa lebih akrab dengan tetangga sekitar, tapi dengan begitu dia juga harus siap saat tetangga mulai julid padanya. Kadang kalau moodnya sedang baik, dia akan membalas hal itu dengan guyonan, tapi saat ini dia sedang capek setelah kerja rodi di rumahnya, Pandu memang dengan baik hati menawarkannya untuk memesan makan di luar tapi Alisya sedang tidak ingin makan dari restoran mewah manapun, dan karena stock bahan makanan di kulkasnya tinggal sedikit mau tak mau dia harus berbelanja. "Hanya syukuran saja, kemarin," kata Alisya berusaha keras masih tersenyum. "Lho katanya suaminya orang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 187

    Alisya berdiri melongo di depan rumahnya. "Lis, kok berdiri bengong saja di situ," tegur Bulek Par, padahal Bisma sudah dibawa masuk oleh Rani, Alisya malah masih bengong di samping mobil yang tadi dikirim oleh Pandu untuk menjemputnya. "Eh iya bulek, memang barangnya harus sebanyak ini ya?" tanya Alisya bego. Tadi setelah bulek Par menghubunginya, Alisya langsung menghubungi ayah mertuanya untuk bertanya kiriman apa yang diberikan, tapi sayang sekali sudah beberapa kali dia melakukan panggilan tapi tidak diangkat membuat Alisya langsung menghubungi Pandu yang langsung dijawab pada deringan pertama. Kiriman barang-barang pribadi laki-laki di rumah orang tuanya, katanya. Akan tetapi Alisya sama sekali tidak memprediksi kalau barang-barang pribadi si tuan muda ternyata sebanyak ini. Tiga koper besar yang Alisya tebak berisi pakaian dan perlengkapan lainnya milik Pandu, ditambah lagi meja lengkap dengan kursi kerjanya juga buku-buku dan baru saja datang lagi seperangkat meja

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 186

    "Aku sedang meeting dengan klien dari Jepang lanjut makan siang nanti. Kamu dan Bisma akan makan siang di mana? Atau aku kirim saja makan siang dari restoran favoritku?" Pesan itu sudah diterima sekitar pukul sepuluh tadi tapi karena ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan Alisya baru bisa membukanya pada pukul sebelas, satu jam sebelum makan siang dan beberapa kali Pandu juga sudah menghubunginya/ Wanita itu tertegun menatap ponselnya, bukan karena berpikir ingin memesan menu apa melalui Pandu tapi karena hal ini adalah sesuatu yang asing untuknya. Selama hidupnya dia tidak pernah mendapat perhatian seperti ini dari laki-laki. Sejak muda dia sama sekali tidak punya waktu untuk mengenal istilah pacaran, hidupnya dulu dihabiskan dengan belajar giat supaya beasiswanya tidak lepas, pun setelah lulus kuliah dia konsentrasi untuk bekerja menggantikan ibunya, apalagi setelah itu sang ibu mulai sakit-sakitan. Laki-laki yang dekat dengannya hanya Pram, itupun tidak pernah melaku

DMCA.com Protection Status